Enam - Sedikit Lebih Baik

302 58 53
                                    

Enam - Sedikit Lebih Baik





Persiapan ke Bandung hampir selesai. Pasha merebahkan tubuhnya di kasur lebar. Melipat kedua tangannya lalu diletakkan di bawah kepala. Matanya lurus menatap langit-langit kamarnya. Napasnya terlihat teratur dan tenang.

Besok ia beserta pemain serta kru akan berangkat ke Bandung. Pasha tak begitu bergairah, malahan ia punya niat ingin membatalkan keberangkatan ini. Namun, bagaimana bisa bersikap seenaknya saat tanda tangannya sudah terukir jelas di atas kertas kontrak?

Sudah dikatakan sebelumnya bahwa Pasha akan menerima siapa pun lawan mainnya, kecuali Rosa. Setiap kali melihat wajahnya, Pasha selalu mengingat kejadian buruk yang pernah dilakukan gadis itu padanya.

Jauh sebelum terjun di dunia entertainment, Pasha dan Rosa pernah satu sekolah saat SMA. Pasha naksir Rosa. Pada satu kesempatan, Pasha memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. Namun, bukan jawaban manis yang didapat, Rosa justru mempermalukannya, mengoloknya, mengatakan bahwa Pasha tidak pantas menjadi pacarnya. Sejak saat itu, Pasha tak mau berurusan apa pun dengan Rosa.

Tujuh tahun berlalu, Rosa muncul lagi di saat nama Pasha mulai naik. Entah apa alasannya, yang jelas sekarang Rosa gencar mendekatinya. Membangkitkan luka lama di hati Pasha.

Tak mau teringat masa lalu, Pasha pun menegakkan tubuhnya. Kemudian bangkit dan beranjak keluar dari kamar. Tumitnya menginjak anak tangga satu per satu. Hingga tiba di ujung tangga yang mengarah ke dapur, Pasha menemukan seorang laki-laki berusia lima puluh tahunan sedang membungkuk di depan kulkas yang terbuka. Kepala Pasha menengok ke kanan dan kiri. Di mana pembantunya?

Pasha tetap melangkah ke dapur. Mengambil gelas dan menuangkan air dari teko. Gerak-gerik Pasha lantas terbaca oleh laki-laki itu. Pasha tidak menghiraukan suara sepatu yang mendekat.

"Belum tidur?" Laki-laki itu bersuara.

Pasha meneguk air sampai habis. "Papa tumben pulang. Betah, ya, tinggal di rumah dia?"

Laki-laki itu mengembuskan napas kasar. "Mau sampai kapan kamu kayak gini?"

Sebelum menjawab pertanyaan sang Papa, Pasha meletakkan gelas di meja. "Sampai Papa mau melepaskan dia terus balik ke sini."

"Kalau Papa minta kamu berhenti jadi aktor pun kamu nggak mau, kan?"

Pasha mendengkus. "Papa ngelarang aku jadi artis biar perselingkuhan Papa nggak ketahuan, kan? Sayangnya, justru itu mauku. Aku mau semua orang tahu seorang business man yang sukses, punya anak seorang aktor, ternyata punya simpenan."

"Jangan macam-macam kamu!"

"Pa, sebentar lagi media bakal tahu kebusukan Papa. Kalau Papa masih sayang sama aku, mending berhenti dari sekarang."

Pasha kembali menaiki tangga menuju kamarnya. Selalu seperti itu jika bertemu dengan Papa. Dahulu Papa menuruti semua keinginannya, tapi saat Pasha mengutarakan niatnya menjadi artis, Papa adalah orang pertama yang menentang keras.

Semula Pasha pikir sang Papa tidak setuju karena beliau ingin anaknya melanjutkan bisnisnya. Namun, satu fakta yang membuat Pasha sangat benci dengan garis hidupnya. Saat dirinya menemukan Papa sedang bersama seorang wanita di hotel. Pasha kira mamanya tidak tahu, kenyataannya hubungan gelap itu sudah berlangsung selama tiga tahun.

Pantas saja selama itu sikap kedua orang tuanya berubah, tidak sehangat dulu. Pasha merutuki dirinya sendiri yang baru menyadari ketidakharmonisan mama papanya.

Pasha tidak tinggal diam. Dia menelusuri siapa perempuan simpanan papanya. Ternyata adalah seorang penyanyi solo dan baru-baru ini merambah ke akting. Agar bisa dekat dengan perempuan itu, satu-satunya cara adalah dengan masuk ke dunia artis. Pasha menggunakan cara ini untuk mengancam papanya.

Begitu pintu mobil dibuka, angin segar menerpa wajah Pasha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Begitu pintu mobil dibuka, angin segar menerpa wajah Pasha. Sesekali lelaki itu mengusap lengannya untuk menghalau dingin. Padahal sudah pukul delapan pagi, kenapa matahari tidak menghangatkan badannya?

Seperti di lokasi-lokasi sebelumnya, tempat penginapan ini sudah dipadati oleh warga sekitar. Mau ngapain lagi kalau bukan melihat artis datang, foto-foto, lalu meminta tanda tangan? Akan tetapi, Pasha punya aturan sendiri. Pada hari pertama tiba di lokasi, ia tidak mau menerima siapa pun orang asing sebab fisiknya masih lelah. Makanya beberapa pengawal telah disiapkan untuk menghalau mereka yang memaksa masuk.

"Sha, nanti malam bakal ada briefing buat persiapan besok," kata Sena sembari meletakkan dua koper bawaan Pasha.

"Emang besok udah mulai syuting?"

"Iya."

"Ada Rosa juga nanti malam?"

"Yaiyalah bego! Lo, kan, akting sama dia."

"Nggak bisa diwakilin sama lo aja gitu? Gue capek, mau tidur."

Sena memutar bola matanya malas. "Kan, yang mau main sama dia itu elo. Lagian udah gue bilangin pas nerima kontrak tuh dibaca yang bener, jangan asal tanda tangan. Begitu tau lawan main lo Rosa, apes, kan, lo?"

Pasha tak menggubris. Dia sibuk dengan ponselnya. Memang benar yang dikatakan Sena, dirinya tidak membaca secara tuntas isi kontrak, padahal krusial. Walau selama ini tidak ada masalah, sekarang kecolongan.

"Untuk kali ini aja, lo coba profesional. Anggap aja Rosa tuh sama kayak pemain lainnya. Pak Ammar udah percaya banget sama lo, masa iya mau lo kecewain? Gue tahu bakal susah, tapi nggak ada salahnya, kan? Lo buktiin ke Rosa kalo lo udah move on."

Sena memang tahu segala kehidupan Pasha, salah satunya kenangan buruk itu. Sengaja Pasha memberi tahu sebab ia percaya Sena mampu menjaga rahasianya. Sena bukan hanya sebagai manajer, tapi bisa menjadi temannya.

Sayup-sayup terdengar suara beberapa warga di bawah. Hal itu mengundang atensi Pasha. Lelaki itu membuka pintu yang menghubungkan balkon, melangkah keluar hingga bisa melihat banyak kepala di bawah. Matanya yang masih mengenakan kacamata hitam menyapu ke segala arah. Sampai kemudian ia menemukan seorang perempuan berambut panjang yang merebut perhatiannya selama beberapa hari ini. Pasha melepas kacamatanya guna melihat dengan jelas paras cantik perempuan itu.

"Kejora ...." Tanpa sadar Pasha menyebut nama perempuan itu. Kemudian ia memutar badan, berlari sekencang mungkin keluar dari kamarnya. Pasha yang tiba-tiba muncul mengundang gemuruh dari para penggemarnya. Semakin heboh ketika Pasha memaksa menerobos kerumunan.

Kepala laki-laki itu kembali berputar ke kanan-kiri. Namun, gadis yang wajahnya mirip seorang selebgram itu sudah tidak tampak, padahal di balkon tadi sangat jelas terlihat Kejora ada di sini.

Pasha mendesah kecewa meski sedikit lebih baik sebab bisa bertemu Kejora di sini.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ada yang bingung gak sama POV-nya? Semoga gak ya 😂

Sky Full of Stars - [END] Where stories live. Discover now