Bab 14

50.5K 5.6K 90
                                    

Waktu sudah berjalan dua jam setelah bel masuk tadi dibunyikan. Sekarang jarum pendek tepat berada di angka 15.00 wib, yang artinya bel pulang akan segera dibunyikan.

Kriiiinggggggg......Benar saja, suara bel akhirnya berbunyi.

Pun para siswa langsung berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Saras. Setelah berpisah dengan Vanya dan Tania, ia langsung berlari menuju ke depan gerbang. Dan benar saja, ternyata Adwan sudah menunggu disana. Dan langsung saja ia berlari kecil menghampiri mobil suaminya.

"Ya ampun, kenapa lari sih ?" Adwan bicara sendirian sambil senyum-senyum melihat Saras yang berlari ke arah mobil.

"Kenapa, Wan ?" tanya Syaqib yang ternyata ada di bangku belakang mobil.

"Itu, istri aku" Adwan menunjuk ke arah Saras dari kaca mobil, dan semakin senyum-senyum tentunya.

"YANG LARI KE ARAH SINI ?" tanya Syaqib dengan ekspresi tak biasa.

"Iya, Qib"

"Cantik banget, ini sih bukan tandingannya Wulan" batin Syaqib yang memang mengetahui kalau Wulan cinta mati ke Adwan.

"WAWANN!!" sapa Saras riang, sambil masuk ke dalam mobil, tanpa tahu ada Syaqib di belakang.

"kenapa ?" sambut Adwan dengan senyum yang mengembang.

Bukannya menjawab, justru Saras malah senyum-senyum sambil menyembunyikan sesuatu di belakang tangannya.

Adwan yang melihat itu jadi penasaran tentunya dan mengernyitkan dahinya, lalu sambil menatap saras.

"Apaan hei ?" tanya Adwan riang.

"TADAAAAAA" Saras menunjukkan kotak bekal yang sudah kosong tadi.

Adwan menatap semakin bingung "Bekal yang tadi pagi?"

"Heumm" Saras mengangguk antusias.

"Jadi......?" tanya Adwan hati-hati.

"Dihabisin sama teman-teman aku tauuu" ucap Saras dengan manja nada yang dibuat-buat.

"Kata mereka enak. Besok buat lagi yaaa !!" tambahnya lagi.

"Boleh. Besok habis subuh, kita buat lagi" sambut Adwan, menatap damai Saras.

"Tumben bahasanya pakai aku, biasanya pakai gue" batin Adwan menyelidik.

"Yeiii, makasih duluan" ucap Saras terlihat begitu riang.

"Jadi, tadi kamu ngga makan?"  celetuk Adwan.

"Ngga ada sama sekali, orang mereka main nyosor aja"

"Haha kasian. Terus, kamu bilangnya masakan siapa ?"

"Masakan suami" ucap Saras santai saja.

"HAH ? TAPI KAN.........."

"Udah, tenang aja. Ngga masalah kok, mereka sahabat aku dari kecil.

Pun Adwan mengangguk paham mendengar penjelasan Saras.

"Wah, ini anak tobat apa gimana? Damai banget dengar bahasanya pakai kata aku" batin Adwan lagi.

"Oh iya. Kenalin, ini teman aku, Syaqib namanya" ucap Adwan tiba-tiba sambil melihat ke belakang.

"Teman?" Saras menoleh bingung ke belakang.

"Halo, saya Syaqib" sapa Syaqib ramah.

"Ohiya iya. Halo juga, saya Saras" sambut Saras agak linglung.

"Oh iya, Rass. Syaqib mau ikut ke apartemen, soalnya nanti jam 5 sampai jam 10 malam kami ada latihan buat undangan pengajian" tutur Adwan.

Sontak, Saras menatap tak biasa ke Adwan "LAH, TERUS AKU ?"

"Rencananya, aku mau ngantar kamu ke rumah Mama dulu. Nah kalau udah selesai, baru aku jemput kamu lagi, gimana ?"

"NGGA MAU!!" sambar Saras mantap.

"Jadi ? Mau ikut ?" tanya Adwan sambil mengernyitkan dahinya.

"Boleh ?" Saras beratanya balik.

"Yah boleh dong, kenapa ngga bol....."

"Oke, aku ikut" sambar Saras lagi-lagi.

Pun Syaqib yang duduk di bangku belakang, sedaritadi sibuk senyum-senyum tak karuan menyaksikan pemandangan di depannya itu.

"Semua yang kamu pegang, pasti bakalan jadi indah. Wan.....Wan, itu sebabnya kenapa aku selalu kagum ke kamu" batin Syaqib sambil terus menyaksikan pemandangan di depannya.

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now