18. Taktik Susan

2.9K 136 0
                                    

Sesampainya di kantor. Susan masuk ke ruangan Raka sambil membawakan secangkir kopi.

"Pak, saya buatin kopi spesial buat bapak," ujar Susan seraya meletakkan kopi buatannya ke atas meja.

"Hmm," sahut Raka yang masih sibuk menatap layar laptopnya.

"Dicoba pak mumpung masih panas," ujar Susan lagi.

Raka menghela nafas lalu mengalihkan perhatiannya ke arah secangkir kopi di dekatnya. Pria itu mengambil kopi tersebut lalu menyeruputnya.

"Gimana pak? Enak nggak pak?"

"Lumayan," sahut Raka. Karena bagi pria itu kopi buatan Vita lah yang paling enak.

"Yah cuma lumayan," gerutu Susan tampak kecewa.

"Ngapain kamu masih di sini?"

"Bapak sama Vita lagi marahan ya?"

Raka mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu.

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

Susan menyenderkan bokongnya di meja kerja Raka. Wanita itu berpose seseksi mungkin untuk membuat Raka klepek-klepek.

"Ya tahu lah pak, diliat aja kalian berdua lagi nggak akur," sahut Susan.

"Bapak mau akur lagi nggak sama Vita?" lanjutnya.

"Iya," sahut Raka cepat.

"Kalo gitu bapak bisa ceritain masalahnya sama saya, mungkin saya bisa bantu menyelesaikan, apalagi saya sama Vita kan sama-sama perempuan, jadi saya bisa ngasih saran buat bapak," ujar Susan.

"Saya mengurung Vita di kamar selama tiga hari," ujar Raka yang mulai menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Kalo boleh tahu karena apa?"

"Karena Vita ketahuan dekat dengan laki-laki," sahut Raka.

Susan menganggukkan kepala.

"Bapak nggak setuju Vita sama laki-laki itu?"

"Iya," sahut Raka cepat.

"Pak, gimana kalo ngobrolnya di sofa aja biar lebih akrab," ujar Susan.

Tanpa membantah atau memarahi Susan. Raka justru langsung menurut dan pindah ke sofa.

Susan semakin berbunga-bunga, restu calon anak sudah ia dapat. Dan tanpa terduga sang calon anak memberikan persyaratan yang membuatnya bisa lebih dekat dengan Raka.

"Apa yang harus saya lakukan supaya Vita nggak marah lagi?"

"Itu sih simpel pak," sahut Susan seraya menggeser bokongnya mendekat ke arah Raka.

"Apa?"

"Bapak tinggal nyari tahu laki-laki yang lagi deket sama Vita, mungkin bapak belum kenal laki-laki itu makanya bapak nggak suka sama dia. Kalo udah kenal saya yakin bapak pasti setuju," ujar Susan memberi saran.

Tatapan Raka tiba-tiba menjadi dingin. Aura pria itu membuat Susan ngeri-ngeri enak.

"Duduk di sana!" perintah Raka yang menyadari jarak antara dirinya dengan Susan sangat dekat.

Susan merenggut.

"Salah ngomong nih kayaknya," batin Susan seraya berpindah ke sofa yang lain.

"Kalo pria yang deket sama Vita bukan pria baik-baik, keputusan bapak ngelarang Vita pacaran sama dia udah tepat," ujar Susan.

Aura dingin yang dipancarkan oleh Raka tiba-tiba menghilang dengan cepat.

"Jadi keputusan saya sudah tepat kan?" tanya Raka sedikit tersenyum.

Future WifeWhere stories live. Discover now