EP.11 | Part 3

571 21 1
                                    

"Silakan, pesanan anda sudah siap."

"Ini milik anda, Tuan."

Pat melayani pengunjung bar dengan semangat. Tiga puluh menit berlalu sudah, ia lalu menghampiri Pran yang sedang berbincang dengan Om Yod si pemilik bar.

"Pekerjaan selesai!" Pat meletakkan nampan di atas meja bar dan duduk di samping Pran."

"Kerja dengan baik seperti ini, kamu harus dibayar juga dengan dua gelas bir." Om Yod menyediakan dua gelas bir untuk Pat dan Pran di atas meja, membuat keduanya menyunggingkan senyum sumringah dan berterima kasih.

"Bersulang..." Pat mengangkat gelas bersiap untuk membenturkan ke gelas Pran yang juga sudah terangkat ke udara.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Melakukannya dengan tidak biasa." Pat mengaitkan lengannya ke lengan Pran bersiap untuk meminum bir bagaikan sepasang pengantin yang baru saja sah menikah.

"Dia bisa melihatnya, kita seharusnya malu." Pran mulai berbisik sambil melirik Om Yod.

"Malu? Jadi kamu tidak mau melakukannya?" Pat yang bicara dengan berteriak seperti ini menantang adrenalin Pran untuk tidak menolaknya.

"Mau!" Tegas Pran akhirnya.

Mereka lalu meneguk habis segelas bir di tangan masing-masing yang saling membelit. Om Yod terkekeh lucu melihat aksi dua pemuda yang sedang dimabuk asmara itu.

"Ahhhhh..." Pat mendesah dengan membuka mulutnya sangat lebar.

"Itu menjijikkan, aku malu." Pran menunjuk pemilik bar dengan menahan malu. "Apakah kamu tidak malu sama sekali?"

"Ayo lakukan." Pat tidak peduli.

HEUUGG!!

Bersendawa hampir bersamaan membuat Pat terkekeh lucu, sementara Pran segera menutup mulutnya dengan malu dan membentuk wai kepada pemilik bar. "Maaf ya, Om."

Si pemilik bar hanya tergelak sambil mengelap gelas beling di tangannya.

"Birnya habis, Om." Keluh Pat keras-keras.

"Kalau begitu kembali bekerja." Celetuk Pran sambil masih terkekeh.

"Mereka mengatakan kalau orang-orang datang ke pantai kalau tidak untuk cari panas, mereka hanya akan menenangkan diri. Semoga lagu ini bisa menghibur kalian semua." Suara penyanyi bar di atas panggung membuyarkan tawa di antara Pat dan Pran.

Pat tersenyum melihat kekasihnya yang terpaku pada sosok di atas panggung itu. "Mau bergabung dengannya?"

"Tidak. Kakak itu memainkannya dengan baik."

Pat tahu benar Pran menginginkannya meskipun bibirnya berkata tidak. Musik adalah hal penting bagi Pran, Pat sangat mengerti itu. Dari cara Pran memandang dan menikmati musik malam ini, ada kerinduan yang tak terucap di matanya.

***

Keesokan paginya, Pran memainkan beberapa nada dengan gitar yang ada di rumah Paman Tong. Ia bahkan menuliskan beberapa lirik pada buku yang ia temukan di rumah itu, berusaha untuk menyelesaikan lagunya.

Selama beberapa menit tidak menemukan ide, Pran memutuskan untuk membuka lembar demi lembar buku di tangannya. Matanya tertuju pada satu lembar tulisan yang menarik perhatiannya.

Ibu Junior.

Ibuku adalah wanita yang cantik.

Dia sangat baik, aku sangat mencintai dia.

Mata Pran menyapu satu lembar lainnya, gambar seorang ibu yang sedang menggandeng tangan putranya. Itu pasti adalah Junior dan Ibunya. Buku ini milik Junior.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang