Chapter 08: Belok

62 8 1
                                    

"JADI, sekarang jawab pertanyaan gue, sejak kapan lo temenan sama Reanna?" tanya Dara pada seorang gadis yang duduk tepat di hadapannya di gudang sekolah. Gadis itu adalah Claire, dia terlihat kesal mendengar pertanyaan Dara lantaran dia sudah berkali-kali mengatakan kalau dia tidak mengenal Reanna sama sekali.

"Gue gak kenal sama Reanna! Lo gak percaya banget sih!"

"Ya gue bisa aja percaya sama lo, tapi nyatanya ada bukti yang menyatakan kalau kalian itu berteman jadinya sekarang jawab pertanyaan gue, sejak kapan lo temenan sama Reanna?"

"Gue bilang gue gak kenal sama Reanna! Dan lo siapa pake nanya-nanya gue tentang itu anak, detektif lo?!" Suara Claire melengking memenuhi ruang gudang yang sunyi.

"Gak usah ngegas kali. Hari ini gue lagi males adu bacot sama lo. Jadi lo lebih baik ngasih tahu sejak kapan lo temenan sama Claire atau ...."

"Atau apa?" Claire mengangkat dagunya tinggi, seolah tak takut dengan nada ancaman Dara.

"Atau semua siswa di sekolah bakal tahu kalau lo itu ... make narkoba."

Claire terkejut sekali, matanya melebar dan tanpa sadar tangannya memegang pegangan kursi dengan erat. "Lo-lo ...."

"Gue punya buktinya btw. Dulu pas pertama kali gue liat lo kayaknya pas porseni sebelum libur semester deh. Waktu itu gue gak perduli, tapi sekarang kalau lo gak mau jawab pertanyaan gue, bukti itu bakal gue sebar dan boom ... lo bakal out dari sekolah ini!" Sesering apapun seseorang berbuat onar di sekolah, tapi kalau masalah seperti ini menurut Dara, siapapun pasti akan takut karena selain dikeluarkan dari sekolah, kemungkinan besar Claire juga akan di penjarakan. "Jadi, gimana?"

"Gue gak percaya sama lo sebelum lo bilang lo liat gue di mana?"

Dara tertawa hambar. "Lo tolol atau gimana sih, dengan lo nanya kayak gini, lo berarti udah membenarkan ucapan gue."

"Enggak! Maksud gue bukan kayak gitu!"

"Gue liat lo di perpustakaan. Sejak awal seharusnya udah banyak yang curiga sama lo, soalnya siapapun tahu kalau lo itu tukang bikin masalah dan masuk ke perpustakaan itu adalah hal langka atau bisa kita bilang mencurigakan. Gimana, sekarang percaya?"

Mati-matian Claire berusaha rasa terkejut dan juga rasa takutnya atas pernyataan Dara yang memang benar adanya. Tapi sepertinya gagal, karena keringatnya mulai bercucuran, dan jari-jarinya gemetaran. "Lo-lo mau tahu apa tentang Reanna?"

"Gitu dong, daritadi kek." Dara tersenyum senang. "Pertama-tama gue mau tahu sejak kapan lo temenan sama Reanna?"

"Se-sejak kelas sebelas."

"Lo tahu kalau Reanna pelacur?"

Tangan Claire semakin gemetaran, tak hanya itu, jantungnya mulai berdegup semakin kencang. "A-apa?!"

"Gak tahu ya?" tanya Dara yang kemudian diam-diam melirik tangan gemetaran Claire. "Gak papa kalau gak tahu. Sebenarnya ini gak penting sih, cuman ya gue berpikir sebagai teman, lo harus tahu hal kayak gini terkait teman lo sendiri, kan? Nah itu informasi yang ingin gue kasi ke lo. Sekarang, bilang sama gue apakah si Reanna punya musuh atau enggak?"

"Gak tahu. Pekerjaannya aja dia sembunyiin apalagi musuh-musuhnya."

"Benar juga sih. Terus sebenarnya lo sedekat apa sama Reanna? Lo tahu gak kalau Reanna punya pacar namanya Ricky?"

"Yang itu gue tahu, karena kayaknya Reanna gak berniat nyembunyiin hubungan dia dari siapapun. Lagipula kita berdua gak sedekat itu, kita cuman teman setongkronan."

