EP.10 | Part 4

324 21 2
                                    

"Ai'Pat!"

Pat dan Pran menoleh ke arah sumber suara yang baru saja berseru dengan begitu lantang. Seseorang yang dijadikan objek candaan benar-benar muncul sekarang. Ayah Pat berjalan mendekat dengan tatapan tajam diikuti sang istri di belakangnya.

"Apa yang terjadi di antara kalian berdua?" Tanya Ayah Pat tanpa basa-basi.

Pat membasahi bibir dengan lidahnya. "Oh... Kami berteman, Pa. Kami hanya berteman. Kami hanya bermain."

"Teman macam apa yang bermain seperti itu?" Ayah Pat tampak tidak puas dengan jawaban putranya. "Hah?! Kapan kau akan berhenti berbohong sama Papa?!"

Pat melirik Ibunya sesaat sebelum menjawab lagi. "Pat tidak berbohong, Pa. Ya... Kami hanya bermain-main saja."

"Apa kau pikir Papa sebegitu bodohnya?" Ayah Pat mendorong dada putranya.

"Om, tolong tenang dulu." Pran menyela di antara Pat dan Ayahnya, tapi Ayah Pat justru mendorongnya hingga terhuyung jatuh ke lantai.

Pat segera memeriksa keadaan Pran yang terduduk di lantai, punggungnya menghantam dinding pembatas. Ia bahkan tidak bisa segera bangkit saat Pat membantunya untuk berdiri.

"Pa, berhenti. Mari kita bicarakan di rumah." Ibu Pat mulai menarik lengan suaminya agar berhenti menyerang Pran. "Pa, tenanglah."

Ayah Pat memalingkan wajahnya dengan keras dan berbalik bersiap meninggalkan kerumunan yang menyaksikan ketegangan yang terjadi.

"Pa!" Pat menghentikan langkah orang tuanya.

"Apa?!!" Ayah Pat berbalik dan kembali menghampiri putranya dengan wajah marah.

"Papa mau tahu kebenarannya, kan?"

Ayah Pat tidak menjawab, ia menunggu putranya menyelesaikan kalimatnya. Kalimat jawaban dari sesuatu yang ia pertanyakan, namun sebenarnya sama sekali tak ingin ia dengarkan.

"Pat dan Pran pacaran."

Pran membelalakkan matanya, tak percaya Pat baru saja mengakui hubungan mereka di depan orang tuanya.

"Pat!" Ibu Pat mengernyit tak percaya dengan apa yang dikatakan putranya.

"Kami berpacaran! Dengan itu?!" Pat menaikkan nada bicaranya.

"Sial! Kau pun tahu cerita antara keluarganya dan keluarga kita bagaimana, Pat." Ayah Pat mendorong bahu bidang putranya dengan geram.

"Pa, Pat tahu. Tapi Pat tahu lebih dari yang Papa ceritakan."

"Apa? Apa yang kamu tahu?"

"Papa mau Pat mengatakannya? Tentang Papa dan Ibunya-"

"Apa yang kau katakan Pat? Hah?!" Belum selesai Pat bicara, Ayahnya sudah menarik kerah bajunya dengan marah.

"Papa. Papa! Pulang ke rumah!" Tegas Ibu Pat menarik lengan suaminya mundur. "Pat, kamu juga pulang!"

Perintah Ibunya begitu jelas terdengar, tapi Pat masih berdiri mematung. Orang-orang yang berkerumun menyaksikan pertengkaran keluarga itu mulai pergi satu per satu. Pat menghampiri Pran dan membantu memungut buah-buahan yang jatuh berserakan.

"Tidak perlu. Pergi selesaikan dengan Ayahmu." Pran menarik Pat berdiri tanpa memandang wajah kekasihnya itu. "Tidak perlu membantuku."

"Apakah kamu baik-baik saja?"

"Kamu harus membereskan semuanya dengan Ayahmu." Pran masih menunduk, tidak melihat wajah Pat.

"Tidak, aku baik-baik saja." Pat meraih tangan Pran ke dalam genggamannya.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now