Sepuluh - Live Bersamanya

276 50 51
                                    

Sepuluh - Live Bersamanya





Hujan deras masih mengguyur tanah Bandung sejak petang, bertepatan dengan malam Minggu. Harusnya Kejora sudah siaran langsung Instagram sejak dua puluh menit yang lalu, tetapi gadis itu malah sedang bakar-bakaran di dapur rumah Langit bersama Senja. Sedang tidak ada hari istimewa, ini hanya iseng-iseng Kejora karena mengaku kedinginan.

"Ini kamu mau bikin para orang tua kolesterolnya naik?" seloroh Ambu ketika Kejora dan Senja menata ayam bakar, sosis bakal, dan jagung bakar di meja makan. Kejora pun sengaja mengajak Ambu serta Abah ke rumah Langit. Memang sudah tidak ada sekat di antara dua keluarga itu. Langit boleh kapan saja datang ke rumah Kejora, begitu pula sebaliknya.

"Nggak papa sekali-kali, Jeng," sahut Mamah. "Untung Mamah nggak masak tadi sore."

Kejora tersenyum. Saking dekatnya dengan Langit, gadis itu juga memanggil mamanya Langit dengan sebutan Mamah, sama seperti anak-anaknya.

Dua keluarga itu mulai berdoa sebelum makan. Lalu makan dengan tenang. Tidak berlangsung lama tenangnya, sebab Kejora dan Langit saling berebut paha ayam, makanan favorit mereka.

"Tadi kamu udah, Jora. Ini bagian aku," kata Langit dengan tangan sudah memegang ujung tulang paha ayam.

Kejora tak mau kalah. "Nggak. Ini punya aku!"

"Kamu udah gendut. Nggak boleh makan daging banyak-banyak."

"Ih, jahat banget bilang aku gendut!"

Keduanya saling tarik-menarik. Hingga Senja berhasil memisahkan mereka dengan mengambil potongan daging itu, lalu digigit.

"Senja!" pekik Kejora dan Langit serempak.

Senja cengengesan. "Daripada buat rebutan, mending aku gigit deh."

Kedua orang tua Kejora dan Langit hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anaknya.

Makan malam selesai. Senja sudah pamit lebih dulu karena ingin mengerjakan tugas sekolah. Sementara Kejora dan Langit pergi ke dapur untuk mencuci piring bekas makan tadi.

"Jora!"

"Hem?"

Kejora tidak menoleh sama sekali. Tangannya masih sibuk membilas piring yang sudah disabuni Langit.

"Kejora ...."

"Apa, sih, dari tadi mang--" Kejora mendongak dan ucapannya terputus lantaran Langit mencolek hidung mancungnya dengan sabun.

"Langit!"

Pembalasan dimulai. Ia memercikkan air ke wajah Langit, tapi laki-laki itu berhasil menghindar. Kejora tidak berhenti, ia terus mencipratkan air ke Langit. Sampai Kejora ingin menyemburkan air menggunakan selang, Langit mengangkat tangannya.

"Udah-udah. Kalo kamu pake itu emang mau ngepel malem-malem? Katanya dingin."

Kejora mencebik. "Habis kamu jail banget!"

"Iya, deh, maaf. Mana sini akan bersihin sabunnya."

"Nggak usah!"

Melihat Kejora masih memajukan bibirnya, Langit mengacak rambut gadis itu karena kelewat gemas.

"Oh, ya, foto yang kemarin udah kamu cetak belum?" tanya Kejora setelah membersihkan wajahnya.

"Udah."

"Kalo gitu di mana? Aku ambil--"

"Ada di kamar. Nanti aku yang ambil."

"Lah, emang kenapa kalo aku yang ambil?"

Sky Full of Stars - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang