EP.4 | Part 2

260 30 0
                                    

Pran pernah memiliki perasaan seperti ini sebelumnya. Ia bisa mengingat dengan jelas, semua itu terjadi saat mereka duduk di bangku sekolah menengah bersama.

Flashback

"Es Teh Susunya satu, ya." Pran sedang menunggu pesanan di stand minuman saat matanya bertemu dengan mata Pat yang melewati tangga naik ke studio musik sekolah.

"Sampai ketemu di ruang klub," katanya bicara dari atas tangga.

"Iya. Sampai ketemu." Jawab Pran mengangguk.

Setelah Pat menghilang dari pandangan, Pran menambahkan pesanan minumannya.

"Kak, tolong buat jadi dua, ya."

Pran datang dengan dua gelas Es Teh Susu kesukaannya dan Pat di tangannya, tapi di dalam studio musik itu Pat tidak sedang sendirian.

"Haruskah kita pergi makan babi panggang?" Terdengar jelas Pat sedang bicara dengan seseorang.

"Kamu tidak takut jadi gemuk?" Pat sedang bersama Ink.

"Aku tidak akan pernah gemuk."

"Aku bisa melihat dagu berlapismu di sini."

"Dagu berlapis? Aku tidak punya dagu berlapis." Pat berkata dengan suara lebih berat karena menekan dagunya ke leher. Aksinya itu membuat gadis cantik di hadapannya memegangi dagu Pat dengan kedua tangan putihnya. "Tidak ada. Tapi kamu punya."

"Tidak ada." Pat membalas memegangi dagu Ink dan tertawa terbahak-bahak.

Pran memandang semua itu dari pintu masuk. Ketika dua orang temannya hendak masuk ke studio, Pran segera memberikan dua gelas Es Teh Susu di tangannya kepada mereka lalu pergi dari tempat itu.

Perasaan itu masih sama dengan perasaannya saat ini. Pran lalu melangkah pergi dari kedai kopi, meninggalkan Pat dan Ink dengan tawa yang mereka miliki.

"Aku tidak akan datang ke sini jika kamu tidak memintaku." Kata Pat sambil menyesap minumannya.

"Jangan gunakan aku sebagai alasan. Aku tahu kamu sendiri yang memang mau bolos kelas." Kata Ink sambil mengaduk-aduk minumannya.

"Ya, karena untuk mata kuliah ini, aku bisa mempelajarinya sendiri."

"Oh, iya. Kamu inga tapa yang aku minta kepadamu?" Tanya Ink sambil menopang dagu.

"Ingat." Pat mengangguk sambil nyengir. "Apa yang kamu butuhkan?"

"Kamu sibuk nggak besok sore?"

***

"Jadi, keran airnya akan ada di sini?" Sang Profesor sedang melakukan pengawasan pembangunan halte bus. "Seperti di denah lantainya?"

"Iya, pak." Korn yang ditemani Mo mengangguk sopan. Sementara Chang sedang membereskan beberapa material yang tergeletak di tanah.

Bersamaan dengan itu, Pat datang bersama Wai.

"Profesor Pichai ingin melihat perkembangannya." Kata Korn memberitahu saat Pran dan Wai memberi salam kepada Profesor.

"Kalau begitu, Prof. Ini adalah design akhirnya." Pran menyerahkan selembar design yang dilipat menjadi dua kepada Prof. Pichai.

"Biarkan saya menjelaskannya kepada anda, Prof." Kata Wai menawarkan diri.

"Oke, kalau begitu silakan."

"Silakan lewat sini."

"Oke, silakan duluan."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now