"Cuma teman, bu."

"Teman? Kamu menjawabnya seperti seorang bintang di TV." Sang Ayah menyahut. "Kamu seorang mahasiswa tahun kedua sekarang. Kami tidak keberatan jika kamu berkencan. Saat Ayah masih di tahun kedua, Ayah mengirimi Ibumu pesan-pesan genit sepanjang malam."

Pran tak bisa berhenti senyum mendengar cerita Ayahnya.

"Hentikan itu," sang Ibu mulai malu-malu.

"Ya, itu benar." Kata Ayah Pran bersemangat.

"Terus, itu kamu lagi chatting dengan teman fakultasmu? Apakah itu seseorang yang Ibu kenal?"

"Kami benar-benar cuma berteman." Pran mulai terkekeh.

"Cuma teman?" Ayahnya mulai menggoda.

"Iya..." Pran mulai tersipu.

"Terus kenapa kamu memerah?" Ayah Pran terus menggoda putranya.

"Tidak memerah, Ayah. Kami benar-benar cuma berteman. Tidak ada apa-apa."

"Kami tidak seperti orang tua di drama TV. Kami tidak perlu memeriksa siapa yang kamu kencani, nak. Kencan saja dengan siapapun yang kamu mau. Ibu serius. Kita sudah memasuki era baru, benar kan Ayah?"

"Bu, tunggu sebentar. Bagaimana jika putra kita membawa seorang pria pulang?"

"Ya, terus kenapa Ayah? Itu pacarnya, bukan pacar kita. Jika kamu senang bersama orang itu, silakan saja, nak. Ibu serius."

Pran tak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia tak menyangka akan mendengar ini dari orang tuanya.

"Tapi Ibu hanya punya satu permintaan." Ternyata Ibunya belum selesai bicara. "Tolong jangan sama anak tetangga."

Senyum Pran sirna seketika. Sandungan inilah yang selalu ia takutkan jika terus berhubungan dengan Pat. Orang tua mereka saling membenci. Bagaimana bisa ia menjalani hubungan yang sudah pasti akan berakhir?

"Makan yang banyak, nak." Pran hanya mengangguk mendengar kata-kata Ibunya.

***

"Saya mau kalian lebih fokus lagi. Saya melihat banyak dari kalian meninggalkan kertas kalian di meja setelah kelas selesai."

Drrrrt. Drrrrt. Ponsel Pran bergetar di tengah-tengah Dosen menjelaskan saat mata kuliah umum.

Pat : Apakah aku imut?

Pat mengirimkan foto dirinya yang penuh dengan sticker hati. Pran melirik pemuda yang duduk di barisan sebelah sedang menyunggingkan senyum miringnya. Ia lalu membalas dengan sticker muntah. Pran baru saja akan melanjutkan menyimak pelajaran ketika ponselnya bergetar lagi.

Pat : Yah, baiklah. Siapa yang bisa lebih imut dari orang ini?

Pran melihat ke arah Pat lagi, pemuda itu kemudian meunjuk dengan matanya ke arah screen projektor di depan kelas.

"Wuihhh.."

Seisi kelas mulai riuh melihat foto yang terpampang di layar projektor. Itu adalah foto dirinya! Pran sedang tersenyum menunjukkan lesung pipinya.

"Foto siapa ini?" Bu Dosen menunjuk foto dengan caption 'Lesung pipi yang imut'. "Siapa pria 'lesung pipi imut' ini?"

Pran sangat ingin menyembunyikan dirinya, tapi postur tubuhnya terlalu besar untuk tenggelam di bawah meja. Pat mulai tergelak di tempat duduknya. Sementara Pran mau tak mau mulai mengangkat tangannya ke udara.

"Kamu?" Bu Dosen melihat ke arah Pran.

"Khrap." Pran hanya bisa mengangguk.

"Lesung pipi yang imut? Mana? Coba tunjukkan senyummu, lesung pipi."

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Место, где живут истории. Откройте их для себя