Tiga Puluh Empat - Terjebak

177 36 30
                                    

Tiga Puluh Empat - Terjebak



Semringah menghiasi wajah Kejora sejak tadi pagi. Bola matanya tak henti menatap huruf A yang terpahat sempurna pada lembar tugasnya. Ia seakan masih tidak percaya jika Bu Farah membubuhkan nilai setinggi itu. Sepertinya ucapan Sena bisa dipegang. Pasha memang cerdas. Otaknya mampu menyelamatkan Kejora dari nilai C yang selalu menghantuinya. Pasha tak sepenuhnya membantu. Laki-laki itu hanya mengarahkan Kejora. Mengulangi penjelasan ketika Kejora tidak paham. Kejora akui kapasitas otaknya di bawah standar hingga merasa salah pilih jurusan.

Wajah cerah itu tak berlangsung lama. Ponsel Kejora sejak semalam berdering teratur. Banyak DM masuk yang mengucapkan selamat, banyak akun gosip yang menandai akunnya, dan komentar serta jumlah pengikut bertambah dalam sekejap. Semula pengikut Kejora baru sampai 73.000, kini bertambah menjadi 95.000. Video tutorial mekap yang awalnya sudah ramai, makin ramai. Tawaran kerja sama berdatangan, sampai-sampai Kejora tidak sanggup membaca semuanya. Senang dan takut beradu di kepala. Ia sendiri masih bingung ingin bersyukur atau merutuk.

Ada beberapa yang mengatakan Kejora pansos ke Pasha agar followers-nya naik walau tak sedikit yang bilang serasi. Mereka yang membenci pun menebar komentar menjatuhkan. Ini yang membuat Kejora jadi membatasi komentar untuk semua postingan. Jujur saja, ia belum siap menerima komentar seperti itu. Benar kata Abah jika tidak pernah melakukan tak usah digubris. Namun, namanya hati susah sekali untuk tidak terbawa perasaan. Kejora sampai takut membuka media sosial.

Kejora butuh hiburan agar kepalanya tidak berat. Karena Langit sedang bekerja, ia menyeret Dara dan Naya. Akan tetapi, Dara malah bertanya tentang live semalam.

"Bener-bener, ya, kamu. Kok bisa kalian pacaran tapi aku nggak tau! Kenapa kamu terima pula?" Dara berkacak pinggang. Mulutnya komat-kamit sembari memasang wajah sangar.

"Ya, karena aku suka. Kapan lagi ditembak sama artis." Kejora malah meledek. Dara makin cemberut.

"Dar, bukannya sekarang kamu deket sama Kevin?" Naya bersuara.

"Tuh, kamu malah dideketin sama penyanyi!" seru Kejora.

Dara memilin tali tasnya. "Kan cuma deket. Kak Kevin juga udah punya pacar, tapi belum pernah dikasih tau ke publik. Aku nggak mau jadi pelakor. Lagian aku cuma ngefans, nggak ngebet jadi pacar artis."

Kejora mencibir. "Itu kamu lagi nyindir aku?"

"Alhamdulillah kalo ngerasa." Dara terbahak, tetapi hanya sebentar. "Gimana rasanya punya pacar artis?" tanya gadis itu kemudian.

"Senam jantung terus, Dar. Nih, HP-ku dari tadi bunyi mulu. Aku sampai bingung mau balas dari mana dulu." Kejora menjawab jujur.

"Sepertinya kamu sudah butuh asisten, Jor. Kamu bisa rekrut aku. Hitung-hitung bantu keuangan temen." Dara menaikturunkan alisnya.

Kejora mengernyit. "Emangnya aku mau ngapain sampai harus punya asisten?"

"Ya siapa tahu habis ini kamu dapet tawaran iklan, tawaran endorse segunung, atau tawaran main film ... ya pokoknya banjir job. Nah, kamu butuh asisten buat handle semua."

Selanjutnya, Kejora mencoba mencerna. Memang sejak semalam banyak tawaran yang masuk. Kalau diterima semua, pasti akan menguras waktu. Memang nanti ada Langit yang membantu, tetapi tidak mungkin kalau berdua saja. "Aku pikir-pikir dulu, deh."

