MBC 28

62 5 0
                                    

Kamar yang jauh dari kata rapi sejak ketiga sahabat dari pemilik kamar datang. Satu satunya yang tetap tenang adalah Alvarendra, menatap ketiga temannya sibuk menggosok rambut basah tertelah berenang cukup lama.

Semua ini karena Aroi lebih segit dalam menghindari tangkapan antara Zale dan Handika. Hingga mereka kewalahan kemudian naik tanpa Aroi. Sedangkan Aroi naik dua jam selanjutnya.

Memang powernya sangat tinggi maka bisa dilihat jika Aroi marah. Entah siapa pelaku yang membuatnya marah.

"Sumpah capek banget kaki sama tangan gue. Baru kali ini gue berenang lebih dari tiga jam nonstop cuma gara gara nangkep tuh bocah tengil," keluh Handika membanting tubuhnya ke ranjang sisi kiri karena sisi kanan telah diisi Alvarendra.

"Tapi masih ngak ketangkep tuh bocah." Ledek Alvarendra membiarkan Handika merengut kesal.

Ceklek

Zale membuka pintu dengan kesusahan dengan nampan makanan hangat ditangannya. Makanan yang dipesan lewat online, mereka tidak tega jika harus membangunkan pembantu.

"Wih makasih Zal, baik banget lo ngambilin kita," ucap Handika beranjak mendekati Zale yang duduk disofa meletakkan nampan di meja depannya.

"Hm. Berikan ini dulu sama dia," titah Zale memberikan dua mangkuk pada Handika yang menurut saja sambil menyodorkannya ke Alvarendra.

"Thanks."

Mereka melahap dengan khimat hingga Aroi keluar dari kamar mandi hanya menggunakan boxer saja. Apa tidak dingin? Padahal yang paling lama berenang dia, sedangkan Handika saja sudah gemeteran mangkanya Alvarendra memesan makanan.

"Makan Oi. Kasian tubuh lo butuh yang anget anget," ucap Handika telah menelan makanannya. Tidak menjawab namun kakinya mendekati untuk mengambil dan makan, tentunya.

Setelah beberapa menit makanan sudah ada diperut mereka. Tersisa mangkok kotor. "Lo bawa kebelakang, gue tadi udah ngambil sekarang lo yang balikin," titah Zale meletakkan mangkuk bekas di nampan.

"Oke." Handika pergi membawa nampan itu dengan tenang. Sebenarnya malas hanya saja tahu siapa yang menyuruhnya.

"Lo kenapa sih malam malam renang? Ada masalah itu jangan sampe renang kelamaan," omel Zale. Membuat mata Aroi berkaca kaca.

"Loh? Kok nangis? Lo kenapa sih? Kok jadi kek cewek nangis?" Tanya bingung Zale menarik perhatian Alvarendra yang sejak tadi bermain ponsel.

"Huaaa cinta pertama gue gagal!!!" Teriak Aroi mengangkat kakinya lalu memeluk dan menenggelamkan wajahnya dengan tangisan yang semakin keras.

Untung kamar dekap suara.

Kata orang kalau cowok nangis karena cewek biasanya cowoknya bener bener sayang. Jadi bisa disimpulkan cowok juga lemah.

"Maksud lo?" Tanya Alvarendra mendekat lalu memiringkan kepalanya melihat Aroi yang menangis tersedu sedu.

"Di-dia mau nikah besok! Kenapa cinta pertama gue ngak sempurna! Kenapa dia tega ninggalin gue! Mama!!" Jelas Aroi berguling guling layaknya cewek sedang sakit hati.

Temannya memandangnya kasian+jijay. "Siapa yang nikah? Kasian banget hidup lo, baru kenal cinta tapi bertepuk sebelah tangan." Ejek Alvarendra mendapat plototan dari Zale.

"Cempaka nikah? Sama siapa?" Tanya Zale tenang membuat Alvarendra menyergit heran.

"Cempaka siapa? Cempaka teman sekelas kita?" Tanya Alvarendra yang diangguki oleh Zale.

"WHAT!! DIA NIKAH NGAK KABARIN GUE! WAH PARAH DIA! eh btw jodoh dia cepet juga ya?" Ucap Alvarendra setelah berteriak kekangetan.

"Huaaa cinta pertama gue ngak sempurna mama!" Pekik Aroi, lagi.

My Boyfriend Cute [Tamat]Where stories live. Discover now