Keduanya turut memandangi alam ciptaan Allah yang begitu indah lagi menakjubkan.

"Kamu tahu sesuatu?" tanya Syam tanpa memalingkan wajahnya dari pantai.

"Apa?"

"Pantai ini sepi emang disengaja."

Tisha menengok ke kiri dengan gerakan cepat. Menautkan alisnya menunggu jawaban Syam yang malah mengangkat satu sudut bibir dengan enteng.

"Kok bisa?" geram Tisha karena Syam tidak segera melanjutkan ucapannya yang menggantung.

"Karena pantai ini disewa sehari khusus buat kita berdua."

Kedua netra Tisha spontan melotot. Ia melepas kasar tangan Syam yang merangkul pundaknya. Napasnya seketika berderu cepat, wajahnya kian memerah, tangannya terkepal kuat. Syam yang tahu bahwa sebentar lagi bencana datang sudah ancang-ancang mengambil langkah seribu.

Tisha meraup oksigen sebanyak yang ia bisa lalu berteriak keras, "KENAPA PAK SYAM LAKUIN INI? DARIPADA DIBUAT NYEWA PANTAI, MENDING DITABUNG BUAT MASA DEPANNYA ALIF!!"

Syam telah berhasil melarikan diri mendekati bibir pantai bertepatan dengan Tisha yang melemparkan sepasang sandalnya. Sudah dua kali dilempar, tapi masih meleset dari sasaran.

Tisha benar-benar jengkel. Syam tidak akan diloloskan begitu saja. Jiwa hematnya meronta-ronta mengetahui Syam yang boros luar biasa.

Syam menjulurkan lidahnya mengejek Tisha, membuat wajah perempuan itu memerah seperti banteng mengamuk. Sebelum dihadiahi pukulan bertubi-tubi, lebih baik Syam segera melarikan diri bersamaan dengan Tisha yang mulai mengejarnya.

Kedua pasangan suami-istri itu berlarian di sekitar pinggiran pantai. Syam yang tidak berhenti merecoki Tisha dan Tisha yang mudah terbawa emosi mengakibatkan aksi kejar-kejaran tidak dapat terelakkan.

"Kalau kamu capek bilang ya, nanti saya peluk!" teriak Syam dari kejauhan melihat istrinya membungkuk mengatur napas yang ngos-ngosan.

"Idih, ogah!"

***

Cahaya sang surya yang kian meninggi menyebabkan udara menjadi cukup panas. Namun angin laut yang berhembus kencang siap menjelma menjadi kipas angin alami. Terlihat di pinggiran pantai terdapat dua orang yang sedang mengistirahatkan badan yang lelah berlarian di dua kursi pantai yang berbeda.

Air kelapa muda di atas meja sudah siap menyegarkan tenggorokan yang terasa kering dan payung lebar di tengah-tengah mereka berperan melindungi dari panasnya terik mentari.

"Lain kali jangan diulangi ya, Pak." Tisha tidak berhenti menegur aksi gila Syam hari ini.

Syam terkekeh geli, mengangguk menurut pada Tisha. Memilih untuk tidak bercerita bahwa dahulu pernah datang ke pantai ini, tapi dengan orang yang berbeda. Orang itu adalah Vanya.

Syam menemukan dua macam reaksi yang sangat berbeda. Jika Vanya bahagia karena bisa mendapatkan beberapa spot foto menarik agar nantinya bisa diunggah di akun sosial media miliknya. Bahkan seharian di pantai Syam tidak diajak berbicara selain menyuruhnya menjadi tukang foto dadakan. 

Berbeda halnya dengan Tisha. Perempuan itu sejak tadi sama sekali tak mengeluarkan ponsel. Cenderung menikmati suasana bersama, meski lebih banyak mengomel dan menanyakan hal-hal random kepada Syam. Namun, Syam menyukainya.

Memang sejak awal Tisha jarang sekali memainkan ponselnya, apalagi sewaktu ada Syam atau Alif di dekatnya. Tisha saja kadang lupa terakhir kali menaruh handphonenya.

"My Queen."

"Hm?"

Tisha menoleh dengan wajah lugunya seraya menghentikan aksinya mengorek daging kelapa muda yang sedang serius-seriusnya.

HISYAMWhere stories live. Discover now