Kemudian mereka bertiga berangkat ke home stay. Sebelum itu Kejora membeli surabi sebagai tanda terima kasih untuk bantuan Pasha semalam. Sesampainya di sana, Kejora tak langsung bertemu. Ia harus menunggu laki-laki itu yang masih take. Dara dan Naya sudah lenyap entah ke mana. Mungkin sudah pulang ke rumah masing-masing.

Sudah hampir satu jam menunggu, tetapi Pasha tak kunjung datang. Mungkin syutingnya masih lama, pesan Kejora sedari tadi juga belum dibaca. Salah sendiri tadi tidak memastikan dulu sebelum ke sini. Kejora yang tidak tahu pasti kapan selesainya mulai jenuh. Ia pun berniat menyusul Dara atau Naya. Kotak berisi surabi ia tinggalkan di meja.

Baru beberapa meter jalan kaki, Kejora dihadang oleh Rosa. Kemunculannya membuat kening Kejora berkerut. Kalau Rosa sudah ada di sini, artinya syuting sudah selesai. Kejora hendak memutar badan ke tempat semula, tetapi tangannya dicekal dari belakang.

"Tunggu! Gue mau minta tolong, bisa?"

Kejora mengerjap. Telinganya tidak salah dengar, kan?

"Beneran. Gue butuh bantuan lo."

Masih bingung dengan perubahan sikap Rosa, Kejora bertanya, "Bantuan apa?"

"Tadi gue ke hutan, terus baru sadar kalo HP gue jatuh di sana. Lo mau nggak bantu cari HP gue?"

"Kenapa nggak minta bantuan sama orang lain aja?"

"Gue nggak enak. Lagian lo yang ada di sini. Daripada gue minta bantuan lain, mending sama lo, kan?"

Mengikis rasa curiga, Kejora membantu Rosa mencari ponselnya. Mereka berdua memasuki hutan. Tangan Kejora menyibak semak-semak, matanya menyelisik benda yang dicari. Rosa pun melakukan hal yang sama. Sesampainya di dekat jurang, Rosa tiba-tiba berhenti kemudian bersiul. Tak lama, dua orang perempuan muncul di balik pohon besar. Kejora mulai memasang alarm waspada.

"Kena lo." Rosa menyeringai.

Terlambat untuk Kejora menyadari bahwa dirinya sekarang sedang dijebak oleh Rosa. Salah satu perempuan yang Kejora yakini adalah temannya Rosa berhasil mencengkeram tangannya lalu dikunci ke belakang. Rosa berdiri di depan, menarik dagu Kejora dengan sangat keras.

"Lo sama Pasha itu sama-sama sampah. Jadi, harus cepet-cepet dimusnahin." Rosa melepaskan tangannya dari wajah Kejora. "Maria, Fanya, iket dia!"

Selanjutnya Kejora didorong hingga terjerembab. Setelah itu perempuan berambut pendek mengikat tubuh Kejora pada batang pohon besar di pinggir jurang. Kejora mulai berontak. Namun, bukannya terlepas, ikatannya malah makin kencang hingga Kejora mendesis kesakitan.

"Aku punya salah apa sama kalian?!" Kejora menatap Rosa, Maria, dan Fanya secara bergantian.

"Salah lo, lo udah berani masuk ke kehidupan Pasha!" Rosa yang tersulut amarah menutup mulut Kejora menggunakan slayer. Kini Kejora tak bisa berkutik.

"Pasha nggak akan mungkin nyariin lo sampai sini. Dia takut sama gelap."

Rosa beserta kedua temannya pergi. Kejora mulai berusaha melepaskan ikatan di kedua tangan dengan menggesekkannya pada batang pohon. Namun, usahanya gagal. Ingin berteriak minta tolong, tetapi tidak bisa. Sampai cahaya di sekitarnya mulai meredup, Kejora menggigil ketakutan. Kini yang bisa ia lakukan hanya menangis, berharap seseorang datang menolongnya.

 Kini yang bisa ia lakukan hanya menangis, berharap seseorang datang menolongnya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Apa Pasha bakal jadi pahlawan? Atau malah Langit yang datang duluan?

Sisa 4 part lagi ❤️

Sky Full of Stars - [END] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt