EP.6 | Part 3

289 23 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, Pat belum menemukan Pran sejak ia terbangun dari tidur. Beberapa orang tampak sedang memungut sampah plastik di sekitar pantai. Pat memutuskan untuk bertanya pada Junior, keponakan Paman Tong si penanggung jawab kamp.

"Junior, kamu lihat kak Pran nggak?"

Berkat bantuan Junior, Pat dan Pran seolah bertemu secara tidak sengaja.

"Paman Tong, kak Pat bertanya apakah kita bisa memberinya tumpangan ke pasar?" Junior membawa Pat bertemu dengan pamannya yang sedang menyiapkan kendaraan roda empat berwarna kuning di sisi jalan.

"Boleh ikut?" Tanya Pat dari belakang Junior menimpali.

"Tentu. Tuan-tuan, naik saja." Kata Paman Tong mempersilakan.

"Baiklah," jawab Pat menuju ke bagian belakang mobil.

"Kak, bisa geseran sedikit?" Junior naik lebih dulu.

Pran yang sudah berada di belakang mobil menggeser duduknya dan melihat Pat dengan tatapan tidak menyenangkan.

"Pegangan yang erat, ya. Paman sangat cepat dan ngebut." Paman Tong berkata sambil bersiap membuka pintu mobil pick up-nya.

Pat baru saja naik dan duduk di sisi sebelah kanan ketika Paman Tong berbicara lagi.

"Kabar baik. Paman lupa kuncinya."

"Lagi?" Junior secara tidak langsung mengatakan bahwa Paman Tong sering meninggalkan kunci mobilnya. "Seperti biasa."

Pran tersenyum menampakkan lesung pipinya yang imut melihat tingkah Paman Tong. Namun senyum itu seketika sirna ketika matanya bertemu dengan mata Pat yang terus mencuri pandang ke arahnya.

"Selalu?" Tanya Pat memastikan, yang dijawab anggukan oleh Junior. Ia melirik Pran sesaat lalu melanjutkan percakapannya dengan Junior. "Lalu, Junior kelas berapa?"

"Kelas empat kak. Semester selanjutnya akan segera dimulai."

"Semester selanjutnya akan segera dimulai? Oh... Lalu, Junior punya banyak teman nggak?"

"Hmm...banyak kak. Saya punya teman..." Junior mulai menghitung dengan jari-jari tangannya. "Tujuh orang dalam kelompok saya."

"Tujuh orang?" Pat membuat ekspresi seolah memiliki tujuh orang teman dalam kelompok adalah hal yang luar biasa. "Dan apakah Junior punya teman yang tidak mau berbicara denganmu juga? Dia mengabaikan pertanyaanmu. Kamu tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dia tiba-tiba jadi pendiam. Sesuatu seperti itu." Pat bicara sambil mencuri pandang ke arah Pran lagi, tapi pemuda itu sama sekali tidak melihatnya. Pandangannya lurus ke depan.

"Tidak ada. Memangnya ada orang yang seperti itu?"

"Ada loh, Junior. Ada." Pat sedikit terbahak mendengar pertanyaan polos Junior. "Lalu, apa yang akan Junior lakukan jika memiliki teman seperti itu?"

"Akhiri saja persahabatanmu dengannya." Jawab Junior enteng.

"Mengakhiri persahabatan? Ya ampun, bukankah itu sedikit terlalu kejam?" Pertanyaan Pat hanya ditanggapi dengan tawa oleh Junior. "Sebenarnya kakak mau mengakhirinya. Tapi kakak merasa kasihan padanya. Dia juga tidak punya banyak teman. Dia orang yang seperti itu."

Mendengar kalimat Pat, Pran meliriknya sesaat sambil mengerutkan bibirnya.

"Kak," kali ini Junior berbicara pada Pran yang duduk tepat di sampingnya membelakangi bangku kemudi.

"Ya?" Pran menanggapi anak laki-laki itu dengan sopan.

"Apakah kak Pran punya banyak teman?"

"Banyak." Jawab Pran singkat.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now