25. nightmare

131 28 29
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Beberapa hari kemudian ...

Amy membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat pusing. Ia merasa bingung di mana ia sekarang. Ruangan itu berwarna putih dan sangat sunyi. Amy dapat merasakan tubuhnya sedang berbaring di atas sebuah ranjang yang terbuat dari besi. Ada sebuah alat bantu pernapasan di hidungnya dan suntikan cairan infus di tangannya.

Amy memegangi kepalanya, berusaha untuk bangkit tapi tubuhnya masih sangat lemah. Tiba-tiba datang seseorang menghampirinya.

"Amy, kau sudah sadar?" Amy mengenali suara itu, itu adalah suara Alex. Wajah lelaki itu tampak sangat lega. Ia menggenggam tangan Amy.

"Di mana aku, Alex?" ucap Amy lemah, ia memperhatikan sekeliling ruangan.

"Kau di rumah sakit, Amy. Kau tidak sadarkan diri selama beberapa hari."

Amy berusaha mengingat kembali apa yang terjadi padanya. Ia ingat kejadian malam itu saat ia dan Oliver mengalami kecelakaan hingga Cadillac Oliver terperosok masuk ke dalam sungai.

"Oliver? Di mana dia sekarang, Alex? Apa dia baik-baik saja?" Amy berusaha bangkit lagi tapi tidak berhasil. Kepalanya terasa sangat pusing.

Raut wajah Alex berubah seketika. Ia tampak sedih sambil memegangi tangan Amy.

"Aku turut menyesal, Amy. Tapi, Oliver tidak berhasil diselamatkan."

Amy terdiam. Ia berpikir apakah telinganya salah mendengar ucapan Alex barusan. Tapi mengapa ucapannya terdengar sangat jelas dan begitu menyakitkan? Tanpa terasa air mata Amy mengalir begitu saja di sudut matanya. Ucapan Alex barusan seperti ucapan paling menyedihkan yang pernah Amy dengar dalam hidupnya. Oliver tidak mungkin pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Olivernya tidak akan pernah melakukan itu.

"Kau berbohong, Alex. Kau sedang membohongiku, kan? Aku harus bertemu dengan Oliver. Ia pasti sangat mengkhawatirkanku sekarang."

Amy berusaha bangkit lagi. Gadis itu berusaha melepas alat bantu pernapasannya. Alex yang tampak kewalahan berlari keluar untuk meminta bantuan. Tak berapa lama Alex kembali bersama Melanie, Josh dan dua orang perawat. Amy sudah berada di lantai, ia duduk sambil menangis histeris.

"Ya Tuhan, Amy!" Melanie berteriak.

"Apa yang terjadi, Alex?" Josh bertanya dengan nada sangat khawatir.

"Amy tidak percaya kalau Oliver tidak berhasil diselamatkan," jawab Alex. Ia merasa bersalah karena sudah mengatakan hal itu pada Amy dan membuat keadaan Amy semakin memburuk.

"Tolong bantu angkat pasien kembali ke tempat tidur, Tuan," ucap salah satu perawat.

Josh menggendong Amy dan membaringkannya kembali ke ranjang.

"Dad, aku ingin bertemu dengan Oliver. Aku mohon," ucap Amy memelas. Ia masih terus menangis sambil memegangi tangan ayahnya.

"Tenang, Amy. Kita akan menemuinya nanti saat kau sudah lebih baik," jawab Josh sambil mengusap-usap rambut Amy.

"TAPI AKU INGIN MENEMUINYA SEKARANG JUGA!" Amy berteriak. Ia kembali ingin turun dari ranjang tapi ditahan oleh Josh dan Alex. Amy masih berusaha meronta-ronta dengan sisa tenaganya.

"Goddamn it, Amy! Tenanglah, aku mohon!" Josh berteriak.

Seorang perawat sudah siap dengan sebuah suntikan di tangannya. Bersiap untuk menyuntik Amy.

"Aku akan memberikanmu sebuah suntikan. Jadi, aku mohon kau untuk tenang. Semuanya akan baik-baik saja."

"TIDAK, MENJAUH DARIKU! AKU HARUS MENEMUI OLIVER SEKARANG JUGA!!!" Amy berteriak. Melanie, Josh dan Alex tampak sangat khawatir.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Där berättelser lever. Upptäck nu