Chapter 14: Kakak aneh

43 6 4
                                    

Setelah pergi dari rumah Ricky, Alex mendapatkan kabar bahwasanya kakak kandung Reanna telah meminta agar kasus ditutup karena berpikir Reanna bunuh diri. Hal itulah yang membuat Alex dan Dara bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan pria itu. Dara dan Alex pun menuju ke rumah Rony.

Ketika mereka sampai terlihatlah bangunan rumah yang membuat Dara bertanya-tanya, “Kenapa juga Reanna harus jadi pelacur kalau dia kaya? Heran."

Mereka mengetuk pintu kembar dan kurang dari tiga puluh detik kemudian, seorang pria membukakan pintu. Dia menatap Dara dan Alex bergantian dengan tatapan mengejek seolah baru saja melihat seorang pengemis.

“Gak ada sumbangan di sini mas, mbak. Saya emang kaya, tapi gak pernah ngasih sumbangan,” katanya.

Tanpa perlu tunggu lama, emosi Dara sudah naik, dia sangat ingin mengatai pria sombong dihadapannya ini. Tapi terlambat, karena Alex sudah mengangkat tepat di depan wajah pria itu tanda pengenal miliknya. “Saya dari kepolisian, kalau Anda tidak memberikan kami kesempatan untuk masuk maka itu berarti Anda telah menghalangi penyidikan. Dan hal itu bisa berakibat buruk bagi Anda.”

“Penyidikan apaan?”

“Kita datang kesini buat adikmu, Reanna,” jawab Dara.

“Loh, kan tadi gue udah nelepon ke kantor polisi buat ngebatalin kasus ini. Reanna itu bunuh diri bukan dibunuh.”

“Tahu darimana lo si Reanna bunuh diri? Emang lo liat dia gorok lehernya sendiri, huh?!” Dara berteriak kesal mendengar ucapan pria itu.

“Gue kakaknya, gue tahu apapun yang Reanna lakukan. Dia ngelakuin ini karena dia stress nilainya turunnya.”

“Duh jangan bertengkar di sini dong, malu dilihat tetangga,” Alex melerai. “Kita datang kesini dengan niat baik-baik jadi izinkan kami masuk.” 

Rony merenggut, dia sebenarnya tak suka dengan kedatangan Dara dan Alex yang tiba-tiba, tapi karena mereka polisi. Bisa-bisa kalau dia menolak mereka masuk ke dalam rumah maka dua orang ini akan berpikir dirinya menyembunyikan sesuatu. “Yaudah, silahkan masuk,” kata Reno akhirnya dengan nada tak rela.

Tanpa disuruh dua kali, Dara dan Alex langsung merengsek masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah itu, Dara bertanya sembari mengamati rumah tersebut. “Kamar Reanna di mana?”

“Di dekat kolam renang,” kata Rony yang masih mempertahankan raut wajah kesalnya.

Dara menuju tempat yang disebut Rony, kamar Reanna. Sebelum masuk ke dalam kamar itu, Dara menyadari sesuatu hal yang aneh dan tiba-tiba saja berbalik.
“Di mana anggota keluarga lo yang lain? Reanna bahkan belum cukup seminggu meninggalnya tapi kenapa rumah ini kayak sepi, seharusnya kan rame.” Sepengetahuan Dara begitulah seharusnya, siapapun anggota keluarga yang meninggal maka sekeluarga akan berkumpul di rumah yang meninggal tersebut. Entah untuk membantu menghibur orang yang tinggal di rumah itu atau mungkin membantu-bantu dalam beberapa pekerjaan yang terbengkalai sementara masa berduka berlangsung. “Lo gak punya keluarga atau gimana?”

“Iya, gue gak punya keluarga. Kenapa, sewot lo?”

Mendengar jawaban Rony, hidung Dara mengernyit. Ada yang aneh. “Lo udah ngasih tahu keluarga lo kan kalau Reanna meninggal?”

“Buat apa? Mereka gak bakal perduli. Mereka semua itu anjing! Datang pas ada maunya doang.”

Dara berbalik kembali dan membuka pintu kamar Reanna yang ternyata cara membukanya dengan digeser ke kanan.

Bau aroma terapi langsung tercium begitu kamar itu dibuka dan udara yang terkurung di dalamnya berlarian keluar. Bau aroma terapi ini mengingatkan Dara akan rumah Ricky yang nyaman. Kamar Reanna yang diisi tak begitu banyak barang pun sama, sama-sama nyaman. Dara yakin, Reanna sangat betah belajar di kamarnya ini. Tak perduli di atas ranjang atau di meja belajar yang menghadap ke kolam renang. Ada sebuah lemari mini di dekat ranjang dan di atasnya terdapat begitu banyak piala, dan juga medali. Senyum Dara terukir, dua di antara piala juara dua yang Reanna miliki juga dimiliknya di rumah. Piala-piala itu Dara dapatkan saat berhasil mengalahkan Reanna dalam sebuah pertandingan debat yang setiap tahun di adakan oleh sekolah. Selain itu, di atas meja Reanna meletakkan cukup banyak foto-foto dan salah satu dari foto tersebut memperlihatkan kedekatannya dengan Ricky yang berdiri berdampingan dengan dilatarbelakangi oleh sunset di pantai. Dara kembali tersenyum.

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang