EP.9 | Part 1

320 21 0
                                    

"Pakai bajumu. Kamu membuat semua orang ngiler." Pran menghampiri Pat di belakang panggung usai latihan dengan sebotol air mineral dan kaus abu-abu miliknya yang tadi dibuang ke lantai oleh Pat.

Sementara itu di ruang kontrol suara, Wai membuka pintu dan melangkah masuk sambil melihat-lihat sekeliling ruangan.

"Hei," teman tim suaranya menyapa.

"Di mana Pran?"

"Belum melihatnya sejak kami selesai." Sahut teman Wai sambil meraih headphone.

[Aku minta maaf karena aku sudah sebegitunya.]

[Aku juga minta maaf karena bersikap impulsif. Sebenarnya, aku cuma mau orang-orang tahu kalau aku sudah ada yang punya. Lagipula, sosial media bukannya memang tempatnya pamer?]

"Coba kau dengarkan ini." Pemuda tim suara itu melepas headphone dari kepalanya dan menyerahkan kepada Wai.

"Ada apa?"

"Ini suaranya Pran bukan?"

Wai menerima headphone itu dan memasangkan ke kepalanya, menutup kedua telinganya.

[Menyimpannya di antara kita berdua juga bisa menyenangkan.]

[Tidakkah kamu merasa tidak nyaman karena menyembunyikannya?]

[Hanya karena aku tidak memberi tahu orang lain, bukan berarti aku tidak menyukaimu, kan?]

[Kau benar. Aku akan berhenti memposting apapun itu.]

[Tidak apa-apa. Lakukan saja.]

Wai meletakkan kedua tangannya pada kedua sisi headphone, menekannya lebih tepat ke telinga, memastikan ia tidak salah dengar.

[Kau tidak takut orang-orang akan mengetahuinya?]

[Takut. Tapi aku lebih peduli padamu.]

[Aku pacarmu. Jika aku tidak bisa menangani hal kecil seperti ini, bagaimana kita bisa membuat hubungan ini berhasil?]

Mata Wai terbelalak. Tak percaya dengan kata-kata sahabatnya sendiri. Yang benar saja!

[Hmmh? Siapa pacarnya siapa tadi?]

[Kamu hanya punya satu kesempatan. Yang sudah lewat yaa sudah.]

[Hei, katakan sekali lagi. Aku tidak begitu menangkapnya. Apa tadi?]

Wai mulai bernapas dengan dada naik turun menaham marah. Apa-apaan ini?!

[Baiklah... Aku pacarmu.]

[Kenapa kamu imut banget gini, sih?]

Kilasan ingatan Wai tentang kejanggalan akan sikap Pran kepada Pat mulai berkelebat. Sahabatnya itu beberapa kali bertingkah aneh seolah ada sesuatu yang ia rahasiakan. Suatu malam ketika Wai mengantarkan Pran pulang setelah mereka minum bir merayakan kemenangan kontes musik Freshy, Pat sudah menunggu di asramanya. Wai bisa mengingat dengan jelas bagaimana Pran mengusirnya pulang dan mengatakan tidak ada apa-apa yang terjadi antara dirinya dengan Pat. Lalu Wai mengingat bagaimana Pat terus menempel pada Pran saat mereka melakukan perjalanan kamp sukarelawan ke pantai. Pran bahkan melindungi Pat dari rencana serangan Wai dan teman-temannya malam itu. Jadi ini alasan Pran melakukan itu semua?!

Wai menghela napas kesal. Ia merasa dibohongi oleh sahabatnya sendiri. Selama ini, Wai selalu merasa Pran adalah orang yang paling dekat dengannya. Bagaimana bisa Pran melakukan ini padanya?

[Bolehkah aku memelukmu? Tidak ada lagi pelukan virtual.]

[Pakai baju dulu. Kamu nggak dingin? Ini dingin banget loh di sini.]

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now