"Berarti bisa kita simpulkan Reanna ini cukup tertutup tentang kehidupan pribadinya terutama pekerjaannya." Dara mengangguk-angguk mengerti. "Kalau gitu thanks buat infonya. Gue harap lo gak bohong ya."

"Gak akan, buat apa emangnya gue bohong?"

"Sebelum lo pergi, gue mau tahu lo di mana kemarin pas jam tujuh sampai jam sembilan pagi?"

Dahi Claire berkerut sebelum dengan ketus menjawab, "Pertanyaan tolol, gue di sekolah lah. Gimana sih."

"Buktinya apa?"

"Lo tanya aja noh teman-teman gue sana."

*****

"Jadi, apa yang bisa disimpulkan dari Claire ini? Menurutmu dia membunuh Reanna?" Alex, setelah mendengar penjelasan Dara tentang percakapannya dengan Claire akhirnya bertanya. Mereka bertemu setelah Dara pulang sekolah di ruang kerja Alex.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena ya dia ada di kelas kemarin tepat di jam-jam kemungkinan Reanna mati. Saya sudah bicara dengan salah seorang teman sekelasnya dan ya Claire tidak bohong tentang keberadaannya kemarin."

"Kalau begitu selanjutnya apa?"

Tak ada jawaban dari Dara. Dia hanya terdiam menatap sepatunya yang kini satu sama lain saling mengetuk-ngetuk.

"Dara?"

"Kamu sudah periksa ventilasi udara?"

"Oh ya ampun." Alex menepuk dahinya sendiri kemudian bergerak membuka laci di meja bulat. "Kami menemukan sebuah jejak sepatu. Sepatu jenis ini banyak digunakan oleh para aparat negara, kau tahu, yang panjang dan mengkilap itu. Aku punya satu, tapi hanya kupakai saat ada acara resmi saja," kata Alex sementara Dara memeriksa foto yang baru saja ia tunjukkan. "Berarti pemiliknya bisa kita simpulkan orang tua, ya kan?"

"Belum tentu, siapapun bisa memilikinya karena sepatu seperti ini dijual bebas. Sambil memikirkannya kita temui teman chat mesum Reanna."

Alex setuju, selanjutnya sesuai rencana Dara dan Alex menemui teman chatting Reanna yang ternyata bekerja di sebuah cafe tak jauh dari sekolah. Begitu masuk ke dalam cafe mereka langsung disambut oleh pelayan.

"Selamat datang, mau pesan apa?" tanya pelayan itu.

"Kami sebenarnya datang kesini bukan untuk makan, tapi bertemu dengan salah seorang pelayan, bisa?"

"Namanya siapa kalau boleh tahu pelayan yang kalian maksud?"

"Wisnu."

"Oh Wisnu. Dia sedang ke toilet sebentar lagi juga balik. Silahkan ditunggu saja."

Pelayan itu sangat ramah sehingga Dara dan Alex merasa nyaman untuk tetap tinggal menunggu Wisnu kembali dari toilet. Ketika Dara bertanya tentang beberapa hal dengan santai dia menjawabnya.

"Wisnu itu sudah lama kerja di sini, mbak?" tanya Dara.

"Dua tahun kalau tidak salah."

"Kelakuannya gimana baik atau enggak?"

"Kok saya merasa kayak diintrogasi gini ya?" Pelayan itu terkekeh namun tetap menjawab pertanyaan yang Dara berikan. "Dia baik, cuman agak pendiam saja, ngomongnya irit sekali. Dingin sekali sikapnya apalagi sama perempuan. Lagaknya hampir seolah-olah mengatakan kalau dia itu belok, gak suka sama perempuan, sukanya sama sesama jenis."

Hampir saja Dara dan Alex tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan pelayan itu. Lucu bagi mereka berdua karena mengetahui bagaimana sifat Wisnu yang asli ketika bersama dengan Reanna. Mungkin Wisnu sengaja membangun imej itu agar tidak ada seorangpun yang curiga akan dirinya yang kerap kali berhubungan dengan pel*cur.

"Nah, itu dia. Lihat cara jalannya, kalau seperti itu saya yakin kalian juga akan mengira kalau Wisnu itu belok."

Dara dan Alex mengikuti arah pandang si pelayan, dan entah bagaimana sesaat setelah menangkap sosok pria yang berjalan dengan langkah yang gemulai, mereka langsung tertawa terbahak-bahak.

*****

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATWhere stories live. Discover now