Lima Belas - Sesuatu yang Mengejutkan

195 40 41
                                    

Lima Belas - Sesuatu yang Mengejutkan





Pengambilan gambar hari ini didominasi oleh adegan Kevin dan Rosa. Tentu saja Pasha bersyukur sebab telinganya tidak mendengar omelan Ario. Harinya semakin berwarna ketika Kejora tiba-tiba datang membawakan makanan untuknya.

Pasha tak berhenti memikirkan gadis itu sepanjang syuting tadi. Cilok darinya seakan seperti bahan bakar yang membuat Pasha semangat. Cara gadis itu menyenangkan hatinya benar-benar tepat. Sayang sekali karena sudah dipanggil Ario dan Kejora sudah dijemput oleh Langit, Pasha lupa meminta nomor telepon gadis itu. Mau tidak mau, Pasha masih mengandalkan Instagram jika ingin menghubungi gadis itu.

Saat matahari turun di ufuk barat, para kru mulai memindahkan properti. Pasha meletakkan punggungnya pada sandaran kursi. Sembari menunggu Sena yang entah sedang apa, jemarinya bergerak menelusuri beranda Instagram. Karena kesibukannya, ia jadi jarang memperhatikan media sosial. Maka kali ini Pasha menggunakan waktunya sebaik mungkin.

Postingan Kejora beberapa detik yang lalu menyita perhatian Pasha. Gadis itu memasang foto dirinya yang sedang memegang sebuah lipstik. Pasha tebak ini pasti foto endorse. Dan tebakannya benar ketika membaca caption.

Biar bibirmu cetar di depan crush, kamu wajib punya lipstik ini. Mumpung ada promo 10.10, gasskeun! Aku yakin, nih, buat para cowok yang ngasih lipstik ini, pasti ceweknya makin cintaaah.

Bibir Pasha bergerak membentuk senyum simpul. Menurutnya, Kejora mampu beradaptasi dengan trend baru. Tak heran jika banyak yang menyukainya. Bukan tanpa alasan saat Pasha bertanya ketertarikan Kejora dengan dunia artis. Pasha melihat gadis itu memiliki potensi ke arah sana.

@Pasha_Novandra: Kalau aku beliin buat kamu, makin cinta nggak?

Entah arahan dari mana sampai Pasha berani mengirim komentar seperti itu. Tentu saja komen itu diserbu like dan balasan dari netizen. Sudah biasa, bukan? Jika ada artis berkomentar atau membuat postingan, yang mengisi komentar tak jauh para penggemar, orang yang punya masalah dengan kantung mata, promosi peninggi badan hingga keju mozzarella.

Tak ada balasan dari Kejora. Wajar saja karena sekarang sudah waktunya salat Magrib. Pasha ingin segera enyah dari tempat ini, tapi Sena sialan mengatakan masih ada urusan. Karena waktu magrib singkat dan malas menunggu Sena, Pasha memilih menghubungi managernya itu.

"Gue duluan, ya. Mau magrib." Begitu kata Pasha setelah telepon tersambung.

"Bentar, gue masih bantuin Pak Adnan ngurus properti."

"Sebenarnya lo kerja sama gue apa sama Pak Adnan, sih? Kalo gitu gue duluan!"

"Jalan kaki?"

"Nggak, terbang."

Telepon terputus. Sembari memegang ponsel, Pasha beranjak pergi dengan jalan kaki. Sebenarnya ada mobil dan bisa menyetir, tapi biar Sena saja yang membawa. Pasha lelah sekaligus malas.

Sena baru tiba di home stay pada pukul tujuh malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sena baru tiba di home stay pada pukul tujuh malam. Untungnya Pasha memilih pulang sendiri. Jadi, ia bisa mandi dan tiduran di kasur empuk.

Komentar tadi belum juga dibalas oleh Kejora. Entah terbaca apa tidak, yang jelas Pasha benar-benar menunggu balasan gadis itu. Balasan yang tak kunjung datang membuat Pasha memberanikan diri mengirim pesan 'hai'.

Pasha adalah tipe orang yang tidak mudah memulai komunikasi dengan orang baru. Butuh waktu yang lama sampai akhirnya Pasha nyaman. Namun, terjun di dunia ini membuat Pasha mau tak mau memperbaiki skill komunikasinya agar tidak kaku di depan layar kaca. Walau untuk semua urusan kontrak, tawaran iklan dan film, komunikasi lainnya ia serahkan kepada Sena.

Masih tidak ada balasan juga, Pasha menghela napas. Mungkin Kejora memang sedang sibuk hingga tak sempat memegang ponsel.

"Itu cewek yang tadi dateng ke lokasi, kan?"

Pasha mendongak. Mendapati Sena yang berdiri di belakang entah sejak kapan.

"Iya."

"Lo sering komunikasi sama dia?"

"Nggak sering, sih, tapi, ya, komunikasi."

Sena duduk lesehan di lantai. Tangannya merogoh ransel mencari sesuatu. "Lo suka sama dia?"

"Hah? Dari mana lo menyimpulkan kalo gue suka sama dia?"

Sebelum menjawab, Sena mengangkat tangannya dari dalam ransel. Ternyata lelaki itu mengambil minyak aroma terapi. "Walaupun gue baru kerja dua tahun sama lo, gue udah hafal gelagat lo kalo lagi nyimpen sesuatu. Bahkan bunyi kentut lo aja gue tahu."

"Sialan!" Pasha yang berada di kasur dengan mudah memukul bahu Sena.

"Eh, tapi, gue serius, Sha. Lo suka sama dia?"

"Menurut lo gimana?"

"Lo nanya pendapat gue?" Sena menggosok minyak itu ke lehernya. "Kalo menurut gue, sekarang itu lo fokus dulu ke karier. Nggak usah bucin-bucin, deh. Lo nyesel nanti."

Setelah menutup minyak itu, Sena menghadap ke Pasha. "Nih, ya, lo itu ibarat lagi di atas pohon. Untuk bisa sampai ke puncak, lo harus pilih ranting yang kokoh. Kalo lo nginjek ranting yang rapuh atau kecil, ya, lo jatuh."

Alis Pasha terangkat sebelah. "Jadi, sekarang lo lagi nyamain Kejora sama ranting rapuh?"

"Ya, kalo lo nangkepnya gitu, berarti gue nggak salah." Sena menelan ludah. "Gue, kan, udah pernah bilang, ada cinlok yang langgeng sampai kakek-nenek, tapi banyak juga yang putus di tengah jalan. Nah, lo cukup fokus ke yang gagal aja."

"Kalo ternyata gue berhasil gimana?"

"Pashaaa." Sena nyaris ingin mengacak wajah Pasha jika tidak ingat besok syuting. Memang benar, susah memberi nasihat kepada orang yang telinga serta hatinya tidak berfungsi dengan baik.

Akhirnya Sena bangkit. Frustrasi dengan tingkah Pasha. "Gue mau cari minum. Haus habis ceramah."

Pasha diam saja saat Sena beranjak keluar. Namun, beberapa menit kemudian ia juga memilih keluar dari kamarnya. Tiba di lantai dasar, Pasha melihat Sena sedang duduk bersama manager artis yang lain. Di meja ada banyak minuman cup.

Sampai di meja itu, Pasha mengambil satu cup, kemudian berjalan menuju teras. Niat hati ingin mencari angin, tapi justru ia dikejutkan dengan wajah seorang perempuan di dekat Rosa.

Dalam sekejap minuman di tangan Pasha berhamburan di lantai. Jantungnya memompa darah lebih cepat. Apalagi ketika telinganya mendengar Rosa menyebut perempuan itu dengan kata 'mama'.

Semesta ternyata masih ingin mengajaknya bercanda.

Aduh mamanya Rosa kok bikin kaget si Pasha 😔

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aduh mamanya Rosa kok bikin kaget si Pasha 😔

Sky Full of Stars - [END] Where stories live. Discover now