Bab 36 : Luka Syam

20.1K 2.5K 220
                                    

27 Maret 2022.

Bismillahirrahmanirrahim.

Ambil baiknya buang buruknya. Bantu koreksi kalau ada salah ya💗

 Bantu koreksi kalau ada salah ya💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 36 : Luka Syam

Karena sesungguhnya tidak ada yang mau dikhianati di dunia ini.

***

Matahari telah muncul dari persembunyiannya, memancarkan sinar kehangatan yang melewati celah jendela. Pagi ini adalah pagi yang terasa begitu lama. Tisha sedikit canggung melebihi saat pertama kali ia tidur di kamar yang sama dengan Syam dulu.

Bahkan pakaian Tisha tidak sama lagi seperti hari-hari biasanya. Kini ia menggunakan piyama milik Syam yang cukup menelan tubuhnya karena kebesaran. Tidak ada lagi kerudung yang menutupi kepalanya.

Rambut curly sebahu dengan poni terbelah tengah itu dibiarkan begitu saja. Sudah tidak ada gunanya lagi ditutup disaat Syam sendiri telah melihat seluruhnya.

"Dimakan, ya. Semoga kamu suka," kata Syam meletakkan semangkok bubur sumsum di atas meja lipat yang terpasang di hadapan istrinya.

Untuk sekarang, Syam memang tidak membiarkan Tisha kemana-mana terlebih dahulu dan menyarankan Tisha supaya banyak-banyak beristirahat. Sementara Tisha tidak enak hati karena sejak pulang salat subuh di masjid tadi Syam melakukan seluruh pekerjaan rumah tanpa protes dan mengeluh sedikitpun.

Kembali ke sarapan pagi yang nampak lezat dihidangkan untuk Tisha. Perempuan itu mengulas senyumnya lantas berterima kasih kepada lelaki berkemeja biru muda tersebut.

"Makasih, Pak."

"Makasih juga buat malam tadi."

Syam mengecup kepala Tisha sekilas, setelahnya ia menyengir. Masih belum sepenuhnya berubah, Tisha memukul lengan Syam membuat lelaki itu tertawa sambil mengaduh. Mengingat sebentar lagi harus berangkat kerja, Syam segera bersiap-siap merapikan kemejanya.

"Eumm. Buburnya enak."

Tisha memuji bubur buatan Syam dengan khidmat, mengecap rasa manis yang pas di lidahnya. Syam memang pintar memasak, tapi jika diingat-ingat sebelumnya Syam pernah membantu Tisha memasak. Dan secara tidak sadar lelaki itu lebih menguasai dapur ketimbang dirinya.

Syam terkekeh geli. Bukannya tidak mau merespon balik, tapi ia sedang mengejar waktu agar tidak terlambat ke kantor. Setelah memakai jas dan menenteng tas kerjanya, Syam menghampiri Tisha. Kemudian berpamitan sambil menghadiahi banyak kecupan sampai Tisha merengek memohon agar Syam berhenti.

"Kalau ada apa-apa kabarin saya. Oke?"

Tisha mengangguk patuh sambil mengulum senyum manis mendengar ucapan Syam. Ketika Syam mengelus rambutnya sembari berjalan keluar, Syam masih sempat memberi wejangan lagi.

HISYAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang