-✍︎-

Lara kembali ke tempat ini, di kota ini Jakarta. Gadis berkulit putih itu berjalan di atas aspal gelap menuju sebuah tempat. Ditangannya tersebut terdapat bunga dan air mawar.

Lara bernapas lega tidak menemukan orang yang sangat dia hindari itu. Syukurlah.

"Hi, Daddy! Hi, Bang Alex!"

"Maaf yah, Lara baru sempet kesini. Tapi, hari ini Lara bawa bunga yang banyak buat kalian!"

Lara mulai menaburkan kelopak-kelopak bunga bewarna merah itu dengan senyuman.

"Maaf ya, Mommy lagi sibuk sekarang. Tapi, nanti sore baru nyusul kesini kok! Lara mau cerita banyakkk hari ini."

Cukup lama untuk gadis itu bercerita banyak hal. Hingga akhirnya dirinya bangkit, tidak lupa juga untuk pamit.

Lara kemudian berjalan dengan pelan menuju keluar kawasan pemakaman. Dirinya tidak tersenyum dan hanya melihat ke aspal jalanan.

"Lara?"

Lara tersentak lalu menoleh ke belakang. Benar saja, orang yang dia hindari itu datang lagi.

"Lepasin!" ujar Lara tegas sambil memberontak kala tangannya yang mungil dicengkeram kuat oleh dia.

"Kamu bohong, Ra. Aku nunggu kamu disini sudah satu bulan lebih," tutur Bara dengan nada pelan.

"Lara nggak pernah janji untuk datang lagi."

Bara tersenyum tipis, "Begitukah?"

Lara kian memberontak seiring dengan semakin kerasnya cengkraman dari Bara.

"LEPASIN LARA!"

Tangan Bara terulur mengusap rambut gadis didepannya, senyum Bara saat ini terlihat sangat berbeda. Entahlah, seperti senyum yang getir.

"Aku nggak akan ganggu atau nyakitin kamu lagi, Ra. Aku nggak bohong, untuk kali ini dengerin aku," pinta Bara memelas.

Lara memutar bola matanya jengah tidak percaya sedikitpun dengan omongan Bara. "LEPAS HIH!"

Bara lagi-lagi terlihat santai dengan menyolek hidung mancung Lara, "Kamu makin cantik ya--"

"JANGAN MACEM-MACEM!" teriak Lara ketakutan. "LARA NGGAK SUKA!"

Mata tajam Bara meredup, dia menggeleng, "Enggak, nggak akan."

Tubuh Lara semakin bergetar, matanya sudah memanas dan ingin sekali menangis. Bara hanya terdiam menatapnya dengan tatapan aneh, tidak seperti biasanya.

"LEPAS!" teriak Lara.

Bara terdiam.

"LEPASIN!"

Bara hanya diam.

"LEPASIN LARA!!!"

Bara lagi-lagi hanya terdiam.

"LEPAS hiks..." luluh lantak sudah tembok Lara, akhirnya air mata itu turun membasahi pipi. "L-lepasin hiks..."

Mata Bara sendu melihat gadisnya menangis. Dengan perlahan, tangan Bara terulur mengelap air mata Lara yang berjatuhan.

Baralara [END]Where stories live. Discover now