37. Cemburu

3.5K 156 0
                                    

Akad nikah Arya dan Susan sudah dilaksanakan tadi pagi, dan kini pada malam harinya tengah diadakan resepsi pernikahan yang sangat mewah. Meskipun pernikahan ini dilaksanakan secara mendadak tapi dengan kekuatan uang serta koneksi akhirnya semua berjalan sangat lancar.

Malam ini Vita tampak sangat cantik menggunakan gaun berwarna merah muda yang memperlihatkan bahunya. Gadis itu tampak seperti boneka hidup yang sukses menarik perhatian banyak orang. Termasuk teman-teman Arya. Para pria lajang itu tampak tak percaya kala diberitahu oleh Arya kalau Vita adalah anak gadisnya.

Namun sebagian teman Arya dari jaman kuliah sangat percaya. Karena mereka sempat mendengar cerita dari Arya secara langsung kalau dia sudah pernah tidak sengaja tidur bersama Sinta yang merupakan teman kuliah mereka juga.

Ditambah lagi paras Vita sangat mirip dengan Sinta, yang membedakannya hanya satu. Vita pintar berdandan dan tampak feminim, sementara Sinta tidak memedulikan penampilannya sendiri.

Teman-teman Arya yang perempuan pun turut mengagumi kecantikan Vita. Mereka bahkan memeluk Vita untuk melepaskan rasa rindu mereka kepada Sinta yang sudah meninggal.

Mereka ikut terpukul karena baru mengetahui kalau perempuan pintar dan rajin itu telah meninggal dunia. Mereka pikir Sinta berada di luar negeri dan menjadi perempuan sukses di sana. Apalagi ada kabar kalau Sinta sudah dilirik oleh seorang pengusaha kaya raya yang akan membiayai kuliah S2 di luar negeri.

Namun ternyata nasibnya sungguh diluar ekspektasi mereka.

"Jaga mata kalian!" tegur Arya kepada teman-temannya.

"Gue masih nggak nyangka elo udah punya anak gadis secantik dia," ujar Bimo tampak mengagumi kecantikan Vita dari jauh.

"Bro, kita kenal kan udah lama, gue juga yang selalu bantuin elo kalo lagi susah," lanjut Bimo sambil merangkul bahu Arya.

"Nggak usah basa-basi, mau lo apa?" tanya Arya kesal.

"Tolong terima gue jadi menantu lo," ujar Bimo.

"Idih najis!" pekik Arya dengan memasang raut jijik yang tidak dibuat-buat. Ia juga menyingkirkan tangan Bimo dari bahunya.

"Please terima gue jadi mantu lo," mohon Bimo. Pria itu sudah kepincut dengan paras Vita yang sangat cantik.

"Heh Bim, elo udah ditolak sama Arya karena Arya tahu kalo gue yang paling pantes jadi suaminya Vita, ya nggak bro?" Rafli menatap Arya sambil tersenyum lebar seraya menaik-turunkan kedua alisnya.

"Elo juga gue tolak jadi mantu!" ujar Arya tegas.

"Gimana kalo gue?" tanya Satria.

"Sampe kapan pun gue nggak akan pernah terima kalian semua terutama lo Bim! Sebagai menantu gue," ujar Arya murka. Mereka tidak sadar kalau semua kelakuan nakal mereka sudah ia ketahui. Mana mau ia menyerahkan anak gadis secantik Vita kepada buaya darat bangkotan mata keranjang seperti mereka. Lagi pula mereka semua sudah memiliki seorang pacar.

Raka datang tak lama kemudian, pria itu terpaku saat melihat Vita tampil sangat cantik malam ini. Apalagi gadis itu kini bukan lagi anak angkatnya.

Raka hendak mendekati Vita, namun langkah kakinya terpaku saat melihat Vita melambaikan tangannya seraya tersenyum ke arahnya.

Senyum Raka mengembang dan hendak mendekati gadis itu seraya melambaikan tangan.

"Kak Boy!" teriak Vita dengan semangat.

Boy berjalan melewati Raka menghampiri Vita yang masih setia tersenyum lebar ke arah pria itu. Raka terdiam dengan rasa cemburu yang menyelimuti hatinya.

"Raka!" panggil Arya hingga membuat pria itu menolehkan kepalanya ke sumber suara.

Arya mendekati Raka lalu merangkul pria itu menuju ke arah teman-temannya berkumpul.

