extra 3

82 5 0
                                    

Seperti pada hari biasanya Bandara selalu ramai dikunjungi banyak orang padahal bukan tempat wisata. Dibarisan kursi tunggu sudah diisi penuh oleh anak geng montor yang sekarang diketuai oleh Aska.

Semuanya terlihat lelah menunggu orang yang hari ini ada jadwal penerbangan. Tapi masih ada waktu satu jam padahal mereka datang lebih satu jam lalu. Memang terlalu semangat. "Kak Xalva mana sih kok lama banget? Jangan jangan masih ngebo?" Ucap Agros mendengus lelah.

"Mungkin. Mana hpnya dimatiin jadi ngak bisa tahu dia sekarang dimana," sahut Aska tetap stay cool, ya sejak diangkat sebagai ketua lagaknya malah dipaksa sok cool.

"Ngak usah sok cool lo cupang! Muka kek selakangan panci aja dipaksa kek gitu!" Umpat Celio menatap tidak suka lawan bicaranya.

"Heh! Ngak sopan lo sama ketua, mau gue suruh para anak buat ngeroyok lo?!" Kesal Aska menunjukan ujung kursi dari kanan ke kiri.

"Wah ngancem lo? Gue wadulin ke Xalva biar jabatan dicabut baru tahu rasa lo!"

"Eh jangan dong kan cuma bercanda, sensi amat hidup lo."

"Stay cool itu kayak gue nih," ucap bangga Bastien memberikam senyum mengejek pada kedua orang yang baru saja selesai berdebat.

"Mata mu stay cool. Badan kek lidi mau patah kayak gitu," ejek Celio menatap sinis Bastien yang mendesis.

"Bener malah lebih parah daripada gue tadi," imbuh Aska.

"Diem! Gue sleding juga lo bertiga!" Gertak Agros si wakil ketua itu memijit pelipisnya yang terasa pusing mendengar adu cek cok sedari tadi.

"Agros kayak mas Auz ya, diem diem sadis. Eh iya mas Auz mau lanjut kuliah ke Jerman ya? Kapan berangkatnya?" Tanya Celio menatap Auzora yang baru saja memarahi Cempaka karena mendumel terus.

"Nunggu surat penting selesai," jawab Auzora dengan singkat.

Celio mengangguk mendengarnya. Ia paham maksud surat penting itu seperti kartu keluarga dan kartu tanda penduduk.  Yang semula berstatus belum kawin menjadi kawin.

"Buatnya ngak lama kan? Paling semingguan atau sebulan paling lama. Kalau gue sih mau ke Austali buat ngambil jurusan masak masak," ucap Celio membuat Aska tersenyum sambil mengucapkan syukur.

Celio itu suka banget sama tempat yang bernama dapur. Walaupun kesehariannya hampir di base camp, ia selalu menyempatkan diri untuk ke dapur. Bahkan tidak jarang ia membawa hasil kreasinya ke base camp untuk mendapat nilai.

Celio juga berkeinginan setelah sekolah di negri kangguru, ia bisa mengikuti kontes master chef Indonesia. Ada sisi keuntungan jika memiliki pasangan seperti Celio yaitu istri tidak dituntut harus bisa masak.

"Ngapain lo!?"

"Bersyukur akhirnya penganggu hidup gue bisa ilang." Jawab Aska tidak tahu malu.

"Dih lo yang suka ganggu gue bukan gue yang ganggu lo! Dasar ti-"

"DIAM! Kak plis jangan ladein dia atau kalian akan terus beradu cek cok!" Kesal Agros setelah memotong ucapan Celio.

Sementara Xalva masih bergulung dibawah selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya. Rasa nyaman membuatnya semakin mengeratkan selimut itu hingga tiga detik selanjutnya mata itu terbuka dengan sempurna. "Mampus jam berapa ini?" Gumannya berusaha melepaskan diri dari selimut.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7.15 sedangkan take off jam 8.00. Masa bodo dengan keadaan yang kacau itu. Rambut acak acak, sisa air liur dan belek masih menempel disisi matanya tidak diperdulikan. Ia langsung menyeret kopernya dan turun ke lantai dasar.

"Eh non? Mau bapak susul ke atas non udah dibawah. Non ngak mandi?" Tanya pak supir sambil meletakkan kopee dijok belakang.

"Ngak keburu pak. Ayo pak kita ngebut, pasti teman teman saya sudah nunggu lama." Pak supir mengangguk menuruti permintaan anak majikannya ini.

My Boyfriend Cute [Tamat]Where stories live. Discover now