Bab 38 : Pembahasan Alma

Start from the beginning
                                    

Alma mengajak mereka masuk ke dalam rumah dan digiring ke ruang makan yang di mejanya telah tersedia banyak sekali makanan. Syam dan Tisha berkata kalau Alma tidak perlu repot-repot seperti ini, tapi Alma dengan tegas menjawab kalau mereka itu jarang datang makanya ia ingin penyambutannya maksimal.

Sejurus kemudian satu keluarga itu makan bersama. Syam berhadapan dengan Tisha, dan disebelah Tisha ada Alma yang menghadap cucunya, Alif. Acara makan dibumbui percakapan sederhana seperti saling bertukar kabar sampai akhirnya bercanda bersama.

Selesai mengisi perut hingga kenyang, Alma menyuruh mereka untuk beristirahat di kamar karena mendapati cucunya terlihat mengantuk. Syam menolak tawaran itu karena ingin menghabiskan waktu mumpung mereka saling bertemu. Tisha menyetujui hal itu.

Alma dan Tisha duduk di sofa ruang keluarga dengan televisi yang menyala, mengobrol santai sambil menunggu Syam menidurkan Alif di kamar. Awalnya Tisha ingin dirinya saja yang menemani Alif tidur, tapi Alif sendiri lebih menginginkan papanya. Tisha tak bisa memaksa.

"Kamu beneran akhir-akhir ini sehat terus, kan? Gak ngerasain sakit apa-apa?" tanya Alma. 

Bertepatan dengan itu, Syam datang kemudian ikut duduk di sofa tunggal dekat Tisha. Sedangkan sejak tadi, Tisha duduk di sofa panjang bersebelahan dengan Alma. Mereka berdua posisinya langsung menghadap televisi yang menyala. 

"Alhamdulillah, enggak, Ma." Tisha menggeleng yakin. Ia menyantap camilan yang tersedia di atas meja.

"Alhamdulillah, kalau gitu." Mendengar perkataan Tisha, Alma mengelus dada merasa lega.

"Syam," panggilnya kemudian.

Syam mengalihkan pandangannya dari televisi yang baru saja ditontonnya ke arah Alma. "Iya, Ma?"

"Tahu tetangga sebelah yang umurnya lebih muda dari kamu, kan?" tanya Alam sepertinya akan memulai membahas sesuatu. Syam mengangguk sebab ia tahu dan kenal.

"Dia itu, kan, baru aja menikah. Terus Mama denger kalau istrinya kena infeksi karena terlalu sering berhubungan," cerita Alma sedikit berbisik.

Seketika Tisha tersedak bolu kukus yang dimakannya akibat menyimak kata-kata ambigu yang digunakan oleh mertuanya. Hal itu membuat Syam cemas kemudian berdiri untuk menepuk pelan punggung Tisha sambil berkata, "Kamu gapapa?"

"Gapapa, kok." Tisha menggeleng cepat.

Sebenarnya Tisha memang tidak apa-apa setelah meminum air di dalam gelas bening yang langsung diambilnya tadi. Malu rasanya, sudah terhitung sebulan menikah masih saja salah tingkah tatkala membahas hal seperti yang Alma katakan.

Melihat respon Tisha, Alma senyum-senyum sendiri. Syam yang sudah kembali ke tempat duduknya setelah memastikan keadaan Tisha, lantas kembali ks pertanyaan Alma.

"Maksud Mama, Honeymoon Cystitis?" Syam memastikan dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Iya."

"Itu penyakit apa?" tanya Tisha. Wajar saja ia baru mengetahui kata-kata asing tersebut. Syam justru tersenyum kecil melihat ekspresi lugu istrinya.

"Infeksi saluran kencing, My Queen. Itu biasanya dialami pengantin baru. Kasus paling banyak memang terjadi sama perempuan," jelas Syam.

"Bahaya gak?"

Syam menggeleng. "Sebenarnya gampang disembuhkan, tapi, ya, tetap harus waspada."

Akhirnya Tisha paham. Ia lantas mengangguk dengan mulut yang membulat. Setelah itu ia bertanya lagi, "Gejalanya kayak apa?"

"Kayak anyang-anyangan gitu, terus sakit waktu buang air kecil." Kini gantian Alma yang menjawab ketidaktahuan Tisha.

"Tapi bisa dicegah, kan, selain menurunkan frekuensi berhubungan?" Tisha bertanya seperti itu karena ia tahu banyak penyakit yang bisa dicegah sebelum terjadi.

HISYAMWhere stories live. Discover now