Chapter 24: Dara menjelaskan

37 4 0
                                    

Ketika akhirnya pembicaraannya dengan Pak Toby berakhir, Alex bergegas keluar dari ruangan tersebut dan berniat kembali ke meja kerjanya, tapi seorang polisi kembali mendatanginya dan mengatakan seorang gadis ingin menemuinya dan kini gadis itu berada di halaman kantor polisi menunggu Alex.

Secara spontan, Alex langsung memikirkan kalau Dara-lah yang ingin menemuinya, tapi jika melihat jam tangannya yang kini menunjukkan pukul setengah satu siang, itu adalah waktu yang tidak tepat untuk Dara datang kesini karena belum waktunya pulang sekolah. Kecuali kalau Dara bolos bisa saja dia datang, tapi Alex tidak berpikir sampai kesana karena dia belum tahu Dara adalah sosok yang nekat.

Pada kenyataannya gadis yang ingin menemui Alex memang benar Dara. Dia berdiri tepat di depan mobil Alex. Saat Alex baru datang, dia menguap begitu lebar seolah tak tidur semalaman.

"Hai,” Dara berbalik ketika menyadari Alex telah berada di dekatnya.

"Hai juga, ada apa datang kesini? Ini masih jam sekolah loh."

"Saya mau ngejelasin sesuatu."

"Tentang sepatu?" Alex menebak kemudian disusul dengan tawa kecil yang bernada sinis. "Kamu gak perlu jelasin apapun tentang itu, pemeriksaan terhadap sepatu itu bakal membuktikan semuanya."

"Kalau saya yang bunuh Reanna?" Dara ikut-ikutan tertawa kecil. "Makin lama kamu makin mirip sama teman-teman saya di sekolah ya? Sama-sama percaya pada sesuatu yang kebenarannya belum bisa dibuktikan. Gimana kalau ternyata bukan saya pembunuh Reanna? Kamu mau minta maaf sama saya karena udah mencurigai saya?"

Raut wajah Alex menunjukkan keengganan yang tak berusaha ia tutupi sana sekali dari Dara. Hal itulah yang membuat Dara kembali tertawa.

"Gak mau kan? Nah, makanya jangan asal nuduh orang."

"Gimana kalau memang kamu yang membunuh Reanna?"

Dara langsung terbahak mendengar pertanyaan itu. Dia bahkan sampai bertepuk tangan saking lucunya pertanyaan yang diberikan Alex barusan. "Dasar bodoh!" Tawanya langsung hilang dan wajahnya menjadi datar. "Kalau saya ngebunuh Reanna terus kenapa saya harus bantuin kamu mewawancarai orang-orang itu. Buat apa saya bela-belain masuk ke club dan ketemu mucikari itu. Buat apa saya bela-belain luangin waktu belajar saya yang penting cuman buat menyelidiki kasus sialan ini? Buat apa?!" Suara Dara meninggi.

Pertanyaan Dara sejujurnya bukanlah sebuah pertanyaan yang susah bagi Alex. Sejak lama dia telah memikirkan alasan Dara mau mengikutinya untuk menyelidiki kasus kematian Reanna. "Ya itu karena kamu pengen mengalihkan saya dari diri kamu sendiri. Kamu gak pengen diselidiki karena itu kamu membantu saya menemui orang-orang tidak berdosa seperti Reno!"

"Begitu ya? Terus gimana kronologi saya ngebunuh Reanna? Kamu kayaknya yakin banget saya yang ngebunuh Reanna sampai-sampai mengabaikan fakta kalau Reno, Rony, dan Ricky sama-sama memiliki kemungkinan untuk membunuh Reanna."

"Tapi kamu yang paling mungkin!"

"Kata siapa?"

"Kata sayalah!"

Senyum Dara terukir. "Itukan katamu belum tentu yang sebenarnya seperti itu."

Wajah Alex langsung murung, dia tak tahu harus mengatakan apalagi untuk melawan argumentasi-argumentasi Dara. "Kalau gitu, jelaskan pada saya kenapa sepatu itu bisa ada di kamarmu dan juga tentang kain yang dilumuri darah itu?"

"Huh?"

Alex kesenangan melihat Dara yang kebingungan karena tak mengerti maksudnya. Rasa percaya dirinya kembali meningkat dalam waktu singkat. "Huh, hah, hah, hah. Saya nemuin kain di tong sampah yang dilumuri darah, itu punyamu kan?"

Tempat sampah? Darah? Kain? Rumah Alex?

Dara langsung mengangguk seolah mengerti setelah menggabungkan berbagai macam petunjuk yang Alex ucapkan. "Jadi karena itu kamu makin curiga sama saya?" Dara tersenyum penuh selidik. "Duh kasian banget kamu ini, padahal darah itu bukan darah milik Reanna seperti yang kamu pikirkan."

"Kalau bukan darah Reanna terus darah siapa?"

"Itu darahku sendiri lah. Darah mimisanku," kata Dara. "Kamu tahu mimisan itu apa kan?"

Tentu saja Alex tahu, dulu dia sering mengalami hal sama, tapi dalam hal ini dia tidak bisa percaya begitu saja walau pikirannya secara tidak sadar mengiyakan ucapan Dara dan satu sumber kecurigaan Alex pada Dara berkurang.

"Kamu bisa aja bohong."

"Gak ada gunanya bohong kali. Kalau memang itu darahnya Reanna untuk apa saya buang di tempat sampah rumahmu yang jelas-jelas rumah seorang polisi dan tengah menyelidiki kasus Reanna pula. Kan bisa aja saya takut kamu nemuin kain itu terus dibawa buat diselidiki, kan?"

"Tapi tetap saja itu tidak mengubah fakta kalau kamu bisa ngebunuh Reanna. Motif dan barang buktinya terlalu jelas."

"Kalau motif disini karena kesal sama Reanna, kayaknya saya udah pernah bilang deh kalau posisi saya dan Reanna saat bertengkar itu lebih untung Reanna. Kalau ada yang bakal mati ya itu saya bukan Reanna," kata Dara. "Lagi, tentang kain itu. Memangnya sudah diperiksa ya itu darah siapa? Kalau itu memang darah Reanna saya siap untuk diselidiki tapi kalau bukan, kamu harus minta maaf sama saya!"

*****

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATWhere stories live. Discover now