26. we're all broken

124 28 39
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Beberapa bulan kemudian ...

Beberapa bulan pasca kecelakaan itu, perlahan-lahan Amy mulai berusaha mencoba untuk menerima kenyataan pahit bahwa Oliver memang sudah pergi meninggalkannya.

Sekarang keadaan Amy sudah jauh lebih baik. Paling tidak, sekarang gadis itu sudah bisa tersenyum lagi dan mengobrol dengan Alex dan kedua orang tuanya. Amy juga sudah jarang mengalami mimpi buruk di tengah tidurnya. Dan, itu semua berkat dukungan dari kedua orang tuanya dan juga Alex.

Alex tidak pernah sedetik pun meninggalkan sisi Amy saat gadis itu benar-benar terjatuh. Ia selalu ada di samping Amy. Menemaninya, menghiburnya dan bahkan menyemangatinya agar Amy cepat pulih. Alex membawa Amy mengunjungi banyak tempat agar Amy bisa cepat melupakan traumanya dan dapat segera melanjutkan hidupnya kembali.

Walau sudah berhasil mencoba untuk hidup normal kembali, tapi jauh di lubuk hati Amy seperti ada lubang besar yang menganga. Perasaannya hampa. Ia seperti tidak menikmati kehidupannya sejak kepergian Oliver. Amy seperti menjalani kehidupan hanya karena Tuhan masih ingin ia melakukannya.

Amy mencintai Oliver dengan segenap hati. Belum pernah ia mencintai seorang pemuda lebih dari yang ia rasakan pada Oliver selama ini. Tapi, kenyataannya takdir berkata lain untuk mereka berdua. Rasa sakitnya tidak bisa diungkapkan dengan apa pun juga. Setelah semua hal yang sudah terjadi dan mereka lalui bersama, ternyata nasib baik tidak berpihak pada keduanya.

Siang itu Alex membawa Amy mengunjungi The Peace Garden. Sebuah taman dekat Bramall Lane, tempat mereka bersantai setelah menonton sepakbola dulu. Mereka berdua duduk di atas rerumputan, di tempat yang sama dengan yang mereka tempati waktu itu.

Amy dan Alex duduk bersebelahan, meluruskan kaki-kaki mereka. Menikmati angin di cuaca yang agak mendung hari itu.

"Amy?" Amy menoleh ke arah Alex yang sedang memandanginya dari tadi. Ia tersenyum pada Alex. Wajah Amy masih tampak sedikit pucat. Tidak ada cahaya sama sekali di kedua matanya.

"Ada apa, Alex?" tanya Amy dengan suara yang hampir berbisik. Alex meraih tangan Amy lalu menggenggamnya dengan sangat lembut.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Amy." Alex menatap Amy dengan sangat lekat.

"Katakanlah, Alex."

"Besok aku akan kembali ke Hereford. Sudah terlalu lama aku di sini menemanimu. Aku sudah menunda banyak sekali pekerjaan. Sebenarnya aku masih ingin di sini bersamamu. Selama yang aku bisa. Tapi, pekerjaan menuntutku untuk kembali." Alex mencium tangan Amy dengan sangat lembut.

Amy tersenyum lemah melihat Alex yang masih mencium kedua tangannya dengan mata terpejam. Amy tidak percaya Alex bahkan masih saja setia padanya setelah semua hal yang sudah terjadi.

"Aku berharap kau bisa menjaga dirimu baik-baik, Amy." Sebenarnya Alex berniat mengungkapkan perasaannya pada Amy sekarang.

"Aku ingin ikut denganmu ke Hereford, Alex. Aku ingin mengunjungi makam Oliver. Boleh?"

Alex terhenyak mendengar permintaan Amy. Ia mengurungkan niatannya untuk menyatakan perasaannya pada Amy sekarang. Awalnya Alex merasa ia sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk memendam perasaannya karena sejak kejadian itu, Alex selalu setia menemani Amy. Tapi kenyataannya gadis itu belum juga bisa melupakan Oliver.

Alex berpikir mungkin ia terlalu terburu-buru jika berpikir bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Amy.

"Tidak, Am. Kau belum pulih benar. Tidak baik melakukan perjalanan jauh dengan kondisimu sekarang. Nanti kalau kau sudah benar-benar pulih, aku berjanji akan membawamu."

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Onde histórias criam vida. Descubra agora