"Kenalin, dia Raka. Dia yang jadi ayah angkat Vita selama ini, dan ngerawat anak gue dengan baik," ujar Arya begitu bangga memperkenalkan Raka kepada teman-temannya.

Raka tampak tenang seraya mengulurkan tangannya. "Raka Danendra."

Satu persatu memperkenalkan diri dengan sopan karena tahu Raka merupakan pengusaha yang sukses. Kekayaan Raka jauh diatas mereka semua, termasuk keluarga Arya.

Seraya menjabat tangan teman-teman Arya, diam-diam Raka melirik ke arah Vita yang sedang mengobrol akrab dengan Boy, bahkan sesekali gadis itu tertawa seraya memukul pelan lengan Boy. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Mau tidak mau hal itu memantik rasa penasaran Raka.

"Pak Raka!" pekik Susan seraya berlari kecil sambil mengangkat gaun pengantinnya menuju ke arah pria itu.

Wanita itu tersenyum manis dihadapan Raka. "Pak Raka kapan dateng?"

"Barusan," sahut Raka dengan nada datar akibat tengah cemburu berat.

"Selamat atas pernikahan kalian, semoga langgeng sampai kakek nenek dan segera diberikan momongan," ujar Raka tulus.

"Sayangnya nggak akan pernah terjadi, karena aku nggak mau hidup selama itu sama Arya, apalagi punya anak dari dia. Yang aku mau nikahnya sama kamu," batin Susan sambil tersenyum.

"Terima kasih," ujar Arya.

"Vita sini! Papa kamu dateng!" Teriak Arya dengan semangat.

Vita yang sedang mengobrol asik dengan Boy mau tidak mau menatap ke arah Raka.

Deg!

Jantung Vita berdetak kencang. Tatapan Raka benar-benar menakutkan.

"Sini sayang," panggil Arya.

"Iya Dad," sahut Vita dengan terpaksa menghampiri pria itu.

"Kamu juga ke sini," ujar Arya sambil melambaikan tangan ke arah Boy.

Dengan senang hati Boy berjalan mendekat.

"Ayo Vita kenalin pacar kamu."

Ucapan spontan Arya itu membuat Vita batuk-batuk karena tersedak ludahnya sendiri.

"Kamu sakit?" tanya Boy dengan penuh perhatian.

Vita menggelengkan kepalanya seraya melirik ke arah Raka yang tampak semakin dingin.

"Aku nggak pa-pa," sahut Vita.

Dengan sigap Raka melepaskan jas yang digunakannya lalu pria itu letakkan di bahu Vita yang terbuka.

"Lain kali jangan pake gaun kayak gitu," ujar Raka dengan nada datar namun lembut.

"Iya," sahut Vita sambil menganggukkan kepalanya.

"Jadi dari tadi kamu kedinginan, kenapa nggak bilang sama aku?" Boy tampak khawatir.

"Maaf," sahut Vita sambil menggigit bibir bawahnya seraya melirik ke arah Raka sebentar lalu menunduk. Hal itu Vita lakukan karena Raka masih setia menatapnya dengan intens.

"Dia Boy, calon pacar Vita," ujar Arya memperkenalkan Boy kepada teman-temannya, supaya teman-temannya sadar kalau mereka tidak pantas dengan anaknya yang cantik jelita. Boy jauh lebih muda dan tampan cocok sekali menjadi pacar anaknya.

"Kira-kira kapan kamu nembak Vita?" todong Arya tiba-tiba hingga membuat Boy canggung.

"Secepatnya om," sahut Boy malu-malu.

"Jangan kelamaan ya, soalnya banyak yang ngincer Vita," ujar Arya seraya melirik tajam ke arah teman-temannya.

Tanpa mereka semua sadari, ternyata wajah Raka terlihat mengeras saat mendengar ucapan Arya barusan. Diam-diam ia mengepalkan tangannya.

"Kamu harus dateng waktu Vita wisuda," pinta Arya sambil menepuk bahu Boy pelan.

"Pasti om," sahut Boy tersenyum senang.

Dari kejauhan Hermawan melihat ekspresi wajah Raka yang tampak tidak suka kepada pria muda kenalan Vita itu. Hal itu memantik rasa penasaran Hermawan untuk menyelidiki sesuatu. Termasuk apa arti tatapan Raka ke Vita.

Future WifeWhere stories live. Discover now