Alma menepuk pundak Tisha dua kali. Tisha mengangguk, mengembangkan senyum senang mendapat saran yang bagus. Perempuan manis itu lantas berterima kasih kepada mertuanya.

Untungnya semenjak Tara menikah dengan Zulfan, dirinya sering diajak pergi ke mall meski hanya beberapa bulan sekali. Setidaknya itu bisa menolong Tisha dari ketidaktahuan.

Gak lucu, kan, kalau Alif lebih menguasai isi mall daripada mamanya sendiri. Sehingga dari sini Tisha bisa mendapatkan kesimpulan bahwa menjadi istri dari lelaki yang cukup berada, harus belajar bagaimana gaya hidupnya.

Jika begini caranya, Tisha tak akan kuat melihat bagaimana uang dihamburkan untuk hal yang kurang bermanfaat. Atau membeli barang mewah hanya untuk memuaskan diri. Konyol.

Selepas itu, Alma pamit pergi karena ada keperluan yang harus segera diurus. Tisha mempersilakan dengan ramah.

Perempuan itu terus menatap punggung Almaira Mahika yang mulai menjauh dan akhirnya menghilang masuk ke ruangan khusus pemilik Fathir Bakery. Baru ia menarik napas panjang sambil memijat kepalanya yang langsung nyut-nyutan.

Tisha merogoh ponsel dari saku gamisnya. Mengotak-atiknya sebentar guna mengirim pesan kepada seseorang.

Pak Syam

Assalamualaikum, Pak. Hari ini nanti saya mau pergi ke mall bareng Alif buat belanja bulanan. Boleh?


Meskipun Tisha terkesan belum menerima kehadiran Syam di dalam hidupnya, tapi perempuan itu tidak lupa bagaimana harusnya tugas seorang istri kepada suaminya. Termasuk meminta izin untuk pergi kemanapun itu.

Tidak lama kemudian, Tisha mendapatkan balasan dari pesannya.

Pak Syam
Iya, boleh. Nanti pulangnya saya jemput.

Tisha tak sadar sudut bibirnya saling tertarik membaca pesan itu. Bukan apa-apa, ia hanya senang hari ini ia akan pergi bermain bersama Alif.

Namun, baru saja Tisha hendak mematikan ponselnya, ada satu pesan masuk dari pengirim yang sama.

Pak Syam
Mulai hari ini panggil saya Mas, jangan Bapak, ya. Do you understand, My Queen?

Dan satu lagi.

I love you My Queen.
Kalau bilangnya nanti takut diamuk, jadi sekarang aja.

Tisha langsung mematikan ponselnya dan memasukkan benda persegi itu ke dalam saku. Ia sama sekali tak berniat membalas pesan Syam. Tisha refleks memeluk dirinya sendiri karena seluruh badannya tiba-tiba merinding.

***

"Alif masih mau beli sesuatu gak? Atau kita langsung pulang?" tanya Tisha memandangi balita yang sedang menjilat es krim dengan wajah lesu. Mereka berdua saat ini sedang duduk di food court yang ada di mall besar tersebut.

Alif menggeleng. Muka balita itu nampak sangat lelah. "Mau pulang aja, Ma."

"Alif ngantuk, ya?" Tisha menebak cukup yakin. Alif mengangguk pelan membuat Tisha mengukir senyumnya.

Perempuan itu mengecek ponselnya sejenak. Membaca chat dari Syam yang mengatakan bahwa lelaki itu telah sampai di parkiran.

Tisha menjawab jika sebentar lagi mereka selesai. Setelah menyimpan ponsel ke saku, ia melihat Alif telah menghabiskan es krimnya. Tisha segera menyuruh Alif membersihkan mulutnya lalu minum air putih yang banyak.

HISYAMWhere stories live. Discover now