Tiga - Pra Produksi

572 78 50
                                    

Tiga - Pra Produksi





Toyota Alphard putih milik seorang aktor berhenti tepat di depan pintu utama sebuah gedung rumah produksi. Ketika pintu gesernya terbuka lebar, sang aktor turun, mengenakan kacamata berbingkai hitam, menyelipkan telapak tangan ke dalam saku celana, lantas berjalan memasuki gedung tersebut. Di belakangnya ada seorang laki-laki membawakan tas aktor tersebut.

Sang aktor memasuki sebuah ruangan luas, mengambil tempat di sebuah kursi bundar. Di ruangan tersebut dia tidak sendirian, ada seorang laki-laki paruh baya menjabat sebagai produser yang ingin menyambut kedatangan aktor tersebut, tetapi sang aktor sudah duduk terlebih dahulu.

"Siapa pemain utama perempuannya?" tanya sang aktor tanpa basa-basi.

"Wah, sepertinya kamu tidak sabar, ya?" seloroh laki-laki paruh baya tersebut. Namun, sang aktor memasang raut wajah datar.

Sena--laki-laki yang tadi membawakan tas--menyikut sang aktor. "Kan, kemarin gue udah bilang lawan main lo si Rosa."

"Beneran dia?"

Dari arah pintu, muncul seorang perempuan muda berambut cokelat bersama seorang laki-laki gemulai. Kedatangan perempuan itu menjawab pertanyaan Pasha, nama sang aktor.

"Halo, Pasha! Long time no see!"

Saat Rosa ingin memeluk tubuhnya, Pasha berdiri dan pindah tempat duduk sehingga tangan Rosa menggantung di udara.

"Kapan mulai syutingnya?" Pasha kembali bersuara.

"Kalem, Sha. Pemain lain belum ngumpul semua," jawab Ammar, sang produser.

Mood Pasha benar-benar tidak bagus hari ini. Sebab sebelum datang ke sini, Pasha tidak sengaja mendengar pertengkaran orang tuanya di rumah. Lalu ketika tiba di sini, ia harus menerima kenyataan bahwa yang menjadi lawan mainnya adalah Rosa Adelia, aktris pendatang baru yang selalu mengejarnya.

Pasha memang sangat mencintai pekerjaannya sekarang. Ia akan menerima siapa pun lawan mainnya, kecuali Rosa. Sialnya, Ammar sangat cerdik. Ia pandai memanfaatkan situasi. Saat ini para penggemar sedang gencar menjodohkannya dengan Rosa. Tentu saja Ammar menggunakan kesempatan itu di film kali ini.

Suasana hati Pasha semakin hancur ketika para pemeran pendukung berdatangan. Yang perempuan bernama Maria dan Fanya, satu geng dengan Rosa. Lalu pemeran pendukung pria bernama Kevin.

Kevin Atmaja, aktor muda yang terkenal lebih dulu daripada Pasha. Ia sudah memerankan banyak film. Selain layar lebar, Kevin juga berkecimpung di dunia tarik suara. Lagu-lagunya booming dan salah satunya pernah dijadikan original soundtrack film yang dibintanginya.

Bisa dibilang, Pasha menganggap Kevin adalah rivalnya. Memang namanya baru naik akhir-akhir ini, tapi Pasha percaya dirinya bisa setara dengan Kevin. Kalau bisa menyingkirkan posisi cowok itu.

Entah kenapa sekarang Ammar malah mempertemukan Pasha dengan Kevin. Hebat sekali Ammar bisa mengambil Kevin yang sejak dulu setia di salah satu PH ternama.

"Oke, karena udah datang semua, saya mulai agenda hari ini." Ammar membuka pembicaraan setelah sutradara, penulis skenario, serta beberapa acting coach datang. "Saya senang sekali kalian akhirnya  disatukan dalam satu project yang mudah-mudahan bisa mempererat tali persaudaraan."

Ammar mengambil jeda selama satu menit. "Untuk hari ini kalian reading dulu. Pahami cerita serta karakter yang akan kalian bawakan. Minggu depan kita akan berangkat ke Bandung. Kita akan syuting di sana."

Kemudian penulis skenario memberikan kertas berjilid kepada para pemain. Pasha mulai membaca tanpa melepas kacamata hitamnya. Isi cerita series kali ini didominasi oleh adegan antara Pasha, Rosa, dan Kevin. Hal itu membuat aktor berusia 23 tahun itu muak. Namun, agar namanya semakin melambung, Pasha mencoba berusaha netral, mendalami karakter yang akan ia perankan. Mengesampingkan perasaannya.

"Sekarang Pasha sama Rosa coba adu dialog, ya!" perintah Ario, sutradara.

Rosa langsung bersemangat, sedangkan Pasha mati-matian menahan dongkol di hatinya.

Tak butuh waktu lama, sepasang aktor dan aktris itu berdiri saling berhadapan. Pasha melepas kacamata, menyelipkannya di saku, lalu mulai membaca sepenggal dialog sembari menatap Rosa.

Sebenarnya Pasha enggan bersitatap dengan gadis itu. Namun, naskah skenario yang mengharuskannya begini.

"Nala, Nirwana nggak mungkin datang. Dia memilih pergi, memutus semua jalinan yang sudah kalian rajut bersama. Sekarang kamu kehilangannya, tapi aku akan tetap di sini."

Rosa mulai mengubah mimik wajahnya menjadi sendu. Matanya berkaca-kaca. "Dari sekian banyak pria di dunia ini, kenapa harus kamu, Kala? Kenapa bukan Nirwana?"

"Kenyataan memang tidak sebagus yang kamu kira. Tuhan lebih tahu mana yang hamba-Nya butuhkan."

"Terima kasih. Kamu tetap ada di sini walau sudah kusakiti berkali-kali."

"Oke!" Sang sutradara mengangkat kedua tangannya hingga menghasilkan suara prok-prok, diikuti oleh Ammar dan pemain lainnya.

"Untuk Rosa udah bagus. Kalau Pasha kurang sedikit lagi penghayatannya. Nanti kamu latihan sama Mbak Risa," komentar Ario.

Mendengar itu, Pasha mendengkus. Bagaimana bisa menghayati peran kalau lawan mainnya adalah orang yang sangat ingin ia hindari?

Reading masih berlanjut. Kali ini para pemain pendukung yang diberi kesempatan untuk uji coba peran. Pada sesi ini pula, baik aktor maupun aktris boleh memberi masukan terhadap skenario. Nantinya penulis skenario akan merevisi bagian yang sudah diberi masukan. Agar pemeran terlihat lebih luwes, para pemeran diberi arahan oleh acting coach.

Berada di posisi ini merupakan impian Pasha sejak dulu. Melakoni sebuah peran merupakan bagian yang paling seru. Ketika filmnya rilis dan laris di pasar kemudian namanya disebut di mana-mana, di situlah Pasha merasa bangga pada dirinya sendiri.

Meski untuk bisa berada di titik ini tidak mudah. Ia bahkan sampai mengalahkan sang ayah.

 Ia bahkan sampai mengalahkan sang ayah

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.


Sudah muncul semua tokoh utamanya :)

Kira-kira Pasha dkk bakal syuting di Bandung bagian mana?

Sky Full of Stars - [END] Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα