Bab 5 : Memilih Cincin

28.1K 3.8K 51
                                    

15 Januari 2022.

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Kalau berkenan, alangkah baiknya follow akun ini sebelum membaca, ya. Thank you✨

Silakan kalau ada kritik dan saran untuk cerita ini bisa disampaikan. Koreksi juga kalau ada salah :)

Ambil baiknya, buang buruknya.

5

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

5. Memilih Cincin

***

Aroma sambal balado yang sedang Tisha tumis di atas wajan itu menguar ke segala penjuru dapur. Kiran yang menemaninya memasak hari ini nampak tergugah selera makannya.

Kiran menghirup dalam aroma masakan sang putri ketika Tisha menuangkan terong yang sudah terpotong ke wajan.

"Anak Bunda pinter banget masak," puji Kiran mengacak gemas bagian atas kerudung Tisha.

Tisha langsung mengukir senyum bangga, tangannya sibuk mengaduk terong agar tercampur merata.

"Alhamdullilah, Bunda. Apapun itu harus disyukuri. Anaknya siapa dulu, dong?" balas gadis itu menaik-turunkan alisnya jahil.

Kiran terkekeh, mencubit pinggang putrinya pelan. Namun Tisha berteriak keras seakan cubitan dari Kiran membuat kulitnya membiru sampai tangannya melepas spatula.

"Buruan nikah, biar ada yang muji masakan kamu."

"Kan, ada Ayah yang tiap hari muji masakan aku. Jadi, kenapa harus nunggu nikah dulu, Bun?" Tisha berucap sembari melanjutkan aktivitas memasaknya.

"Kamu sama Tara, kok, gak bedanya. Sukanya ngulur waktuuu terus buat nikah!" Kiran menggerutu memindahkan wadah sup ke meja makan.

"Namanya juga kakak-adik, Bunda."

"Gimana kalau kamu nikah aja sama Hisyam? Ayah suka sama kepribadiannya."

Hasan Muzzaki tiba-tiba muncul menimbrung pembicaraan dua perempuan yang sangat disayanginya. Pria paruh baya yang memakai seragam guru itu menarik kursi dari meja makan.

"Ayah suka, tapi aku enggak," balas Tisha merengutkan wajahnya. Gadis itu dengan terampil memindahkan terong balado ke dalam wadah.

"Kenapa enggak? Karena baru kenal?"

Tisha mengangguk pelan. "Iya, Yah. Soalnya aku juga baru ketemu dia kemarin. Denger tentang dia juga dari Bu Bos aja."

"Emang masalah kalau baru kenal?"

"Aku gak suka sama dia, Bunda," sangkal Tisha memutar tubuhnya berjalan menghampiri meja makan.

"Kenapa gak suka?"

"Gak suka aja, Yah. Lagian suka-gak suka harus dikasih alasan?"

Hasan dan Kiran saling berpandangan dan mengembuskan napas lelah. Tisha menyengir dan ikut duduk bersama keluarga kecilnya itu. Tisha tersenyum melihat Kiran mengambilkan makanan untuk Hasan.

HISYAMWhere stories live. Discover now