Chapter 04: Kerja sama

56 9 4
                                    

ALEX, terus menyeret Dara keluar dari kelasnya menuju taman sekolah dan baru ia lepaskan ketika gadis itu dipastikan tak akan lagi berlari menuju Tedy dan memukul cowok itu. Setelah menenangkan diri beberapa saat Alex maju dan kini berdiri berkacak pinggang di depan Dara. Dara mendongak menatapnya dan terkejut mengetahui siapa orang yang telah menariknya tadi.

Sejak awal kepergian Dara dari ruang BK tadi, Alex memang telah mengekorinya karena dia merasa belum selesai mewawancarai gadis itu, tapi apa yang ia saksikan di ruang kelas Dara di luar ekspektasinya. Dara bertengkar dengan seorang siswa laki-laki yang terlihat culun dengan kacamata dan jika tidak segera dihentikan maka pasti bisa saja cowok itu menyusul Reanna.

"Sudah puas marah-marah?" tanya Alex yang tak ditanggapi oleh Dara. "Kamu ini sedang ada dalam masalah besar, jadi jangan bikin masalah lain, bodoh!"

"Heh, saya gak bodoh, saya ini pintar!"

"Oh ya saya ingat kamu rangking satu kan ya? Pinter sih, tapi sayangnya emosian."

Ucapan Alex memang benar, Dara sangat emosian. Sedikit saja dia mendengar ucapan yang tidak cocok dipikirannya maka langsung dia akan marah-marah dan kalau bisa maka langsung membanting orang yang mengatakan hal tersebut seperti Tedy tadi.

"Ini bukan salah saya, ini salah si Tedy sendiri, kenapa dia mengatai saya pembunuh. Padahal kan saya tidak membunuh siapapun!" kata Dara setengah berteriak.

"Nama temanmu tadi itu Tedy toh?"

"Bukan temanku lagi. Amit-amit dah punya teman kayak dia."

"Tetap saja kalian satu kelas kan?" Dara tak menjawab, hanya melirik sedikit pada Alex. "Saya tahu kamu sedang marah, pada semua orang yang mengatai kamu pembunuh dan menuduhmu membunuh Reanna, tapi bukan begini caranya menyelesaikan masalah. Ada cara lain."

"Cara lain apa?!"

"Duh, kalau ngomong gak usah teriak-teriak, santai saja. Telinga saya sakit jadinya ini," kata Alex sambil mengusap-usap telinganya. "Kamu sendiri yang tadi bilang akan membuktikan diri bahwa tidak bersalah maka dari itu lakukan apapun, sebisamu."

"Kapan saya bilang begitu?"

"Orang kalau marah emang suka lupa ngomong apa." Alex menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tadi, waktu kamu mukulin si Tedy itu."

Dara akhirnya ingat, dia memang secara tidak langsung berjanji akan membuktikan diri bahwa dia tidak bersalah, tapi masalahnya kata-kata itu muncul secara spontan dan bagaimana Dara membuktikan diri tidak bersalah sebenarnya dia tidak tahu caranya.
"Itu tadi, ucapan spontan doang. Cara membuktikan diri tidak bersalah saya tidak tahu bagaimana caranya."

"Nah, karena itu saya disini."

"Huh?" Dara tak mengerti dengan ucapan Alex. "Maksudnya apa?"

"Jadi begini, karena saya diberi kesempatan untuk menangani kasus Reanna ini saya ingin mengajak kamu bekerja sama."

"Bekerja sama? Gimana maksudnya?"

"Kamu dan saya bekerja bersama-sama untuk mencari pelaku pembunuhan Reanna."

"Jangan bercanda deh, saya ini bukan detektif. Gimana caranya saya akan menemukan pelaku pembunuhan Reanna?"

"Duh kamu ini bagaimana sih, kan saya bilang kita bakal kerja sama, itu berarti kamu tidak akan mencari pembunuh itu seorang diri, saya akan menemani kamu."

"Kenapa harus saya?"

"Karena kita senasib," ucap Alex lesu.

"Senasib gimana?"

"Ya kita senasib, kamu dan saya sama-sama harus membuktikan diri sebagai orang yang berbeda dengan yang orang lain pikirkan. Kamu harus membuktikan diri sebagai orang yang tidak bersalah atas pembunuhan Reanna dan saya harus membuktikan diri sebagai seorang polisi yang becus dalam bekerja."

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATWhere stories live. Discover now