50. Extra Part

8.1K 218 6
                                    


***
Setelah pulang dari honeymoon, Raka dan Vita kembali ke rumah mereka. Ada sedikit perbedaan. Kini Vita pindah ke kamar utama bersama Raka, sang suami.

Dan mulai sekarang bibi tidak lagi tinggal bersama di rumah Raka. Pria itu membelikan rumah yang letaknya tak jauh dari rumah mereka supaya setiap siang bibi bisa membantu Vita membersihkan rumah sekaligus menemani Vita saat dirinya sedang berada di kantor. Lalu pulang pada sore har
Raka melakukan hal itu agar ia bisa bermesraan dengan sang istri tanpa diganggu oleh orang lain.

"Mas yakin mau coba masakanku?" tanya Vita dengan tatapan ragu.

Raka mengangguk yakin.

"Tapi masakanku gagal," cicit Vita tak yakin dengan rasanya. Terakhir kali ia memasak, itupun dibantu bibi. Penampilannya memang tampak meyakinkan namun rasanya sangat-sangat tidak enak. Apalagi masakannya yang ini, ia sendiri yang meracik bumbu tanpa dibantu bibi sama sekali. Karena saat ini bibi tidak dipanggil ke rumah lantaran akhir pekan.  Raka hanya ingin berduaan dengan sang istri.

"Kita nggak tahu kalo belum dicoba, siapa tahu rasanya enak," ujar Raka dengan mata berbinar-binar cerah. Meski penampakannya menyeramkan tapi ini masakan pertama buatan Vita tanpa bantuan dari siapapun.

Raka memasukan sesendok nasi goreng dengan bawang cincang yang terlihat gosong ke dalam mulut.

Hmmmpt!

Raka menutup mulutnya rapat-rapat saat lidahnya merasa kebas lantaran rasa pedas yang memenuhi rongga mulutnya. Nasi goreng itu terlihat berwarna coklat, tapi kenapa rasanya sangat pedas.

"Gimana mas rasanya?" tanya Vita antusias. Matanya melebar dan tampak berbinar-binar cerah.

Selain pedas, nasi goreng ini juga terasa sangat asin dan sedikit aneh. Entah apa saja bumbu yang dimasukkan ke dalamnya.

Raka mengunyahnya dengan cepat lalu buru-buru menelannya.

"Hah!"

"Air!" pinta Raka setelah berhasil menelan satu sendok nasi goreng yang terasa menyiksa itu.

"Iya bentar," ujar Vita panik karena melihat wajah Raka berubah menjadi merah.

Buru-buru Raka merebut gelas air putih dari tangan Vita lalu meminumnya sampai habis tak tersisa.

"Mas Raka nggak pa-pa?"

"Berapa cabe yang kamu masukin ke dalam nasi gorengnya?"

Vita menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku nggak pake cabe," sahutnya.

"Kok pedes banget?"

"Itu... Anu..." Vita menyatukan kedua jari telunjuknya.

"Tadi waktu masak nasi goreng, aku nggak nemu cabe." Vita menjeda perkataannya.

"Makanya aku pake wasabi yang aku beli kemarin," ujar Vita dengan tatapan polosnya.

"Apa! Wasabi!"

Vita mengangguk cepat.

"Seberapa banyak?"

Vita memegang dagunya sambil mengingat-ingat.

"Banyak," sahutnya.

"Pantes pedes banget," ujar Raka pelan.

"Terus apalagi yang kamu masukin?"

"Nggak tahu, lupa!"

Raka memegang pangkal hidungnya, kepalanya mendadak pusing.

"Mas kenapa?" Vita mendekat.

"Kepala mas pusing," sahut Raka.

"Mau aku pijitin?"

Mendadak mata Raka berbinar-binar. "Iya," sahutnya cepat.

Vita dengan telaten memijat pelipis suaminya. Penuh kehati-hatian. Sementara Raka memejamkan matanya menikmati setiap pijatan yang Vita lakukan. Ajaibnya rasa pusing di kepalanya perlahan-lahan menghilang.

"Udah cukup," ujar Raka setelah pusingnya benar-benar hilang. Tangan Raka menyentuh jari lentik Vita dan menariknya supaya duduk dipangkuannya.

