Part 4 - Natha dan Jenny

Comenzar desde el principio
                                    

"Tiga puluh."

Bos dan karyawan memang sama-sama kurang otak.

"Jangan terlalu pemilih. Contoh Jenny yang mau mungut anak saya untuk dijadikan jodoh. Oh iya, jangan biarkan Jenny terlalu lelah bekerja. Bantu dia menyelesaikan pekerjaannya," titah Pak Batara.

"Seingat saya, membantu Jenny tidak ada dalam job desk saya, Pak," sanggah Shopia.

"Kamu membantah saya, Shopia?" balas Pak Batara dengan nada sarkas.

Seketika Shopia menegapkan tubuh. "Siap, Pak!"

"Jangan biarkan Jenny bekerja terlalu keras."

Bodo amat, batin Shopia.

"Kamu boleh keluar."

"Permisi, Pak." Shopia meninggalkan ruangan Pak Batara. Pak Batara begitu menginginkan seorang menantu sampai Jenny harus diperlakukan layaknya ratu. Padahal belum tentu mereka berjodoh.

Hei, ini bukan bentuk rasa iri Shopia pada Jenny, kan? Oh ayolah, Shopia hanya kesal.

"Pak Batara bilang nanti malam kita akan makan malam tim. Semua diharap hadir." Terutama Jenny, tandas Shopia dalam hati. Ia berdiri di hadapan semua rekan kerjanya.

"Pak Direktur baru bakal ikut, nggak?" tanya Mia.

"Pak Natha ikut."

"Huaaaaaaa." Mia menjerit kesenangan. "Kita harus tampil cantik malam ini. Mungkin aja Pak Natha jatuh cinta sama salah satu dari kita."

"Jatuh cinta?" cicit Jenny dengan pipi bersemu merah. Seandainya perjodohan dia dan Natha berhasil, Jenny tidak dapat membayangkan berapa banyak perempuan di kantor ini yang akan merasa iri padanya. Jenny bersyukur di beri kesempatan yang bagus ini.

"Lo kira ini drama Korea." Shopia mencibir, ia kembali ke kursi kerjanya.

*******

Berulang kali Jenny melirik ke arah pintu masuk restoran tempat divisi finance and accounting melaksanakan makan malam bersama. Acara sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu, tapi tokoh utama malam ini belum juga muncul.

Shopia memperhatikan Jenny yang sejak tadi gelisah. Dia tahu perempuan itu sedang menunggu si direktur utama.

"Jenny, ayo makan yang banyak," tegur Pak Batara.

Jenny terkejut karena Pak Batara menaruh perhatian padanya. Memang Pak Batara terkenal ramah, tapi anak emas di mata beliau hanya Shopia. Yang selalu mendapat perhatian biasanya Shopia. Dan Jenny senang malam ini dia mendapat sedikit perhatian dari sang atasan.

"Natha pasti datang," jelas Pak Batara. Beliau dapat melihat kegalauan Jenny.

Jenny tersenyum kikuk.

Shopia coba untuk tidak ambil pusing. Dia sibuk menguyah ayam kremes menu andalan favoritnya di mana pun dan kapan pun.

Perhatian Shopia teralih pada ponselnya yang tergeletak di dekat piring makan. Ada pesan masuk.

Pak Bos

Shopia, kalau nanti Natha datang kamu pindah posisi duduk.

Biar Natha duduk di sisi Jenny.

Shopia mengalihkan pandangan pada Pak Batara. Beliau memberikan kode dengan mata, berkedip beberapa kali. Kelilipan lu, Pak?

"Pak Natha datang!" Mia memekik dengan nada tertahan.

Seperti seorang idol Korea Natha berjalan di antara meja-meja makan yang ada. Aura Natha layaknya seorang bintang. Tubuhnya yang tinggi, berotot, dan tegap begitu memanjakan mata. Belum lagi stelan formal yang Natha kenakan membuat ia terlihat mencolok.

"Nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan?  Bismillah, jodohku." Mia baca mantra.

"Maaf sedikit terlambat."

Suara Natha menggelitik indra pendengaran Shopia. Suara serak dan dalam, suara yang paling Shopia ingat saat dia pingsan.

"Silakan duduk." Bian karyawan dari divisi keuangan yang selalu pura-pura rajin mempersilakan Natha duduk.

Pak Batara sibuk memanggil Shopia melalui sorot mata untuk mengingatkan agar Shopia segera pindah kursi. Mana mungkin Shopia dengar kalau dipanggil pakai bahasa kalbu begitu.

"Shopia," tegur Pak Batara tak sabaran.

Shopia berusaha untuk tidak memutar kedua bola matanya dengan malas. Sangat tidak sopan melakukan itu di depan atasan.

"Pak Natha, silakan duduk di sini." Shopia buru-buru pindah dari sisi Jenny, ia kini duduk tepat di samping Bian.

Jantung Jenny bekerja dua kali lebih cepat. Dapat ia rasakan wangi parfum Natha ketika duduk di sisinya.

"Natha, kenalkan ini namanya Jenny. Karyawan terbaik di perusahaan kita." Pak Batara buka suara.

"Saya Jenny--" Jenny tidak melanjutkan kalimatnya karena saat dia menoleh ke arah Natha, laki-laki itu juga menoleh padanya. Jarak wajah mereka tidak sampai satu meter. Untuk sesaat keduanya saling tatap.

"Uuuuuuh, so sweet." Mia seperti menyaksikan adegan drama Korea secara langsung.

Buru-buru Jenny mengalihkan wajah dengan pipi yang memerah. Begitu juga Natha.

"Cheesy banget," cibir Shopia.

Set! Semua mata tertuju pada Shopia. Sepertinya Shopia salah bicara, tatapan orang-orang mengartikan lo yang norak.

"Saya kira Mama tidak ikut acara makan malam ini," kata Natha pada Shopia.

"Ebuset, siapa emak lo?!" Shopia kaget dipanggil Mama.

"Bukannya kamu istri ayah saya? Kamu sendiri yang bilang saat sadar dari pingsan tadi siang." Natha menarik satu ujung bibirnya. Mengejek.

"Shopia, kapan kita menikah?" tanya Pak Batara dengan nada yang sengaja dilebih-lebihkan.

"Fitnah! Fitnah! Kapan saya bilang begitu? Jangan jatuhkan harga diri saya Pak!" Shopia membela diri.

"Anak nggak dapat, bapaknya pun jadi," ujar Mia tak habis pikir.

Shopia malu sekali.

Tbc

Masih mau lanjut? Harus mau ya

Alurnya selow dulu hehe Jangan lupa vote dan komen yang banyaaak yaaa

Spam next di sini 👉

Spam ♥️

Spam author muaniis 👉

Ig: ami_rahmi98

❌ awas ada typo ❌

Hey Stupid, I Love You!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora