Chapter 28: Mengintai

41 4 0
                                    

Sunyi. Itulah kini suasana yang ada di dalam mobil Alex. Sejak setengah jam lalu, dia sudah berada di sana guna mengamati seseorang. Orang yang tengah Alex amati itu berada di dalam sebuah rumah yang letaknya kira-kira tiga rumah lagi dari tempat di mana kini mobil Alex terparkir. Alex sedang menunggu orang itu untuk keluar dari rumahnya, karena sesuai informasi yang ia dapatkan, orang itu selalu keluar setiap jam tujuh malam entah pergi kemana, dan sekarang sudah jam ….

07.57

Alex menghela napasnya, tiga menit lagi. Jika orang itu tidak keluar juga maka dia akan segera pergi. Pasalnya ini sudah hampir lewat jam tujuh. Apakah orang yang memberinya informasi berbohong? Tapi masa Dara berbohong. Padahal kan dia tahu, jika dia berbohong sekali saja maka kecurigaan Alex padanya akan semakin meningkat. Akhirnya Alex memutuskan untuk menunggu beberapa saat lagi.

Penantiannya tak sia-sia, satu menit sebelum jam delapan berdenting seorang gadis keluar dari rumah yang Alex tengah amati. Di saat bersamaan, sebuah taksi muncul dan berhenti tepat di depan rumah gadis itu. Gadis tersebut naik ke taksi, dan Alex mengemudikan mobilnya mengikuti taksi itu.

Perasaan tegang melingkupi Alex, ini adalah pengintaian pertamanya dan mungkin yang terakhir, karena jika dia gagal dalam kasus kematian Reanna ini, dia akan dikeluarkan dari kepolisian, tentu saja dengan cara yang tidak terhormat. Alex tak mau itu terjadi. Dia masih ingin menangkap para penjahat-penjahat yang berkeliaran di kota. Malam ini dia akan membuktikan dirinya, Alex akan melakukan pengintaian ini sebaik mungkin agar orang yang intai itu tak menyadari kehadirannya sedikitpun.

Taksi intain Alex berhenti tepat di depan sebuah club malam yang sangat Alex kenali karena beberapa hari lalu sempat ia kunjungi bersama Dara. Gadis itu masuk ke sana setelah membayar taksi dan Alex pun ikut keluar dari mobilnya. Awalnya dia hanya berdiri di samping mobilnya sambil menimbang-nimbang apakah dia harus masuk ke club itu juga atau tidak, dan akhirnya setelah pertimbangan singkat, dia masuk ke club itu.

Di dalam sana, sebagaimana terakhir kali Alex datang, begitu ramai oleh orang-orang yang sibuk bergoyang-goyang. Sedangkan di sudut-sudut gelap dari club, beberapa pasang anak manusia berbeda jenis kelamin duduk berdempetan dan beberapa di antaranya saling mencumbu satu sama lain seolah dunia hanya milik berdua.

Gadis yang tengah Alex incar, duduk di depan meja bar sambil berbincang-bincang dengan seorang pelayan laki-laki, di hadapannya terdapat sebuah gelas mini dan sebotol cairan bening yang Alex tebak merupakan alkohol disediakan untuknya.

Alex mendekat dan ikut duduk di meja bar panjang tersebut, tapi tak tepat disamping gadis itu, ada jarak tiga kursi di antara mereka. Dari jarak tersebut, Alex masih bisa mendengar pembicaraan gadis itu dengan pelayan tersebut, namun Alex berlagak tak mendengarkan apapun dengan memainkan ponselnya.

"Ya gitu deh," kata gadis itu.

"Lo sabar deh ya, cewe itu gak tahu kenapa lo ngelakuin ini semua," ucap pelayan itu menenangkan gadis itu. 

Sesaat setelahnya, gadis itu membuka penutup botol berisi alkohol dan menuangkannya ke gelas mini di hadapannya lalu meminumnya sekali teguk. Setelah alkohol tersebut masuk ke dalam tubuhnya, gadis itu mendesah panjang lalu berkata, "Cewe sialan! Gue heran darimana dia tahu kalau gue pacaran sama Rony. Anjing emang orang yang ngebocorin hal ini ke dia! Gara-gara dia, hidup gue jadi susah tahu gak?"

"Susah kayak gimana?"

"Susah lah, soalnya dia ngancem-ngancem gue bakal bocorin kalau gue make narkoba dan itutuh bikin gue gak tenang banget."

"Tenang aja, dia gak bakal ngebocorin rahasia lo itu, gue yakin."

"Bacot! Kalau sampe itu orang ngebocorin rahasia gue, mati dia."

Alex yang mendengar gerutuan gadis itu menoleh dan saat itu juga dia melihat pelayan diseberang meja bar mengeluarkan sesuatu dari saku celana kain yang ia gunakan. Benda tersebut adalah sebuah kantong bening berukuran kecil yang diisi oleh butiran-butiran kecil mirip garam. Tanpa perlu bertanya, Alex sudah tahu apa itu. Tapi yang membuatnya terkejut adalah karena pelayan itu memberikan benda tersebut pada gadis itu sambil berkata, "Nih, Claire, jangan marah-marah lagi."

Claire, gadis itu, menerima benda tersebut dengan raut wajah kaget, namun hanya beberapa detik karena sesaat setelahnya dia kelihatan begitu senang dan dengan terburu-buru meraih kantong mini tersebut.

Betapa terkejutnya Alex, dia tidak menyangka, selain menjadi seorang pelacur Claire juga mengkonsumsi narkoba. 

"Kerja yang bener malam ini, lupain cewek gila itu dan ancamannya."

Claire memasukkan kantong mini tersebut ke dalam kantong celana jeans yang ia kenakan lalu mengangguk. "Siap deh kalau kayak gini!"

Setelah itu Claire berdiri, dia bersiap untuk bekerja dan kemudian pergi dari meja bar. Pandangan Alex padanya tak lagi sembunyi-sembunyi, dia mengikuti kemana arah perginya Claire namun tak mengikutinya. Ketika dia menoleh, pandangannya beradu dengan pandangan si pelayan yang tadi berbincang dengan Claire. Hanya beberapa saat, karena Alex segera berdiri dan memilih keluar dari club. Dia tidak akan berhenti mengintai Claire, dia hanya akan menunggu gadis itu di luar. 

Sepanjang langkahnya keluar dari club itu menuju mobil, Alex terus bertanya-tanya inikah yang diinginkan Dara sehingga gadis itu menyarankannya untuk mengintai Claire?

*****
Tbc ....

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATOù les histoires vivent. Découvrez maintenant