"Mas masih nggak nyangka kamu beneran jadi istri mas," ujar Raka mengamati wajah sang istri yang sangat cantik meskipun tanpa make up.

"Aku juga nggak nyangka jadi istri mas Raka, dulu aku pernah mikir siapa jodohku nanti kalo mas Raka terus larang aku deket sama semua cowok," ungkap Vita mengingat larangan Raka yang dulu masih berstatus sebagai ayah angkatnya.

"Dan ternyata jodoh kamu itu mas," ujar Raka tersenyum bahagia sekaligus bangga. Rencananya sedari dulu berjalan lancar.

"Mas," panggil Vita sedikit ragu.

"Hmm, apa sayang?" suara Raka begitu lembut.

"Gimana kalo ternyata aku diem-diem deket sama cowok lain?" tanya Vita.

Raka memutar bola matanya. "Kan itu udah kejadian," sahut Raka malas mengingat saat itu.

"Nggak!" Vita menggeleng kencang.

"Misalnya cowok itu bukan kak Boy, dan misalnya cowok itu cowok baik-baik dan direstuin sama Daddy. Terus aku sama dia mau nikah, kira-kira mas bakal lakuin apa?"

"Nggak boleh! Pokoknya kamu nggak boleh nikah sama cowok lain. Mas nggak rela!"

"Mas bakal lakuin apa aja buat gagalin pernikahan kamu sama cowok itu!" ujar Raka menggebu-gebu.

"Misalnya?" tanya Vita penasaran.

Tiba-tiba Raka tersenyum miring. Ada sorot jahil dimatanya. "Dengan terpaksa mas bakal hamilin kamu supaya pernikahan itu gagal."

Mendadak Vita merasa merinding melihat tatapan mata dan senyum miring suaminya.

Raka memajukan kepalanya ke telinga Vita. "Mas penasaran, kira-kira Raka junior udah ada apa belom ya di perut kamu?" Raka berkata dengan suara rendah.

Wajah Vita sontak merah padam.

"Kalo belum, kita bisa coba lagi," ujar Raka dengan wajah bahagia.

"Mas, turunin aku!" ujar Vita heboh lantaran digendong ala bridal style.

Ting! Tong!

Baru juga dua langkah, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi.

Kening Raka berkerut. Siapa kira-kira tamu yang datang ke rumahnya dan berani-beraninya mengganggu pasangan pengantin baru.

Raka menurunkan tubuh istrinya, lalu berjalan dengan langkah cepat hendak memarahi tamu sialan itu.

Sementara itu Vita bernafas lega.

Ting! Tong!

Ceklek!

Raka hampir saja menyembur tamu kurang ajar itu setelah membuka pintu, namun sedetik kemudian ia menelan kembali kata-kata yang hendak ia keluarkan, lantaran orang yang bertamu adalah ayah dan ibu mertuanya alias Arya dan Susan.

"Daddy!" pekik Vita begitu gembira. Wanita itu langsung menghambur memeluk sang ayah dengan senyum lebar.

"Vita kangen Daddy," ujarnya manja.

Arya tampak terkekeh melihat anak semata wayangnya yang sangat manja.

Keempatnya masuk ke dalam rumah dan duduk di meja makan. Jadi kedatangan Arya dan Susan ke rumah Raka adalah untuk makan malam bersama. Berhubung ponsel Raka dan Vita tidak bisa dihubungi, maka dari itu mereka memutuskan untuk datang dengan membawa lauk pauk yang dimasak oleh Susan.

"Maaf ya kalo Daddy ganggu kalian, tapi Daddy pengen makan malem bersama, apalagi masakan mama Susan ternyata enak banget," ujar Arya seraya menatap sang istri.

Susan tampak lesu, pupus sudah harapannya mendapatkan Raka. Meskipun ia mencintai Raka namun ia tidak berniat menghancurkan rumah tangga orang. Apalagi tampaknya Raka sang mantan bos yang kini menjadi menantunya terlihat sangat bahagia menikah dengan Vita.

Susan sangat iri kepada Vita karena memiliki suami yang mencintainya dengan tulus. Tidak seperti suaminya yang masih berusaha mencintainya karena tanggung jawab.

***
Extra Part selesai....



Future WifeWhere stories live. Discover now