Tiga Puluh Dua - Tolong Jagain Kejora

187 37 15
                                    

Tiga Puluh Dua - Tolong Jagain Kejora



Obrolan di jendela itu mengantarkan Langit pada sebuah kesimpulan bahwa mulai detik ini ia harus sudah menerima Kejora bersama laki-laki lain. Seperti yang diungkapkan gadis itu, awalnya akan berat, tapi seiring berjalannya waktu, ia akan terbiasa. Ya, Langit menyakini itu. Namun, bukan berarti ia berhenti mencintai gadis itu. Cintanya takkan hilang. Kejora tetap menjadi satu-satunya bintang di hatinya.

Sejak satu jam yang lalu Langit berada di kamar, tetapi telinganya tidak mendengar kegaduhan di kamar Kejora. Harusnya jam segini Kejora memulai siaran langsung. Suaranya kadang terdengar sampai kamar Langit.

Diliputi rasa penasaran, Langit beranjak keluar dengan membawa ponsel. Setibanya di ruang tamu, laki-laki itu menyibak gorden. Ternyata ada mobil yang terparkir di depan. Ia pun menyimpulkan ada tamu di rumah Kejora. Pantas saja gadis itu belum aktif di Instagram.

Selang lima belas menit, ponsel Langit berdering singkat. Layar dibuka, menampilkan pemberitahuan bahwa Kejora sedang melakukan siaran langsung. Langit memutuskan untuk masuk, kemudian wajah gadis itu terlihat. Aneh memang, padahal rumahnya dekat. Langit bisa saja datang tanpa perlu melihat Kejora di layar.

"Hai. Yang join udah banyak, ya. Maaf agak telat soalnya baru beresin tugas. Dosen, kok, suka dadakan, ya, ngasih deadline? Untung, nih, ada bantuan datang."

Kejora menyorot kameranya ke samping hingga terlihat wajah seorang laki-laki sedang memangku laptop milik gadis itu. Jantung Langit berhenti saat itu juga. Jadi, mobil yang parkir di depan itu milik Pasha?

Pasha mendongak, lalu tersenyum seraya melambaikan tangan. "Hai. Aku lagi di rumah Kejora, nih. Penasaran, kan, kenapa aku ada di sini."

Rentetan komentar seketika memenuhi layar. Langit menelan ludah dengan susah payah, bibirnya gagap. Lagi-lagi Kejora tak memberi aba-aba. Hatinya belum siap sepenuhnya.

"Eh, tadi udah dikasih tau, ya, aku bantuin Kejora ngerjain tugas." Pasha terkekeh.

"Nggak. Ada yang lebih dari itu," balas Kejora.

"Oh, ya? Apa, tuh?"

Langit terus menyaksikan dua orang itu. Kejora tersenyum malu-malu, matanya menatap penuh cinta. Pasha membalasnya dengan hal yang sama, bahkan kini tangannya merangkul bahu Kejora. Langit benci mengakuinya, tetapi ia memang cemburu.

Bagaimana bisa jalan bertiga seperti yang dikatakan Kejora?

"Jadi, malam ini kita mau bikin pengumuman kalau sekarang ... kita udah jadian."

Lagi, komentar baik dari penggemar Kejora maupun Pasha berdatangan. Mereka heboh. Tidak menyangka jika kini Kejora dan Pasha menjadi sepasang kekasih.

Rasanya masih sama walau awalnya Langit sudah mendengar dari mulut Kejora. Pertahanannya runtuh. Langit memilih keluar karena tak sanggup. Perasaannya campur aduk. Bintangnya sekarang telah menjadi milik orang lain.

Senja menyadari perubahan sang kakak. Ia yang baru saja keluar dari kamar dan hendak berteriak heboh langsung menurunkan intonasi suaranya.

"A' ...." Senja duduk di seberang Langit. Matanya awas menatap wajah kakaknya yang muram.

"Ini Teh Kejora baru pacaran, kok. Nanti pasti putus." Maksud hati ingin menghibur, Senja justru mendapat tatapan tajam dari Langit.

"Kok, kamu malah ngomong gitu? Nggak baik, ah."

Senja jadi salah tingkah. "Ya, kan, kenyataannya gitu. Pacaran, tuh, bisa putus. Apalagi pacarannya sama artis."

"Ya, jangan gitu, Neng. Sebagai orang yang deket sama Kejora, kamu mestinya doain yang baik-baik. Doain biar mereka langgeng, kalo perlu sampai nikah."

