1. Dingin

15.9K 335 0
                                    

Di sebuah mobil mewah yang melaju normal terdapat seorang pria yang sedang menatap fokus ke arah jalanan, sementara di kursi sebelahnya seorang gadis berusia dua puluh dua tahun tengah memainkan ponselnya. Keduanya tampak terdiam, hanya ada suara nafas yang saling bersahut-sahutan. Si gadis tak berani memulai pembicaraan, sedang si pria dewasa tampak dingin dan tak berniat sedikitpun untuk mengeluarkan sepatah katapun.

Keadaan itu berlangsung cukup lama. Bukan hanya cukup lama, memang dari dulu mereka berdua tidak pernah berbicara kalau tidak ada hal yang penting. Mobil berhenti tepat di gerbang sebuah kampus.

“Pa, aku masuk dulu,” ujar Vita dengan nada terdengar sangat kaku. Vita mengatakan itu sebagai formalitas saja. Layaknya anak dan ayah pada umumnya, walau pada kenyataannya hubungan mereka tidak terlalu dekat sebagai mana mestinya.

“Hm,” sahut Raka dengan nada datar terkesan dingin. Bahkan Raka tidak menolehkan kepalanya sama sekali ke arah anaknya.

Vita menutup pintu mobil dan tak berapa lama mobil melaju meninggalkan gadis itu seorang diri. Vita mengembuskan nafasnya dengan kasar lalu berbalik dan berjalan masuk ke dalam kampusnya.

Langkah gadis itu menuju ke arah kantin untuk menemui kedua sahabatnya yang sudah berada di sana.

Vita melambaikan tangannya saat melihat kedua sahabatnya.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Gea dengan nada terdengar sinis.
Vita tersenyum lalu mengambil duduk di sebelah gadis itu.  

“Mau ketemu kalian berdua lah,” sahut Vita tak tersinggung sama sekali dengan nada yang digunakan Gea kepadanya.

“Elo kan udah lulus, tinggal nunggu wisuda doang. Ngapain ke kampus, ngerusak pemandangan aja,” ujar Rosa menimpali.

“Iya,” sahut Gea sewot.

Vita tertawa mendengar perkataan kedua temannya itu.

“Aku ke sini mau bikin kalian termotivasi supaya cepet lulus,” sahut Vita hingga membuat kedua gadis itu cemberut.

“Sombong banget, mentang-mentang tinggal wisuda doang,” ujar Gea sambil mengerucutkan bibirnya.

“Tega banget lo, ninggalin kita berdua di sini,” ujar Rosa.

“Aku nggak ninggalin kalian berdua ya, catet itu baik-baik, tapi kalian berdua yang nggak pernah serius kuliah,” sahut Vita.

“Udah berapa kali aku bilang sama kalian jangan bolos kelas, tapi kalian berdua susah dibilangin,” ujar Vita mencoba mengingatkan kedua temannya.

“Iya sorry, kami yang salah,” ujar Rosa menyadari kesalahannya.

“Eh ngomong-ngomong, bokap lo udah ngizinin elo pacaran belom?” tanya Gea mengubah topik pembicaraan.

Vita mengembuskan nafas dengan kasar.

“Ngeliat ekpresi lo, gue tebak elo belom ngomong sama bokap lo,” ujar Gea tepat sasaran.

“Iya, kamu kok tahu?” tanya Vita.

“Vita… Vita, gue kenal sama elo bukan sehari dua hari, tapi udah bertahun-tahun, jadi gue tahu elo itu orangnya kayak apa. Lagian gue bingung sama elo, masa ngomong sama bokap sendiri susah banget. Emang bokap lo masih sama kayak dulu, dingin dan datar?” tanya Gea penasaran.

Vita mengangguk lemas.

“Sebenernya elo sama bokap lo kenapa sih Vit?” tanya Rosa heran.
Vita mengedikkan bahunya, tanda bahwa ia sendiri pun tidak tahu.

“Coba nanti elo minta izin sama bokap lo, apalagi wisuda udah didepan mata. Masa pas wisuda elo masih jomblo aja,” ujar Gea dan diangguki oleh Rosa.

Future WifeWhere stories live. Discover now