EP.5 | Part 2

355 29 0
                                    

Di asrama, Pat tak bisa berhenti senyum sambil memikirkan kata-kata Ink yang menyetujui bahwa dirinya tampan. Ia terus memandangi gelang hijau berinisial P berwarna perak pemberian Ink dengan senyum mengembang di bibirnya. Seperti biasa, malam ini sang adik datang untuk mengantarkan baju-baju bersih Pat dari rumah dan membawa pakaian kotor dari asrama untuk dicuci di rumah. Tentu saja sambil mendengarkan curahan hati Pat.

"Hanya karena dia mengatakan kalau kakak tampan, bukan berarti dia menyukai kakak. Berhentilah berandai-andai." Pha datang dengan keranjang di tangannya dan mengeluarkan selembar baju putih dari sana. Pat sedang duduk di atas karpet di depan lemari pakaian.

"Tidak. Kakak tidak berandai-andai. Kakak bisa merasakannya."

"Terakhir kali kakak merasakan sesuatu, kakak berakhir dengan membeli sepatu selancar untuk seorang gadis yang mencampakkan kakak tepat setelahnya."

"Itu menyakitkan. Kamu beneran adek kakak bukan, sih?" Pat menghancurkan lipatan yang dibuat adiknya pada baju putih miliknya di atas meja.

Si cantik berkacamata itu menunjuk wajahnya sendiri. "Ya, karena aku itu adikmu. Aku tahu betapa bodohnya kakak soal urusan perempuan."

"Ayolah, lalu apa yang harus kakak lakukan? Haruskah kakak mulai untuk mendekatinya?"

Pha menghela napas dan berdecak sejenak sebelum bicara. "Jangan pernah berkencan dengan seorang teman. Itu tidak akan berhasil." Pat hanya menunjukkan wajah kecewa dengan pernyataan adiknya. "Tapi jika temannya itu adalah kak Ink, Pha memberikan lampu hijau ke kakak. Ayo, lakukan!"

"Bagaimana, sih?"

"Ya, karena aku suka dia. Itu saja. Tapi kakak harus mencari tahu dengan benar dulu, apakah dia memiliki perasaan untuk kakak atau tidak. Jangan membodohi dirimu sendiri lagi."

"Terus kalau begitu, bagaimana kakak bisa tahu jika dia memiliki perasaan atau tidak?"

"Kakak nih benar-benar sangat pintar dalam segala hal, kecuali soal ini."

"Bagaimana cara mencari tahunya!?" Pat menggebrak meja tidak sabar.

"Ajak P'Ink berkencan!" Seru Pha menegaskan.

"Terus?"

"Dan seorang master cinta di sini akan melihat apakah dia menunjukkan tanda-tanda dia memiliki perasaan atau tidak." Pha menaikkan alisnya yang disambut anggukan percaya oleh Pat.

***

Menuruti nasihat adiknya tempo hari, Pat tak ingin membuang lebih banyak waktu. Ia segera mengajak Ink untuk berkencan makan siang bersama di mall. Sudah ada tiga gelas minuman di meja bersama mereka, tapi Pha sengaja pergi ke toilet lebih lama agar kakaknya bisa berduaan dengan gadis pujaan hatinya.

"Ini terlihat sangat bagus." Ink memberi komentar ketika seorang pelayan datang mengantarkan piring berisi tiga buah roti. "Bisakah tolong fotoin, nggak?"

"Oh, oke." Pat mengangguk canggung.

"Pastikan itu bagus, ya." Ink mulai mengangkat piring roti itu mendekati wajahnya dan berpose.

"Senyum, dong." Ujar Pat yang melihat gadis di hadapannya melalui layar ponsel.

"Cantik, nggak?"

"Cantik, dong."

"Cantik tapi tidak ada yang mendekatiku sama sekali." Pat melongo, ia menerima perkataan Ink sebagai kode untuk dirinya. Mungkin inilah saat yang tepat baginya untuk mendekati Ink. "Mari kita makan."

Bertepatan dengan itu, Pha kembali dan duduk di samping Pat yang berseberangan dengan Ink. "Aku tinggal sebentar dan kakak sudah meningkatkan permainan." Pha mulai berbisik dengan merapatkan giginya.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now