EP.6 | Part 2

314 27 0
                                    

Bus perjalanan Kamp Relawan Arsitektur telah melaju. Selain untuk tujuan wisata, program milik Fakultas Arsitektur kali ini mengemban misi peduli lingkungan. Mereka akan menginap dan melakukan pembersihan pantai di desa yang memiliki program anti sampah.

"Aku mau pergi mengambil air, kau mau juga nggak?" Wai yang duduk di samping Pran menawarkan. Pran hanya menggeleng lalu membuang pandangnya ke luar jendela.

Tidak lama setelah kepergian Wai, Pran menyadari seseorang duduk di sampingnya. Dia bukan Wai, tubuhnya lebih tinggi besar. Pran melirik dari ekor matanya, Pat menyeringai dengan tampang tak berdosa.

"Hei," sapanya memulai percakapan. Tapi Pran tidak menjawab, matanya tetap tertuju ke luar jendela. "Hei." Pat menyenggol bahu Pran dengan bahunya, membuat Pran akhirnya menoleh. "Kau bisu?"

Pran memalingkan wajahnya lagi lalu mulai memasang earphone ke telinganya. Menganggap seolah-olah tak ada siapa-siapa di sampingnya.

"Oke. Kalau nggak mau ngomong ya udah, nggak perlu ngomong. Ketika aku bisa membuatmu bicara, kau kalah." Pat bicara tepat di telinga Pran yang sudah tertutup earphone. Pran sama sekali tidak mempedulikannya.

"Hei! Apa yang kau lakukan di sini?" Si pemilik tempat duduk sudah kembali.

"Oh, maaf ya. Saya pikir tidak ada orangnya." Pat menunjukkan giginya yang hampir tidak menyerupai senyuman kepada Wai lalu bangkit dan kembali ke tempat duduknya sendiri.

Pran melihat kepergiannya sekilas lalu kembali memandang jalanan yang dilewati bus perjalanan. Di tempat duduknya, Pat masih melirik ke arah Pran sekali lagi lalu membuang napas. Pran akan duduk bersama Wai sampai mereka tiba di lokasi, sementara Pat hanya bisa memandangnya dari seberang tempat duduk mereka.

***

Suara debur ombak terdengar menyapa di pesisir. Bus perjalanan telah tiba dan menurunkan seluruh penumpang kamp. Mereka lalu berjalan kaki menuju perkampungan untuk bertemu si penanggung jawab selama mereka di sana. Seorang gadis Arsitektur menarik temannya untuk berlari lebih dulu melewati rombongan.

"Chompoo, kamu mau berlari ke mana? Belum pernah melihat pantai, ya?" Louis mulai menggoda teman sekelasnya itu. "Hati-hati."

"Wadee khrap," seorang lelaki berkaca mata didampingi anak laki-laki sekitar usia 10 tahun menyambut rombongan yang datang. "Halo, semuanya. Izinkan saaya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Tong, kalian bisa memanggil saya Paman Tong, Kak Tong, atau Om Tong. Mana enaknya kalian saja."

Pran dan Wai yang berdiri di barisan paling depan menyunggingkan seulas senyum mendengar Paman Tong memperkenalkan diri.

"Pertama-tama, selamat datang semuanya di desa hijau kami. Jika kalian memiliki barang-barang berwarna hijau di tas kalian, silakan serahkan ke Paman." Rombongan mulai saling menunjuk dan menuduh. "Saya hanya bercanda. 'Hijau' di sini maksud saya, kami adalah komunitas tanpa sampah. Dalam perjalanan 2 hari ini, saya berharap kalian semua sebagai relawan kamp dapat belajar cara yang benar untuk mengurangi sampah." Paman Tong menggerakkan kedua tangannya ke arah anak laki-kali di sampingnya. "Dan ini asisten saya dan keponakan saya, Junior."

Suara tepuk tangan dari rombongan mulai bergemuruh. Paman Tong kemudian meraih bahu Junior dan memindahkan keponakannya itu untuk berdiri di depannya.

"Sekarang, beri kakak-kakak itu name tag-nya." Junor menuruti perintah Pamannya dan segera membagikan name tag kepada rombongan. Sebagian berwarna hijau, dan sebagian lain berwarna merah. "Kalian akan dikelompokkan berdasarkan warna tag nama kalian. Kita akan mulai dengan aktivitas pertama. Sekali lagi, ini adalah kamp tanpa sampah. Jika kalian membawa bunguksan makanan ringan atau botol plastik, silakan buang ke tempat sampah di sini. Silakan. Jika kalian sudah siap, mari ikuti saya."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang