Mentari yang melihat itupun ikut beranjak dan mengekor di belakang Rangga, niatnya kali ini adalah mengikuti Rangga sampai laki-laki itu menanggapinya seperti biasa.

Dengan langkah besar Mentari berjalan menyusuri koridor sekolah, dan terus mengikuti Rangga. Namun di tengah ia mengikuti Rangga, ia malah si kecohkan dengan kehadiran Alpha, dimana laki-laki itu berjalan melewatinya, yang membuat Mentari mengurungkan niat mengikuti Rangga.

Kali ini ia malah berniat untuk membuntuti Alpha, karena itu adalah ayangnya, begitu katanya.

Mentari pun memutar haluan, dan berjalan di belakang Alpha. Sedangkan Rangga yang menyadari hal itu pun menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap nanar punggung Mentari.

"Sakit Ri," lirihnya dengan menyentuh dada kirinya. Sunggu dadanya terasa nyeri, perasaannya perih tak karuan saat Mentari selalu menomor duakan dirinya setelah kehadiran Alpha akhir-akhir ini.


🍃🍃🍃

Saat ini Mentari sedang duduk, di sebelah Alpha, di kelas XI IPA¹ hanya ada dirinya dan Alpha saja. Karena saat ini adalah jam istirahat sedangkan Alpha memilih di dalam kelas karena tidak mau membuang-buang uang hanya untuk makan enak. 'masih ada yang lebih penting dari sekedar makan' itulah prinsipnya.

Sedangkan Mentari? Jangan di tanya, sedari tadi gadis itu hanya sibuk memperhatikan wajah Alpha yang sedang memainkan handphone.

Sampai pada akhir dimana Alpha merasa risih dan mengusir Mentari. "Pergi."

"Ga mau," bantah Mentari.

"Lo atau gue yang pergi," tawar Alpha padanya, jujur laki-laki itu sudah tidak tahan melihat Mentari di sekitarnya.

Berdekatan dengan Mentari membuat detak jantungnya menjadi tidak normal, dan ia tidak mau itu. Lebih tepatnya, ia tidak mau mati muda karena Mentari.

"Ga mau Alpha, aku mau deket kamu terus," ujarnya sambil memeluk lengan Alpha manja dan bergelayut di lengan laki-laki itu.

"Awas lo, pergi, gue ga suka liat lo ada disini," ujarnya 'bohong.'

Sejujurnya ingin Mentari di dekatnya namun jantungnya menjadi tidak terkendali, entahlah iapun tidak mengerti akan hal ini. Dan tanpa mengucapkan sepatah katapun, Alpha beranjak berniat pergi ke perpustakaan, namun sebelum laki-laki itu berjalan, pinggangnya susah di rangkul terlebih dahulu oleh Mentari sambil berkata, "jangan kemana-mana disini aja sama aku."

"Dih, lo murah banget, udah sering digilir ya." tanpa di duga Alpha malah melontarkan pernyataan menyakitkan itu yang sontak membuat hati Mentari teriris. Namun sebisa mungkin ia tahan dan tetap pada pendiriannya, 'memperjuangkan hati seorang Alpha Hengkara.'

Mentari pun melepas rangkulannya dan di ganti dengan menggenggam tangan Alpha, ia  berujar dengan dramatis, "kemanapun kamu pergi akan aku ikuti."

Terlihat seperti bukan seorang Mentari, namun itulah kenyataannya. Ia buta oleh cintanya pada Alpha Hengkara, yang mampu mengubah sikapnya 360°.

Sementara di luar sana sedari tadi ada seseorang yang selalu memperhatikan interaksi mereka berdua dengan tangan terkepal kuat di sisi tubuhnya.

"Perebut," desisnya dengan tatapan tajam penuh dendam.


🍃🍃🍃

Saat ini Rangga, Farah, dan Jonathan mereka bertiga sedang duduk di pojok kantin sekolah. Ya hanya mereka tanpa Mentari untuk saat ini.

"Tari dimana Ngga?" Tanya Farah memecah keheningan.

Dan tanpa mengeluarkan suara, Rangga hanya menanggapi dengan mengedikkan bahu nya.

Farah yang melihat reaksi Rangga merasa ada yang janggal, pasalnya tadi Mentari berkata ingin bersama Rangga, lalu mengapa sekarang Rangga tidak mengetahui keberadaan Mentari.

Oleh sebab itu Farah pun menyenggol bahu Jonathan dan mulai menggibahi Rangga lewat tatapan mata, yang hanya di mengerti oleh kedua makhluk astral itu.

"Apa Lo berdua tatap-tatapan, gibahin gue lo," seolah tau maksud dari Farah dan Jonathan, Rangga menebak tepat sasaran.

"Enggak kok Engga, kita lagi berbicara cinta lewat mata," elak Jonathan yang langsung mendapat pukulan di kepalanya. Ya pukulan itu di dapat dari Farah.

"Jijik gue berbicara soal cinta sama lo, crocodile," sinis Farah, dan langsung membelakangi Jonathan.

"Ayang jangan begitu," goda Jonathan manja pada Farah.

Sementara Farah yang merasa geli pun kembali melayangkan pukulan di kepala Jonatahan.

Dan sudah bisa di tebak, jika seperti ini Rangga hanya akan menjadi penonton yang Budiman.

Memang mereka benar-benar cocok jika di satukan, itulah sedikit isi hati Rangga.

Memang mereka benar-benar cocok jika di satukan, itulah sedikit isi hati Rangga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



MENTARIWhere stories live. Discover now