Bab 80

28.6K 3.7K 476
                                    

Masih dihari yang sama

Posisi saras didalam mobil berada dibangku tengah, iya....saras berbaring dengan berbantal paha adwan, sedangkan isyafa berada dibangku belakang bersama abizar, serta papa adwan yang menyetir mobil, dan di sebelahnya ada mama adwan tentunya. Semua wajah itu benar-benar terlihat panik, bahkan adwan tak henti-hentinya menangis disepanjang perjalanan

Adwan menggenggam erat tangan saras, menciuminya entah sudah berapa kali, dengan tangisan yang begitu menjadi, serta seluruh wajah saras sudah begitu basah ulah air mata adwan yang tiada hentinya menetes tepat diwajah saras

"rasss, kamu harus bangun sayang, harus kuat"

"kamu harus bangun buat mukul aku nanti, buat marahin aku"

"aku benar-benar minta maaf sayang, aku bodoh...aku bodoh...aku bodoh"

"padahal aku udah janji buat perlakuin kamu seperti ratu, tapi apa ? tapi apa ? aku bodoh....aku bodoh...aku ngga becus....aku ngga berguna"

"sayangggg kamu harus kuat, anak kita bentar lagi lahir, kita belum beli perlengkapan apa-apa buat dia, kamu harus bangun sayang, biar kita bisa beli sama-sama perlengkapan dia"

"kamu harus bangun sayang, kata om beno dia udah nemu rumah yang pas buat kita, nanti kamu sama anak kita bisa bermain dihalamannya, biar kalian ngga kesepian kalau aku lagi ngga dirumah"

itulah rancauan adwan disepanjang perjalanan, dengan tetesan air mata yang tak henti-hentinya membanjiri. Pun isyafa juga tak kuasa membendung air matanya mendengar semua rancauan adeknya itu. Satu hal yang membulan-bulani pikirannya sekarang, iya.....ini semua terjadi karena ulah kebodohannya

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 10 menit, akhirnya mobil mereka parkir didepan sebuah rumah sakit terdekat. Papa adwan langsung turun, dan meminta bantuan petugas. Pun para petugas langsung sigap mengerjakan tugasnya, dan saras langsung dilarikan ke ruang UGD

Kini keluarga adwan sedang menunggu didepan ruangan saras, jangan tanya keadaan adwan sekarang, penampilannya benar-benar tampak kacau, kerah bajunya yang acak-acakan, rambutnya yang juga acak-acakan, mata sembab yang tak terjelaskan, serta pipi basah yang begitu lengket. Semuanya sukses menambah suramnya pemandangan koridor rumah sakit. Sementara keluarga saras, sedang dalam perjalanan kerumah sakit sekarang, setelah mendapat telpon dari papa adwan tadi

dibangku tunggu pun adwan tidak henti-hentinya menangis, terus menyebut-nyebut nama saras. Dan disamping kanan kirinya ada mama dan kakaknya yang sibuk menenangkannya disertai dengan pipi yang basah juga

"paman awan angan angis, ibi calas gak akut kok" ucap abizar tiba-tiba dari gendongan isyafa

Adwan menoleh ke abizar yang memang ada disampingnya, dan tanpa berkata-kata, air mata adwan bertambah semakin deras, entah apa yang ada dipikirannya

Dan menyaksikan semua pemandangan itu, papa adwan terlihat menghela napas, lalu beralih menepuk punggung adwan "wan, tidak ada gunanya nak kamu menangis seperti ini, yang saras butuhkan sekarang adalah do'a, bukan tangisan. Lihat abizar, dia mencoba menguatkan kamu, bukan menangisi bibinya...seperti kamu, karena dia tau....bibinya pasti kuat, bibi yang sudah menyelamatkannya dari musibah besar"

Adwan sama sekali tak menanggapi ucapan papanya, lagi-lagi ia hanya ingin menangis saja untuk saat ini

"untuk anak orang lain saja saras rela mempertaruhkan nyawanya....apalagi dengan anak kalian, jadi percaya sama papa, saras pasti akan berjuang buat anak kalian" tambah papa adwan

deggg.........kalimat itu benar-benar menusuk kedalam hati isyafa, rasanya ingin ia memeluk saras sekarang juga

"iya....papa benar, saras pasti akan berjuang buat anak kami, dia sangat menyayangi anaknya, tiap hari dia menjaganya dengan baik" ucap adwan tiba-tiba sambil menyeka kasar air matanya

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang