20. HUKUMAN

19.6K 1.7K 13
                                    

𝚁𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒

Happy Reading

_𝓩𝔂𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓣𝓻𝓪𝓷𝓼𝓶𝓲𝓰𝓻𝓪𝓽𝓲𝓸𝓷_

Deg!

Seketika tubuh semua orang kecuali Zy, menegang. Bahkan darahnya kembali keluar karna perbannya dibuka. Ada luka robek yang cukup dalam, bahkan beberapa tulang terlihat. Membuat siapa saja meringis melihatnya, membayangkan betapa sakitnya luka itu.

"A--apa ini sakit baby?" Barra menatap Zy, sorot mata yang terlihat kesakitan. Padahal disini Zy yang terluka.

Jelas saja, luka parah yang pernah di alami Zy hanya sekali seumur hidup yaitu saat jatuh dari tangga dan sekarang mereka melihat luka begitu parah di punggung tangan mungil itu. Padahal, dulu saat jatuh dan lutut Zy tergores saja, gadis itu menangis tersedu-sedu. Bagaimana dengan ini? Pasti sangat menyakitkan.

Mereka hanya tidak tahu bahwa bagi seorang Ze, itu hanyalah luka kecil. Goresan, bahkan peluru saja sudah menggores jantungnya dan ia malah tersenyum. Apalagi luka sekecil ini? Mungkin ia masih bisa tertawa kencang. Karna baginya rasa sakit yang sangat dalam hanya ada di hatinya yang sudah seperti kaca pecah, bahkan mungkin hancur.

Zy menggeleng seraya tersenyum lebar saat mendapat pertanyaan dari Barra. Sungguh Zy merasa bersalah karena telah membuat semua orang khawatir.

"It's okey, abang. Zy bener-bener gak papa. Besok juga palingan udah sembuh. So, there's no need to worry to much just for minor injuries. Okey?" Ucap Zy diakhiri dengan senyuman manisnya.

"Nope. Ini parah sayang. Bahkan ini harus dijahit, kalau enggak lukanya bakal lama sembuhnya." Ucap Barra yang masih Setia meletakkan telapak tangan Zy di atas telapak tangannya.

"Yaudah, tinggal jait aja biar lukanya cepet sembuh terus kalian gak khawatir lagi sama Zy." Sahut Zy dengan enteng.

Namun berbeda dengan semua orang yang mendengar nya. Mereka tak percaya Zy bisa mengatakan itu dengan begitu mudah, padahal mereka semua tahu kalau gadis itu sangat takut dengan yang barbau seperti jarum.

"Kenapa? Kok pada diem?" Zy yang merasa perubahan sikap semua orang yang terlihat terkejut pun langsung bersuara untuk memecahkan keheningan.

"Zy? Kamu gak takut di ncus?" Tanya Deka dengan nada polosnya. Zy yang mendengar nya pun lantas terkekeh.

"Takut? Jarumnya aja kecil, apa yang harus di takutin? Kecuali pake jarum karung, nah baru Zy takut. Bukannya rapet, malah tambah lebar yang ada." Jawab Zy seraya terkekeh dan membuat semua orang menganga tak percaya.

"Jadi? Mau di jait, apa di diemin kaya gini aja?" Lanjut Zy sembari mengangkat tangan kananya.

"Y--yaudah, kita ke ruang rawat sekarang." Sahut Barra gagap karena masih tidak percaya adiknya itu tidak takut lagi dengan jarum suntik.

Ruang rawat yang dimaksud Barra adalah ruang rawat yang ada di dalam Mansion, yang dulu ditempati Zy saat dirinya koma.

"Enggak. Zy gak mau ke ruang rawat. Bau obat disana abang. Bisa disini aja kan? Zy juga masih laper, perutnya masih kruyuk-kruyuk." Zy mengerutkan bibirnya sembari memegang perutnya yang masih terasa lapar, karna tadi ia baru makan beberapa suap saja.

Makan di ruang rawat? Oh tidak, meski ruang itu berada di dalam Mansion, tetap saja yang namanya ruang rawat pasti berbau obat-obatan.

Barra menghembuskan nafas berat. Sebenarnya jika Zy berada diruang rawat bisa lebih menjamin, karena peralatannya tersedia semua disana. Tapi ia juga tidak bisa memaksa adik kesayangannya itu.

ZYANYA TRANSMIGRATION (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang