[30] Miles Apart

1.6K 195 58
                                    




Megan itu....

"She's cold as ice. But if she's in the right hands, she melts."



Eaaak :v
Cuma di dunia oren ada cewek kayak Megan ya gak sih. Haha. Gak lah. Gak.

Makasih vote dan komennya 🙂

*****


Bisa dikatakan minggu ini adalah moment di mana Megan tidak sesuram biasanya. Megan tampak cerah, tidak redup dan kelam. Oh bukan karena Megan telah tobat menjadi gadis cemerlang atau mendapat hidayah tertentu atau mendadak penuh bunga-bunga karena sudah tidak salah paham lagi dengan tetangga, tapi lebih karena manusia-manusia di sekitar Megan sedang sangat suram. Ibarat warna, abu-abu tampak bersih kalau disandingkan dengan hitam.

Milo sudah tidak pakai kursi roda, ia pakai tongkat yang menurutnya lebih praktis, kalau ada yang menghalangi jalannya -contohnya Mario ketika di anak tangga- Milo bisa langsung menerjang si bungsu dengan salah satu tongkatnya. Karena sulitnya mobilitas dan masih butuh bantuan untuk hal tertentu -terutama urusan kamar mandi- membuat Milo jadi gampang naik darah. Cowok itu uring-uringan bahkan perkara hal sepele.

Megan memperhatikan perubahan sikapnya. Adiknya jadi gampang marah, padahal Milo punya kepribadian teramat manis padanya. Tapi jangankan mau bermanis-manis, menegur Megan saja tidak.

"Masih marah ya sama gue?" tegur Megan ketika melewati ruang tengah.

Milo tidak merespon. Buku di tangannya menjadi alasan masuk akal untuk mengabaikan Megan. Agak kesal karena sejak tiga hari lalu Milo dingin padanya, Megan pun nekat merampas buku pelajaran yang sedang dibaca Milo.

"Hei?! Mi Kuah!"

Berhasil. Milo merespon. Megan mendekat dan berjongkok di depan sofa tersebut. Mendongak dan berkata,

"Gue perlu berapa kali minta maaf?"

"Gue gak marah."

Megan menampik pernyataan itu. "Bohong."

"Gue gak marah, Kak." Milo mengulangi kata-katanya.

"Kenapa gue diperlakukan kayak Mi basi kalau gitu?" tanya Megan.

Milo menghela napas. Berpikir bagaimana caranya supaya bisa menyampaikan pemikirannya dengan tepat?

"Bukannya kita pernah sepakat yang basi itu si Mozzarela?" sarkas Milo.

"Ha ha ha, terus lo badmood kenapa? Kaki lo udah mulai membaik, nanti gue temenin sampai lo bisa lari," janji Megan. "Ok?"

"Gak oke sampai lo jawab pertanyaan gue."

Mata Megan menyipit sedetik. "Pake syarat nih? Apaan?"

"Lo ngapain masuk gedung itu pake baju tanpa... tanpa daleman."

Pernyataan yang diucapkan dengan suara pelan dan nada kikuk itu langsung membuat Megan membulatkan mata.

"Lo perhatian ya," guman Megan. Kemudian ia tersenyum. Hatinya menghangat. "Selain property maker, sesekali gue jadi talent. Kebetulan itu produk punya Tante Wela, editor Visual sendiri. Terusan yang aman dipakai tanpa bra. Emang konsepnya summer gitu, tapi yang bisa pakai itu, badannya kudu secungkring gue. Karena image-nya fun, cool, skinny, glamour dan comfortable dalam satu waktu, sekaligus free-bra. Lo gak paham mungkin, tapi no-bra itu salah satu bentuk ternyaman buat kaum hawa, yang sayangnya cuma bisa dilakukan pas kami di rumah, di kamar dan ketika tidur. Apa penjelasan gue cukup?"

My Not So Perfect Crushحيث تعيش القصص. اكتشف الآن