Bab 88

29.4K 3.4K 403
                                    

Part ini khusus Syaqib dan Vanya yah. Kalau ngga suka, boleh langsung di skip.
















Byurrrr......guyuran hujan deras di tengah pekatnya malam.

Kini jam menunjukkan pukul 9 malam, dan adzan isya sudah bersaut merdu dari sekitar 2 jam yang lalu. Sungguh, cuaca malam ini membuat diri ingin melewatkannya dengan tidur saja.

Pun begitu juga dengan pengantin baru ini, Syaqib dan Vanya. Sekarang mereka berdua tengah ada di kamar pengantin dengan looks yang benar-benar menyeramkan bagi Vanya. Iya, sprei putih ranjang itu ditaburi kelopak mawar merah, sudah seperti di film-film saja. Dan itu semua adalah kerjaan Umi Syaqib dan Mama Vanya.

Saat ini, Syaqib dan Vanya masih tinggal di rumah orang tua Syaqib. Mereka belum memikirkan rumah, tapi secepatnya mereka akan mengasing.

Ah, yang benar saja. Vanya benar-benar merinding memasuki kamar bernuansa romantis itu. Sementara Syaqib, ia tidak melepas pandangannya dari Vanya barang sedetik pun.

"Sayang, kok malah berdiri disitu sih, sini dong," ucap Syaqib yang memang sudah duduk rapi di atas ranjang. Sementara Vanya, masih berdiri di ambang pintu.

"Vanyaaaa, ngapain bengong disitu? Sini cepatan, dingin banget tauuu" ucap Syaqib lagi, sembari mengkulum senyum aneh.

Aish, Vanya meneguk kasar salivanya mendengar lontaran Syaqib. Entah kenapa malam ini ia melihat aura yang berbeda dari Syaqib. Biasanya ia selalu damai jika melihat wajah adem Syaqib di hari-hari sebelumnya, Namun kali ini, entah kenapa aura Syaqib berubah jadi sexy, dan bahkan menakutkan, benak Vanya. Padahal Syaqib tidak melakukan apa-apa. Pakaian yang ia kenakan sekarang pun adalah piyama tidur, bukan boxer atau semacamnya.

"Vannnn, sini ngga kamu...!! Atau ini kode minta digendong ala bridal style?" ucap Syaqib lagi-lagi karena tidak mendapat respon dari Vanya. Dan kali ini ia langsung menghampiri Vanya.

"Kenapa takut sih Sayang, aku ngga gigit orang kok," bisik Syaqib yang kini sudah menempel di samping Vanya.

Sretttt......Vanya merinding hebat di sekujur tubuhnya. Dan ia sama sekali tak dapat berkata-kata, ia hanya menatap Syaqib dengan mulut terkunci.

"Heum, manja banget sih ah. Masa mau bobok aja minta digendong" goda Syaqib, sembari menggendong Vanya ala bridal style.

Ah, yang benar saja. Mulut Vanya benar-benar terkunci menerima semua perlakuan Syaqib. Sebenarnya ia ingin meronta, tapi sebagian dari dirinya terkesan menginginkannya juga.

"Udah, bobok sekarang. Pasti capek kan seharian berdiri," ucap Syaqib sembari menidurkan Vanya di atas ranjang king size yang dipenuhi kelopak mawar merah.

Pun memang benar, Syaqib sama sekali tak macam-macam. Setelah menidurkan Vanya, ia langsung beralih mengambil posisi di sebelah Vanya, tiduran dengan rapi, dan langsung memejamkan matanya.

"Kok tidur sih? Aneh banget," gerutu Vanya dalam hatinya, terlihat begitu kecewa. Hmm, sepertinya ia memang menginginkan sesuatu yang lebih di malam ini, ditambah lagi cuaca sangat mendukung. Iya, di luar sedang hujan deras.

"Qib," panggil Vanya tiba-tiba, sembari menyentuh pelan bahu Syaqib yang kini tengah memunggunginya.

"Iya, kenapa Sayang?" balas Syaqib tanpa menoleh, dengan suara yang sengaja diberat-beratkan, supaya Vanya mengira ia benar-benar sudah mengantuk.

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang