EP.1 | Part 3

604 60 0
                                    

"Bangun, dong." Korn dan kedua temannya mulai menggoda.

Chang sudah siap untuk merekam perkelahian dengan ponsel di tangannya. Namun betapa terkejutnya mereka bahwa pemuda yang bangkit dan berbalik menghadap mereka itu bukanlah pemuda yang mereka cari. Pemuda itu bukan lah Wai melainkan Pran.

"Apa-apaan ini?" Tanya Pran kebingungan mengapa ia diserang.

"Sudah, lah. Sikat saja. Lagi pula mereka berteman. Kalahkan dia." Korn akhirnya memberi keputusan yang disetujui kedua temannya.

Chang menyerang lebih dulu, tapi Pran berhasil memberikan perlawanan. Korn mengirimkan satu tendangan dan Mo segera ikut melayangkan tinjunya. Pran berhasil menangkap leher Mo yang bertubuh jauh lebih kecil darinya dan melemparkan pemuda itu ke arah Korn sehingga mereka berdua terhuyung ke belakang. Chang kembali menyerang sekali lagi tapi Pran berhasil menghindari pukulannya. Namun saat ketiganya menyerang bersamaan, Pran tak lagi bisa menghindar. Mereka berempat saling adu pukulan dan tendangan selama beberapa saat sebelum Pran kemudian berhasil melarikan diri saat mereka lengah.

Pran berlari sekuat tenaga ke arah belakang kampus hingga seseorang menghadang jalannya.

"Kemari lah." Pemuda itu tak hanya menghadang tapi juga menarik lengan Pran untuk bersembunyi di celah bangunan yang cukup untuk mereka berdua.

Pran tak bisa berkata-kata karna mulutnya telah dibungkam oleh tangan kiri Pat. Sementara tangan kanannya membentuk angka satu dengan jari telunjuk yang dirapatkan ke bibirnya tanda melarang Pran untuk bersuara. Dari celah tempat mereka bersembunyi, Pran melihat Korn dan dua temannya berlari melewatinya.

Butuh beberapa saat bagi mereka untuk saling berpandangan seolah waktu berhenti, sebelum kemudian Pran mendorong tubuh Pat menjauh darinya. "Apa yang kau lakukan?"

Tidak menjawab, Pat justru mengintip jalanan dan memastikan ketiga temannya sudah tidak berada di sana. "Keluar lah." Ajak Pat kemudian mengarahkan Pran agar mengikuti langkahnya.

Mereka berdua melewati jalan pintas untuk tembus ke parkiran kampus dan mendapati Pha sudah di sana untuk menjemput Pat. "Omong kosong apa sih ini?" Pran meradang tak mengerti.

"Kemari lah." Sekali lagi Pat mengajak Pran untuk mengikutinya.

"Kak, masuk lah ke mobil." Kata Pha dari bangku kemudi.

"Cepatlah. Masuk ke mobil." Pat menepuk lengan Pran agar segera mengikutinya.

"Apa'an sih?"

"Masuk lah ke mobil." Dengan geram akhirnya Pat mencengkeram lengan Pran dan memasukkannya ke dalam mobil terlebih dulu diikuti dirinya.

"Cepat lah." Dukung Pha menunggu kedua pemuda itu duduk di kursi penumpang.

"Jalan, Pha." Perintah Pat kemudian saat pintu mobil telah tertutup sempurna.

Mobil melaju ke arah pintu keluar kampus. Namun belum sampai ke jalan raya Pran sudah mengajukan untuk memisahkan diri dari kakak beradik itu.

"Pha, menepi lah. Kakak akan turun di sini." Kata Pran yakin. "Keluar kau." Perintah Pran mendorong tubuh Pat.

Pat turun diikuti Pran di belakangnya. "Tunggu, dulu." Pat mengambil sesuatu dari dalam mobil lalu memberikan sebuah kemeja putih untuk Pran. "Ganti baju dulu, jadi kau tidak perlu memberi tahu Ibumu apa yang terjadi. Kalau tidak, dia akan menyalahkanku lagi."

Pran tidak menjawab dan meneruskan langkahnya dengan marah.

"Bilang terima kasih, kek, bajingan." Pat setengah berteriak.

"Memangnya aku meminta bantuanmu? Brengsek." Kata Pran kasar.

"Uh. Lihat lah dia." Pat protes pada adiknya yang ikut turun dari mobil menyaksikan kepergian Pran yang sangat tidak bersahabat dengan kakaknya.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now