EP.1 | Part 1

4.9K 164 13
                                    

Wai berlari terengah-engah mengitari jalanan sepi di area belakang kampus. Tak jauh di belakang, empat orang pemuda tampak berlari kencang mengejarnya. Nafasnya yang tersengal terdengar semakin tak beraturan saat ia menghadapi langkah buntu. Tepat di hadapannya, berdiri gagah seorang pemuda bermata garang mengenakan almamater biru tua. Seragam kebanggaan Fakultas Teknik. Ia menghadang jalan yang seharusnya bisa Wai lewati, didampingi dua orang pengikutnya.

"Ayo bertinju dengan adil kalau berani," tantang Wai dengan dada naik turun antara emosi dan kelelahan berlari.

"Benar-benar kalimat yang klasik." Salah satu di antara empat pemuda yang tadi mengejarnya menimpali dari belakang dengan tawa mengejek. "Tidak, kami tidak akan menyakitimu. Tapi, temanku mungkin." Katanya melempar pandang pada sosok pemuda gagah di hadapan Wai. "Ketika dia marah, dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Kami di sini sebenarnya untuk menghentikannya. Oh, kau harus tahu. Aku sedang membantumu." Kicauan menyebalkan dari mulut Korn disambut tawa oleh tiga kawanannya.

"Omong kosong!" Wai muak merasa dipermainkan. "Aku akan kalah jumlah ketika aku lengah." Protesnya yang tak ingin dikeroyok.

"Begini saja. Kuberi kau waktu dua menit. Panggil teman-temanmu ke sini. Aku akan menunggu." Pemuda gagah bermata galak itu akhirnya bicara.

***

Seorang pemuda lain sedang duduk merapikan pensil warna dari empat kotak persegi panjang di atas meja. Ia tampak sangat serius. Aksinya didukung oleh latar musik opera yang terdengar dari kedua earphone yang menancap di telinga kanan dan kirinya. Membuatnya tak begitu bisa mendengar panggilan temannya yang berlari terengah-engah ke arahnya.

"Pran!" Teriak Safe menyenggol lengan pemuda itu hingga menjatuhkan beberapa pensil warna dari tangannya. "Kita dapat masalah. Louis sedang menuju ke sana sekarang."

"Bukannya dia memang selalu membuat dirinya sendiri berkelahi setiap hari?" Tanya Pran dengan santai.

"Tapi Wai dipukuli." Timpal Safe berusaha meyakinkan. "Ayolah!"

"Ayo." Kata Pran pada akhirnya. Namun alih-alih sigap bergegas, Pran justru melepaskan earphone dari telinganya dengan perlahan, lalu mengembalikan ke tempatnya. Tak hanya itu, ia juga merapikan pensil warna kembali ke tempatnya sesuai dengan susunan warnanya dengan sangat teratur. Aksinya ini sontak membuat Safe meremas rambut di kepalanya dengan geram dan mengumpat.

"Sialan, Pran!" Safe tak sabar.

***

Di belakang kampus, Wai yang telah mendapatkan bantuan oleh Louis dan beberapa teman Arsitektur lain sedang baku hantam dengan kelompok geng Teknik yang sedari tadi memburunya. Wai berhadapan dengan Korn, pemuda dengan rambut setengah dikuncir yang pantang menyerah. Wai memukul, Korn balas memukul, dan begitu seterusnya.

Di sisi lain, pemuda gagah yang merupakan ketua geng Teknik sedang menghabisi tiga orang lawan sekaligus. Wai yang akhirnya berhasil mengalahkan Korn kini menuju ke arah ketua geng tersebut. Dengan sekuat tenaga Wai menerjang perut pemuda itu hingga jatuh terjengkang. Dikuasai oleh amarah yang membuncah, pemuda itu bangkit dengan marah. Pukulan Wai yang berikutnya meleset. Pemuda itu menghantam Wai dengan kepalanya, tubuh Wai terhuyung ke belakang.

Pemuda itu mengepalkan tangannya, kakinya membuat ancang-ancang untuk berlari, siap menghantam lawan dengan kekuatan penuh. Namun belum sampai kakinya mendarat ke perut Wai yang tergeletak di tanah, sebuah tendangan besar menghantam dadanya lebih dulu. Pemuda gagah itu jatuh dan terhuyung lagi. Kali ini perutnya terasa benar-benar sakit. Ia semakin marah. Siapa orang yang berani-berani melayangkan tendangan kepadanya tadi? Pemuda gagah itu segera bangkit dan berdiri tepat di hadapan pemuda yang tadi menendangnya. Matanya terbelalak mendapati siapa sosok yang berdiri di sana.

BAD BUDDY SERIES (Hanya Teman)Where stories live. Discover now