25. Memperbaiki Dasi Raka

3.5K 151 0
                                    

Vita terjebak di meja makan bersama Raka, tadi ia berhasil kabur dari kamar papanya. Tapi ia tidak bisa kabur dari sini setelah Raka menerobos masuk kamarnya dan memintanya untuk menemani pria itu sarapan.

Dengan sangat amat terpaksa gadis itu duduk dengan tenang walau kenyataannya jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal seperti biasanya.

"Aku normal, aku normal, aku normal," batin Vita dalam hati sambil memainkan jari-jarinya.

Ingin sekali waktu berputar dengan cepat. Supaya papanya segera pergi ke kantor. Dan ia tidak perlu lagi menatap wajah pria itu untuk beberapa jam ke depan.

Namun, walaupun katanya hari ini kesiangan, tampaknya Raka tidak berniat untuk buru-buru. Pria itu justru menikmati sarapannya dengan tenang dan santai. Justru Vita lah yang tampak ingin cepat-cepat pergi.

Entah kenapa wajah Raka hari ini terlihat sangat tampan. Ada semburat merah dikedua telinganya walau samar. Bukankah telinga berwarna merah menandakan orang tersebut sedang malu. Entahlah.

Tatapan Vita beralih ke bibir Raka yang bergerak dengan pelan karena sedang mengunyah.

Otaknya kembali berputar ke kejadian ciuman yang tak disengaja waktu itu. Bibir padat dan kenyal itu pernah bersentuhan dengan bibirnya. Tanpa sadar pipi Vita merona, tangannya pun refleks memegang bibirnya.

"Astaga!" pekik Vita dalam hati setelah sadar apa yang baru saja ia pikirkan. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan ekspresi ngeri. Ngeri karena ia telah berpikir yang tidak seharusnya ia pikirkan.

"Sadar Vita! Dia papa kandungmu, kamu nggak boleh mikir begitu," batin Vita takut kalau dirinya mulai tidak normal.

"Aku harus pergi ke psikolog buat konsultasi masalah ini secepatnya," batin Vita sambil memukul-mukul pelan dada kirinya.

"Kamu nggak pa-pa?" tanya Raka yang tampak khawatir. Pria itu mengulurkan tangannya hendak memegang dahi gadis itu. Namun buru-buru Vita bangkit sehingga tangan Raka berakhir menggantung di udara.

"Aku nggak pa-pa," sahut Vita cepat dalam satu tarikan nafas.

"Tapi..."

"Yuhuuu!" teriak Susan dengan heboh saat memasuki ruang makan.

Raka menghentikan ucapannya dan kini pria itu menolehkan kepalanya ke sumber suara yang telah mengganggunya.

"Pak, tumben belom berangkat ke kantor. Makanya saya jemput bapak ke sini, siapa tahu bapak butuh bantuan saya," ujar Susan dengan semangat.

"Hai calon anak..."

Susan menghentikan ucapannya karena mendapat tatapan tajam dari Raka.

"Maksudnya... Hai anak baik apa kabar?"

Susan melakukan cipika-cipiki dengan Vita sambil tersenyum canggung karena ia hampir keceplosan.

"Apa yang perlu bapak siapin sekarang? Saya siap membantu."

"Nggak ada," sahut Raka dengan nada datar.

"Oh! Dasi bapak miring," pekik Susan antusias.

Wanita itu hendak memperbaiki dasi Raka yang memang berantakan dan miring.

Tangan Susan yang hendak memegang dasi Raka langsung mendapatkan tepukan keras dari Raka.

"Nggak usah diperbaiki, biarin aja," ujar Raka dengan tegas.

"Tapi itu berantakan pak, nggak rapi dan nggak enak dilihatnya," ujar Susan yang langsung membuat Vita cemberut. Karena gadis itulah yang memasangkan dasi tersebut.

Future WifeTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon