Chapter 22: Fakta 1

38 5 0
                                    

Sehari tak datang ke sekolah, ternyata Dara telah melewatkan cukup banyak tugas dan pelajaran. Ada tugas mandiri juga tugas kelompok. Untuk tugas mandirinya Dara sungguh tak apa karena dia bisa melakukan apapun seorang diri, tapi jika tugas kelompok Dara kesusahan. Apalagi tugas kelompoknya berpasangan dengan Tedy.

"Tugas prakarya. Kita berdua, disuruh bikin makalah tentang materi kemarin terus di presentasiin minggu depan," kata Tedy. Wajah cowok itu terlihat malas menjelaskan semuanya kepada Dara, terlebih setelah apa yang terjadi.

"Lo kerjain aja, nanti gue bayar deh."

"Apa-apaan, ini kerja kelompok bukan kerja mandiri. Kita harus ngerjain ini bareng-bareng. Gak bisa gitu, lo harus ikut bantu bikin makalah ini."

Dara berdecak kesal kemudian mengangkat wajahnya yang semula sibuk memandangi ponselnya dan kini menatap Tedy. "Lo kalau gak bisa ngerjain tugas ini bilang aja, gak usah nyolot, gue bisa kok ngerjain tugas ini sendiri."

"Yaudah kerjain aja sendiri, tapi emangnya lo tahu materi kemarin apaan? Kan lo gak hadir," kata Tedy sombong.

"Oh ya, tinggal tanya aja sama Bu guru dengan alasan kalau teman sekelompok gue gak mau ngasih tahu materinya apaan."

Jika bisa menendang meja maka Tedy akan melakukannya saking kesalnya dia dengan Dara. "Yaudah! Kalau gitu kita kerjain aja bareng!"

"Gak mau gue kerja sama lo. Kasi tahu aja gue materinya apa dan gue bakal bikin makalahnya."

"Tadi lo bilang gak mau ngerjain makalah ini sekarang malah mau ngerjain sendiri, mau lo apasih, lonte?!" Tedy setengah berteriak.

"Heh! Mulut lo ya anjir! Gue bukan lonte!"

"Kalau bukan lonte terus namanya apa masuk ke club sama om-om?" Tedy mengangkat dagunya menantang.

Hanya gara-gara tugas Dara jadi dihina, oleh Tedy pula. Dara tak menyangka sebesar ini masalah yang akan ia dapatkan karena masuk ke dalam club. Mungkin ini hukuman baginya atau memang ini hanya cara Tedy untuk melampiaskan rasa kesalnya ke Dara lantaran saat ujian semester Dara enggan memberi Tedy contekan.
"Gue bukan lonte, Tedy. Lo percaya atau nggak bodo amat. Itu hak lo, tapi gue harap di masa depan nanti lo gak nyesel udah ngatain gue."

Tedy tersenyum sinis. "Huh, nyesel kata lo. Gak ada kata nyesel dihidup gue kalau itu tentang ngatain lo soalnya semuanya bener."

"Oke, kalau gitu biar gue aja yang ngerjain tugas ini. Lo duduk manis aja, nanti gue bilang sama Bu guru kita kerjasama bikinnya."

"Kok lo?" Tedy agaknya bingung dengan Dara yang begitu mudahnya mengalah dan tak membalas ucapannya.

"Gue capek, pergi lo." Dara menggerakkan tangannya sebagai kode untuk mengusir Tedy, tapi cowok itu tetap di sana hingga beberapa saat sambil memandangi Dara. Barulah ketika Dara membalas tatapannya Tedy beranjak pergi dan Dara, gadis itu menyembunyikan wajahnya di balik lengannya yang terlipat di atas meja.

*****

Siang itu, saat istirahat telah tiba, Dara melakukan sesuatu yang tidak biasa dengan datang ke kantin. Tidak biasa di sini karena Dara memang jarang datang ke kantin. Tak heran, siswa-siswi yang melihatnya sedikit kaget dan bertanya-tanya ada apa gerangan dengan Dara sehingga gadis itu mau datang ke kantin.

Tujuan sebenarnya Dara sendiri sebenarnya datang ke kantin adalah untuk mencari seseorang karena setelah mencari di kelas, orang tersebut tidak ada, dan kata temannya dia ke kantin.

Dara terus melangkah sembari mengamati sekeliling dengan harapan menemukan orang itu, tapi belum juga dia menemukan orang tersebut, yang ada malah suara-suara sumbang unfaedah.

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATWhere stories live. Discover now