22. Mimpi Itu Seperti Nyata

3.4K 143 0
                                    

"Pa, izinin aku ketemu sama temen-temenku."

Vita mengikuti Raka ke ruang makan. Sudah puluhan kali Vita memohon kepada pria itu setelah ia sembuh.

Sudah tiga hari Vita semenjak tergeletak di tempat tidur karena sakit, dan setelah sembuh ia menjadi sangat merindukan kedua sahabatnya.

"Pa, aku mohon," rengek Vita seraya mengambil duduk di meja makan.

Raka tampak tak peduli, pria itu lebih memilih menyantap sarapannya dengan tenang.

"Papa, aku mohon," mohon Vita dengan nada memelas.

"Aku janji nggak akan ketemu sama kak Boy lagi," ujar Vita tampak sungguh-sungguh.

Raka menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

Raka menatap mata Vita lekat-lekat.

"Janji?"

"Janji pa, aku nggak akan bohongin papa lagi," sahut Vita tampak semangat.

"Baiklah," ujar Raka pada akhirnya.

Senyum Vita mengembang cerah.

"Makasih pa," ujar Vita tampak sangat bahagia.

"Tapi papa bakal bayar orang buat awasi semua kegiatan kamu sama temen-temenmu, jadi jangan coba-coba buat bohong," ujar Raka.

"Iya," sahut Vita pasrah daripada ia tidak diperbolehkan bertemu dengan Gea dan Rosa.

Akhirnya Vita diantar oleh Raka ke kafe di dekat kampus. Tempat dimana Vita akan bertemu dengan Gea dan Rosa. Selama diperjalanan keduanya memilih diam. Vita tampak memainkan ujung sweater rajut yang ia kenakan. Gadis itu sedang merangkai kata di dalam otaknya untuk meminta kembali ponselnya yang papanya sita. Kemarin ia diperbolehkan menggunakan ponselnya untuk menghubungi kedua sahabatnya. Tapi hanya sementara.

Kakinya terus bergerak-gerak gelisah dan hal itu tak luput dari pandangan Raka yang ternyata diam-diam melirik gadis di sebelahnya.

"Udah sampai," ujar Raka dengan suara datar andalannya.

Vita tersentak kaget. Ia buru-buru mengedarkan pandangannya. Dan benar saja, tak terasa mobil yang dikendarai papanya sudah berhenti di depan kafe tempat Vita janjian.

"Emm..."

Vita tampak ragu untuk memulai pembicaraan mengenai ponselnya.

"Ada apa?"

"Itu... Pa," ujar Vita ragu-ragu.

"Apa?"

"Ponselku, kapan dibalikin?"

"Nanti, kalo kamu udah nggak ketemuan lagi sama pria itu," sahut Raka.

"Oke," ujar Vita lemas.

Vita mengecup pipi papanya sebelum turun dari mobil, walaupun dalam keadaan lemas. Ia sengaja melakukannya agar ia tidak canggung lagi seperti dulu.

Gadis itu merapikan bajunya terlebih dulu sebelum turun.

"Kamu nggak bohong kan?"

Vita mengalihkan pandangannya ke arah sang papa dengan kening berkerut.

Vita mengembuskan nafasnya, ini efek kalau ia pernah membohongi papanya. Tak heran kalau papanya tidak mudah percaya padanya seperti dulu.

"Aku nggak bohongin papa, sumpah!"

"Awas kalo kamu bohong," ujar Raka dengan tatapan curiga.

"Aku masuk dulu, temen-temenku udah nungguin dari tadi," ujar Vita lalu gadis itu membuka pintu mobil lalu turun, tak menghiraukan tatapan Raka yang teramat tajam menatap kepergian Vita.

Future WifeHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin