30. ... marry me

132 26 31
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

"Amy, maukah kau menikah denganku?"

Ucapan Alex yang secara tiba-tiba itu langsung membuat Amy berpaling dan menatap Alex yang dari tadi memang sedang memandang ke arahnya.

Jantung Amy berdegup dengan sangat kencang. Apa ia baru saja salah dengar? Apa ia sedang bermimpi? Tapi, mengapa suara Alex terdengar begitu nyata?

"Apa Alex? Kau bilang apa?" tanya Amy meyakinkan. Alex tersenyum padanya. Ia tahu Amy sedang tidak berkonsentrasi. Alex meraih tangan Amy lalu menciumnya.

"Aku bilang, MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU?" Alex meninggikan nada suaranya. Ia tersenyum, menunggu jawaban Amy.

Alex mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak cincin. Saat Alex membukanya, tampak sebuah cincin emas bertahta berlian yang sangat indah. Alex mengambil cincin itu dan kembali meraih tangan Amy.

Tapi, Alex hampir saja putus asa melihat Amy hanya terdiam seribu bahasa. Gadis itu hanya memandangi Alex tanpa ekspresi sama sekali. Alex berpikir kalau dirinya memang tidak akan pernah bisa menikahi Amy, selamanya.

"Kalau kau tidak menerimaku tidak apa-apa, Amy. Aku terima apa pun jawabanmu." Alex berusaha menutupi kekecewaannya. Ia bersiap jika Amy akan memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan harapannya.

Namun, tiba-tiba saja Amy tersenyum. Ia menggenggam tangan Alex lalu membawanya ke arah bibirnya, mencium kedua tangan Alex dengan sangat lembut. Jantung Alex bergemuruh dengan sangat hebat di dalam sana.

Amy menelan ludahnya dan dengan suara yang sedikit bergetar ia menjawab, "Ya, Alex. Aku mau menikah denganmu."

Hati Alex mencelos mendengar jawaban Amy. Ia merasa ingin melompat karena bahagia. Ia tertawa tidak percaya. Penantiannya selama bertahun-tahun terbayar tuntas hari ini. Akhirnya ia akan menikahi Amy. Gadis pujaannya sejak kecil.

"Apa aku sedang bermimpi? Kau serius, Amy?" Alex tertawa sambil terus menatap Amy. Senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya. Alex meraih kedua tangan Amy dan ditangkupkan ke pipinya sendiri.

"Ya, Alex. Aku serius." Amy tersenyum. Alex memeluknya dengan sangat erat. Amy bisa merasakan kebahagiaan yang Alex rasakan saat ini.

Alex melepas pelukannya lalu menatap Amy. Ia masih tidak percaya Amy menerima lamarannya. Alex mencium pipi Amy dengan sangat erat. Mereka berdua tersenyum.

Tiba-tiba saja Amy juga merasakan kebahagiaan di dalam hatinya. Rasa hampa yang belakangan menyelimuti hatinya menghilang. Perasaan galau yang tidak Amy mengerti itu seperti mendapat penawarnya. Ternyata jauh di lubuk hatinya, Amy merindukan Alex. Merindukan kehadirannya, perhatiannya. Dan hari ini, awan hitam yang menyelimuti hari-harinya seperti menghilang dan berganti dengan langit biru di musim panas.

"Baiklah, aku akan memakaikan cincin ini di jarimu." Alex berniat memakaikan cincin pemberiannya di jari manis tangan kiri Amy tapi, cincin pemberian Oliver masih berada di sana.

Amy yang sadar bahwa Alex merasa bingung, melepas cincin pemberian Oliver.

"Aku akan memakai cincin ini sebagai bandul kalungku saja nanti. Kalau kau tidak keberatan, Alex," ucap Amy ragu. Ia menggenggam cincin pemberian Oliver di tangannya.

Alex tersenyum dengan lembut.

"Tentu saja tidak, Amy."

Alex mulai memakaikan cincinnya di jari manis tangan kiri Amy. Alex memandangi cincin itu di jari Amy. Tampak sangat pas dan indah.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Where stories live. Discover now