EP.2 | Part 3

351 38 0
                                    

Sejak lahir hidup berdampingan, belajar di sekolah yang sama, hingga saat mereka kuliah di kampus yang sama, mereka pun tinggal di asrama yang sama, dengan kamar saling berseberangan pula. Entah bagaimana cara kerja dunia, Pat dan Pran selalu bertemu satu sama lain selama hidupnya.

Keduanya baru saja saling mendapati bahwa mereka terlibat kencan buta satu sama lain. Pat lah seseorang dari kamar seberang yang menginginkan Pran melihat bulan bersamanya malam ini. Dan Pran lah seseorang dari kamar seberang yang sangat ingin Pat temui malam ini. Terkadang takdir di antara mereka berdua terdengar cukup menggelikan.

"Nih." Pran menyodorkan sepetak kertas biru kepada pemiliknya. Sebuah catatan kecil yang mengajak Pran berkencan di rooftop asrama untuk melihat bulan.

"Hancur sudah kisah cintaku dengan gadis teh hijau." Keluh Pat menerima kertas catatan dari tangan Pran. "Aku sudah tahu. Tulisan tangan itu terlihat tidak asing. Aku pasti pernah melihatnya."

"Huh. Seharusnya aku juga menyadarinya. Tidak banyak orang di dunia ini yang bisa memiliki tulisan tangan mengerikan." Pran menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya bagaimana bisa ia tidak menyadari ini lebih cepat. "Terus, apa sekarang? Apakah kau masih ingin melihat bulan bersamaku?"

"Lihat saja sendiri." Pat menanggapi Pran yang baru saja menggodanya. Pemuda itu terkekeh puas melihat reaksi kesal Pat. "Sialan, apa yang kau tertawakan?"

Senyum di bibirnya seketika lenyap. Pran menghela nafas pelan. "Oh. Jadi apakah ini artinya, aku baru saja membuatmu patah hati, kak pangsit? Terima kasih banyak atas pangsitnya."

Pran bicara dengan nada yang menyebalkan. Tapi Pat tak mau kalah. "Tidak masalah. Karena teh hijau adek juga sangat enak."

"Bajingan." Pran mengumpat.

Reaksi Pran membuat Pat yang terkekeh puas kali ini.

"Sialan, apa yang kau tertawakan?" Pran melenyapkan senyum di wajah Pat.

"Baiklah, akulah yang patah hati. Tapi kau, ngapain kau di sini? Tuan Pran?" Pat mengibaskan kertas biru di tangannya dan mengecupnya. "Mmmuach."

Alih-alih menjawab, Pran justru menginggalkan Pat sendirian di rooftop.

"Brengsek!" Pat mengumpat. Karena tak ada lagi yang harus ia tunggu, Pat pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Namun sebelum ia tiba di pintu keluar, langkahnya tertuju ke arah gadis berambut panjang yang sedang berbincang dengan kekasihnya melalui telepon tadi. Pat mencolek punggung gadis itu dan menyerahkan bingkisan di tangannya. Bingkisan yang seharusnya ia bawakan untuk Pran. "Ambil semua untukmu."

Pat pergi tanpa menunggu gadis itu mengucap sesuatu. "Sayang, orang yang tadi itu baru saja memberiku cemilan. Aku tidak berpikir ia merayuku. Dia terlihat sedikit aneh."

***

Menghadapi kenyataan yang baru saja mematahkan hatinya, Pat tidak ingin tinggal di kamarnya sendirian. Ia pergi dengan teman-temannya untuk minum bir.

"Minuman kita sudah habis." Chang berkata dengan sedikit mabuk. Cukup banyak gelas bekas minuman berjejer di atas meja mereka.

"Hei. Apakah kau tidak akan memberi tahu kami apa yang sebenarnya terjadi? Apa yan terjadi?" Korn mulai mengkhawatirkan sahabatnya yang sedari tadi bungkam tak seperti biasanya.

"Ah. Tugas kalian di sini adalah minum bersamaku, itu saja sudah cukup." Kata Pat malas-malasan.

"Apakah ini tentang gadis di seberang lorong kamarmu?" Tebakan Mo sangat tepat.

"Oh. Dia sedang tidak mood." Chang berusaha membela Pat. "Kita membutuhkan lebih banyak minuman."

"Hei. Aku menemukan seseorang yang dapat menghibur teman kita di sini. Lihat ke sana." Korn yang setengah mabuk mulai mengutarakan ide gilanya ketika melihat Wai sedang melayani pengunjung.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now