Senja cukup terkejut mendengar penuturan kakaknya. "A' Langit nggak papa?"

Langit berusaha menampilkan senyumnya meski sangat tipis. "Nggak papa. Rejeki, maut, jodoh itu milik Allah. Kalau garis takdir aku sama Kejora kayak gini, ya udah."

Kali ini Langit berkata jujur. Mau bagaimanapun semesta sudah menggariskan jalannya seperti ini. Kalau memang berjodoh, mungkin saja sejak dulu Langit berani menyatakan perasaannya pada Kejora.

Suara Kejora di luar membuyarkan pikiran Langit. Seketika ia berdiri hingga Senja harus mendongak agar mendapat jawaban dari rasa penasarannya.

Entah dorongan dari mana, kaki Langit melangkah ke pintu, membukanya, lantas beranjak ke teras. Pemandangan yang seharusnya tak ingin dilihat terpampang jelas. Di sampingnya, Kejora masih mengobrol dengan Pasha dan Sena. Seulas senyum terbit di bibir Langit.

Kehadirannya disadari oleh Kejora. Seketika gadis itu berlari mendekatinya, lalu menarik Langit ke teras rumahnya. Langit gelagapan. Malam ini Kejora sudah membuat jantungnya tidak sehat.

"Kalian ngobrol, deh. Aku buatin minumnya biar nggak seret."

"Eh, tapi, kita mau balik," kata Sena.

"Lima menit doang."

Mulut Sena terbuka, tapi Kejora sudah melesat ke dapur. Pasha menyuruh Sena menunggu di dalam mobil. Sena menurut meski dengan umpatan. Kini tinggallah Langit berdua dengan Pasha. Langit menyembunyikan kedua tangannya ke saku hoodie, sementara Pasha menutupi kepalanya dengan tudung jaket.

Pasha berdeham. "Kata Kejora, lo denger ada orang yang mau ngasih pelajaran ke Kejora."

"Kejora cerita?"

"Iya. Makanya gue di sini. Sebenarnya gue udah komitmen untuk nggak ngumbar hubungan ke publik, tapi gue curiga sama satu orang. Live ini bagian dari rencana gue buat bikin dia keluar."

Alis Langit menyatu. Kemudian kepalanya miring ke arah Pasha. "Kenapa harus pakai cara ini?"

"Karena nggak ada cara lain," jawab Pasha enteng. "Lagian lo tenang aja, kalo dia beneran orangnya, gue pastikan dia nggak akan berani deketin Kejora."

"Apa jaminannya?"

"Gue."

Setelah itu sunyi mengambil alih sejenak. Langit kembali meluruskan kepalanya. Ucapan Pasha tidak terdengar seperti bualan. Buktinya malam ini laki-laki itu berada di sini. Bersedia membuka hubungannya dengan Kejora demi membuktikan bahwa pendengaran Langit tidak salah.

"Kamu beneran sayang sama Kejora?" Langit akhirnya mengeluarkan pertanyaan pemungkas.

"Apa pertanyaan itu juga lo tanyain ke setiap cowok asing yang deket sama Kejora?"

Langit terkekeh. "Sayangnya selain aku, cowok yang deket banget sama Kejora baru kamu."

Pasha yang tertegun merapatkan bibirnya.

"Tolong jagain Kejora, ya. Dia sahabat aku yang berharga."

"Gue pasti bakal jagain dia."

Tepat setelah itu, Kejora datang dengan membawa nampan berisi dua gelas kopi panas. "Maaf lama. Ternyata galonnya habis. Tadi ngerebus air dulu."

"Kalian aja yang minum. Aku udah ditunggu Sena di mobil. Kata Abah, jam kunjung cuma sampai jam sepuluh," ujar Pasha.

"Yaaa, padahal aku belum ikut ngobrol sama kalian."

"Besok masih ada waktu. Ajak Langit juga ke lokasi kalo nggak sibuk."

Pasha akhirnya pamit pulang. Langit belum beranjak sampai lampu sen mobil tak terlihat. Obrolan beberapa menit yang lalu sedikit membuat Langit lega. Sepertinya Kejora benar, mereka bertiga bisa jalan bersama-sama.

 Sepertinya Kejora benar, mereka bertiga bisa jalan bersama-sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sisa enam part lagi 🤧

Sky Full of Stars - [END] Where stories live. Discover now