Bab 7 : Calon yang Baik

23K 3.6K 22
                                    

19 Januari 2022.

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Jangan lupa follow akun ini sebelum lanjut membaca, ya. Thank you✨

Mohon koreksinya apabila ada salah ya dan sampaikan jika ada kritik serta saran untuk cerita ini.

Ambil baiknya, buang buruknya ya💞

Ambil baiknya, buang buruknya ya💞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bab 7 : Calon yang Baik

***

"Mau pulang sekarang, Nak Syam?"

Syam mengangguk membenarkan ucapan Kiran yang baru saja datang ke ruang keluarga. Sedari tadi—tepatnya setelah selesai makan—Syam menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama Hasan.

Sementara Tisha, Alif, dan Kiran tadi berada di kamar Tisha. Rumah Hasan hanya berlantai satu, memiliki dua kamar yang tidak terlalu luas, terdapat ruang keluarga yang biasa dijadikan ruang tamu juga, ruang makan yang bersebelahan dengan dapur, sehingga mempunyai kesan sederhana.

"Iya, Bu. Gak enak kalau di sini kemalaman," ujar Syam sangat sopan.

Kiran duduk di sebelah Hasan, tersenyum kepada Syam yang duduk anteng di sofa tunggal. "Tisha tadi ketiduran, kayaknya kecapekan main."

"Kalau Alif-nya?" tanya Syam.

"Ketiduran juga. Mau Bunda bangunin Tisha aja? Biar dia bawa Alif kesini."

"Kalau saya saja yang ke sana bawa Alif, bagaimana? Saya merasa sudah terlalu banyak merepotkan Tisha."

Sebenarnya Syam sedikit ragu menyampaikannya, tapi kalau dipikir-pikir kembali rasanya tak enak membuat istirahat Tisha terganggu. Syam memandangi Hasan dan Kiran bergantian sembari tersenyum kaku.

"Boleh," ungkap Hasan serius. "Tapi harus sama-sama ya, jangan berduaan."

Seketika kekehan Syam terurai. Mereka pun beranjak dari duduk dan berjalan menghampiri kamar Tisha. Setibanya di sana, Kiran membukakan pintu. Ketiganya masuk dan langsung melihat pemandangan menyejukkan.

Tisha yang duduk bersandar di kepala ranjang itu terlihat sangat damai dalam tidurnya. Sedangkan Alif yang berada di pelukannya terlelap pulas dan nampak merasa nyaman.

Syam yang menyaksikan sendiri bagaimana interaksi mereka membuat jantungnya berdebar kencang. Kedua ujung bibirnya refleks tertarik.

Kiran mendekat dan berusaha membangunkan Tisha dengan perlahan supaya Alif tidak ikut terbangun.

"Tisha, bangun dulu. Nak Syam udah mau pulang sama Alif," ucap Kiran mengusap pipi putrinya.

Syam dan Hasan turut menghampiri ketika Tisha mulai membuka matanya.

"Pak Hasan tahu gak sejak kapan mereka bisa sedekat ini?" tanya Syam memelankan suaranya.

Hasan tersenyum lalu menggeleng pelan. "Saya juga gak tahu, Syam. Mungkin sudah kehendak Allah."

HISYAMWhere stories live. Discover now