[18] Permintaan Miura

1.8K 242 120
                                    




Untuk perhatian,
Cerita ini hanya fiksi belaka. Murni hasil dari lamunan jangka panjang penulis. Sungguh hanya imajinasi. Harap bijak dan maklumi cerita absurd ini. Jika kelak terdapat kesamaan nama, tempat dan situasi, lapang dada-lah menerima. Barangkali memang bagian-bagian tertentu sengaja dibuat sama dengan realita 😁

Segera lapor kalau ada yang mem-plagiat cerita saya ya. Semoga gak ada. Kalau sampai ada, saya merajuk dan bakalan raib dari peredaran (setelah puas menghancurkan si plagiat tentunya)

Jangan pernah lupa pada bintang, tekan sekarang. Terima kasih sudah vote dan komen (つ ⌯˃̶᷄ᴗ˂̶᷄⌯)つ♡


 Terima kasih sudah vote dan komen (つ ⌯˃̶᷄ᴗ˂̶᷄⌯)つ♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


▐░░░░░░░░░░░░░░░░▌




"Hujannya deras!" keluh Sukma.

"Yaudah biarin. Kita rebahan aja," ajak Megan. Dirinya sudah lebih dulu berbaring dan membungkus diri dengan selimut.

"Kayak gini ya hidup yang lo inginkan??" Mendadak Sukma mengajaknya membahas perkara hidup. Padahal puluhan kali sebelumnya sudah sering mereka bahas dari a sampai z perihal hidup mereka yang –asyiknya— sama-sama sial.

"Mungkin emang ini takdir gue, Suk. Jadi lebih baik gue jalani." Megan sedang dalam good mood dan malah bangga. "Gue keren 'kan?"

"Bagian mananya???" Sukma bertanya balik.

"Semuanya lah. Lo iri gak sama gue, Suk?"

"Enggak pernah," jawab Sukma.

"Kalau dulu gak. Kalau sekarang iri gak?"

Sukma menatapnya kesal. Maksa banget sih nih anak.

"Bayangin aja, Suk. Lo butuh 24 hari kerja, delapan jam sehari –sepuluh jam, kalau diitung sama macet, untuk dapetin gaji lo yang UMR lewat dikit dan bonus insentif per tiga bulan kalau berhasil target, itupun gak juga menambah digit. Sementara gue, cuma butuh lima sampai enam jam kerja, di hari-hari tertentu aja tapi bayarannya langsung segede setan. Yaah walaupun penghasilan gue gak tetap sih. Tapi sekali dapet lumayan dan porsi kerja sama bayaran sesuai. Gue gak perlu kerja rodi sama orang kayak lo. Keren kan gue?? Ayolah Suk, sebagai sahabat lo kudu bangga dan iri sama gue, ya?"

"Lo lebih cerewet sekarang. Nyebelin sumpah!" gerutu Sukma. "Lebih keren yang dulu! Yang diem, anteng, gak bisa menyombong dan gue sayang."

"Oke gue diem. Tetap sayang gue ya, Suk," pinta Megan seraya memejamkan mata.

"Emang lo mau tidur! Dasar putri malas!" cibir Sukma.

Bibir Megan melengkung menahan seringai geli. "Kalau Kak Raga udah dateng, bangunin ya."

"Tuh kan. Udah berani merintah-merintah gue ya sekarang."

Dengan mata tertutup, Megan menyahuti omongan Sukma. "Dari dulu sebenarnya berani, cuma gue males aja."

My Not So Perfect CrushWhere stories live. Discover now