Bab 38 : Pembahasan Alma

14.5K 2.1K 40
                                    

10 April 2022.

Bismillahirrahmanirrahim.

Ambil baiknya buang buruknya. Bantu koreksi kalau ada salah ya💗

 Bantu koreksi kalau ada salah ya💗

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Bab 38 : Pembahasan Alma

***

Pagi ini banyak sekali kegiatan di luar rumah. Setelah mengikuti kajian di salah satu masjid sesuai saran dari Tisha, mereka lanjut ziarah ke makam seseorang. Di sanalah Tisha sempat melihat betapa rindunya Syam ketika mengunjungi makam sang ayah.

Syam, Tisha, dan Alif tidak lama di tempat itu. Dari makam mereka langsung mengunjungi rumah Alma. Sebisa mungkin setiap Syam libur ia menemui mamanya, karena Alma tinggal sendirian, Tisha pun dengan senang hati memperbolehkan.

Selama perjalanan, Syam menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan di benak Tisha sedari tadi tanpa diminta oleh perempuan itu.

"Papa ninggalin saya dan Mama waktu saya berhasil masuk SMA pilihan Papa. Beliau meninggal karena kecelakaan," kata Syam dengan ekspresi biasa saja seolah sudah berteman dengan luka.

Syam menoleh sebentar, lalu fokus menyetir lagi dan kembali menjelaskan, "Saya sama Mama sedih banget waktu Papa ninggalin kita. Karena kita hanya tinggal berdua, akhirnya Mama buka usaha pakai tabungan Papa yang ada buat menghidupi kami."

Syam tersenyum mengingat masa-masa itu. "Dan setelah itu berdirilah Fathir Bakery yang namanya diambil dari nama panggilan Papa."

"Papa itu orangnya seperti apa di mata Pak Syam?" tanya Tisha penasaran, menoleh ke arah Syam yang meluruskan pandangannya ke jalanan.

"Papa itu lelaki terbaik, bahkan saya gak ada apa-apanya. Saya belajar banyak dari beliau termasuk belajar caranya menghargai wanita." Syam tak bisa menahan untuk menyunggingkan senyumannya yang kian melebar.

"Untungnya selama masih ada Papa, saya termasuk remaja yang patuh."

"Maksudnya?"

"Gak neko-neko. Jadi remaja pada umumnya." Syam terkekeh geli diikuti oleh Tisha.

Tisha sama sekali tidak kaget mendengarnya. "Iya, jelas dong. Mana ada remaja males-malesan bisa S2 di luar negeri?"

"Lah, siapa tahu bisa?"

"Bisa bohong."

Tisha menyahuti lalu tertawa bersama Syam. Sementara di belakang mereka berdua, Alif hanya mendongak sebentar karena mendengar suara tawa orang tuanya.

Namun saat ia tahu obrolannya sangat tidak bisa dimengerti, Alif melanjutkan kegiatannya menonton kartun di sebuah mainan edukasi anak islami berupa perangkat yang bisa dimainkan seperti gadget.

Singkat cerita, mobil yang dikendarai Syam telah tiba di halaman rumah Alma. Wanita pemilik rumah tersebut ternyata sudah menunggu di ambang pintu yang terbuka, menyambut kedatangan anak, menantu, dan cucunya dengan begitu ramah.

HISYAMWo Geschichten leben. Entdecke jetzt